Perkerasan Jalan Lentur dan Geosintetik

Perkerasan Jalan Lentur dan Geosintetik
1

Konstruksi perkerasan jalan lentur secara umum terdiri dari 4 bagian yaitu:

  • Tanah dasar (sub grade)
  • Perkerasan bawah (sub base course)
  • Perkerasan atas (base course)
  • Lapis permukaan (surface course)

Tanah Dasar (Sub Grade)

Tanah dasar adalah permukaan tanah asli, permukaan galian, atau permukaan timbunan yang merupakan dasar untuk peletakan bagian bagian perkerasan yang lainnya.

Kekuatan dan keawetan dari konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat dan daya dukung tanah dasar. Sehingga tanah dasar ini menentukan tebal tipisnya lapisan tanah di atasnya.
Untuk menentukan kekuatan tanah dasar biasanya dipakai cara CBR (CALIFORNIA BEARING RATIO). Sistem klasifikasi yang umum dipakai pada jalan raya adalah UNIFIED dan AASHO system, sedang untuk lapangan terbang digunakan FAA system.

Perkerasan Jalan Lentur dan Geosintetik

Perkerasan Bawah (Sub Base Course)

Sub base course atau perkerasan bawah. Adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapisan tanah dasar dan perkerasan atas. Dengan demikian sub base course merupakan pondasi yang mendukung perkerasan atas dan lapisan permukaan.
Fungsi sub base adalah :

  1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban beban roda
  2. Effisiensi penggunaan material dengan mengurangi lapisan lapisan diatasnya (yang relatif lebih mahal)
  3. Sebagai drainase blanket sheet agar air tanah tidak mengumpul pada pondasi maupun tanah dasar. Untuk maksud ini biasa digunakan material non plastis (pasir kelempungan)
  4. Untuk memudahkan pekerjaan awal (dengan maksud membuat jalan sementara)

Sub base course yang lazim digunakan di Indonesia adalah :

  • Batu belah dengan ballast pasir (konstruksi System Telford)
  • Dengan sirtu (pasir grosok) atau tanah sirtu (konstruksi Pit=Run Gravel System)

Perkerasan Atas (Base Course)

Base course adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dan lapis sub base.
Fungsi lapisan perkerasan atas ini adalah :

  • Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda.
  • Sebagai pondasi bagi surface course. Sehingga pengaruh muatan lalu lintas masih cukup besar.


Base course disyaratkan :

  1. Mampu menahan beban tanpa terjadi deformasi.
  2. Tahan terhadap abrasi .
  3. Tahan terhadap air.
  4. Tidak terjadi kapilarisasi.


Untuk memenuhi persyaratan diatas maka :

  1. Kwalitas bahan harus baik. Bahan yang baik adalah batu pecah.
  2. Gradasi/susunan butiran harus rapat. Hal tersebut dapat dicapai dengan ukuran butiran yang bermacam macam sehingga rongga dapat terisi.
  3. Kandungan filler harus cukup, tetapi tidak boleh melampaui batas max dan min. Bila melampaui max ,jalan mudah bergelombang. Bila kurang dari min jalan mudah rusak.
  4. Homogenitas harus sempurna. Maksudnya butir butir yang besar , sdang dan halus harus tercampur menjadi satu dan merata.


Macam macam base course :

  • Granular base course.

Granular base course diberi campuran lapisan tipis clay pada permukaannya dengan tujuan agar base course cukup stabil. Marerial base course merupakan campuran material kasar dan halus.

  • Macadam base course.

Material base yang terdiri dari crushed stone. Macadam base dipakai apabila direncanakan diatas base masih akan ditempatkan lapisan penutup.

Cara penghamparannya:

  1. Dry bound macadam (pada saat penggilasan tidak memakai air)
  2. Wet bound macadam (pada saat penggilasan memakai air)
  3. Treatad base course


Material base yang terdiri dari campuran antara bahan bahan mineral dan additive dengan maksud untuk memperkuat material atau geseran antar partikel.

Lapis Permukaan (Surface Course)

Fungsi lapisan permukaan antara lain:

  1. Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda
  2. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca
  3. Sebagai lapisan aus (wearing course)

Bahan untuk lapisan permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi.
Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan batuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lulu lintas.

Geotekstile

Geotextile (GeotekstilNon Woven, atau disebut Filter Fabric (Pabrik) adalah jenis Geotextile yang tidak teranyam, berbentuk seperti karpet kain. Umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan polimer Polyesther (PET) atau Polypropylene (PP).

Geotextile
Geotextile

Geotextile Non Woven berfungsi sebagai :

1. Filter / Penyaring

Sebagai filter, Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah terbawanya partikel-partikel tanah pada aliran air. Karena sifat Geotextile Non Woven adalah permeable (tembus air) maka air dapat melewati Geotextile tetapi partikel tanah tertahan. Aplikasi sebagai filter biasanya digunakan pada proyek-proyek subdrain (drainase bawah tanah).

Geotextile Non Woven
Geotextile Non Woven

2. Separator / Pemisah

Sebagai separator atau pemisah, Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah tercampurnya lapisan material yang satu dengan material yang lainnya.

Contoh penggunaan Geotextile sebagai separator adalah pada proyek pembangunan jalan di atas tanah dasar lunak (misalnya berlumpur). Pada proyek ini, Geotextile mencegah naiknya lumpur ke sistem perkerasan, sehingga tidak terjadi pumping effect yang akan mudah merusak perkerasan jalan. Selain itu keberadaan Geotextile juga mempermudah proses pemadatan sistem perkerasan.

3. Stabilization / Stabilisator

Fungsi Geotextile ini sering disebut juga sebagai Reinforcement / Perkuatan. Misalnya dipakai pada proyek-proyek timbunan tanah, perkuatan lereng dll. Fungsi ini sebenarnya masih menjadi perdebatan dikalangan ahli geoteknik, sebab Geotextile bekerja menggunakan metode membrane effect yang hanya mengandalkan tensile strength (kuat tarik) sehingga kemungkinan terjadinya penurunan setempat pada timbunan, masih besar, karena kurangnya kekakuan bahan. Apalagi sifat Geotextile yang mudah mulur terutama jika terkena air (terjadi reaksi hidrolisis) menjadikannya rawan sebagai bahan perkuatan lereng.

sumber : 
https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/perkerasan-jalan-lentur-dan-geosintetik

Perkerasan Jalan

Perkerasan Jalan
126

Perkerasan jalan,terdapat 4 bagian :

  1. Tanah dasar (Sub Grade)
  2. Perkerasan bawah (Sub base course)
  3. Perkerasan atas (Base course)
  4. Lapis permukaan (Surface course)

Konstruksi Perkerasan Aspal

Proses Pelaksanaan Perkerasan Jalan :

  1. Pembersihan Lapangan
  2. Penghamparan Batuan
  3. Penyiraman Aspal Emulsi
  4. Penghamparan Agregat
  5. Pemadatan
  6. Siap Dilalui Lalu Lintas

Pembersihan Lapangan

Sebelum penghamparan, dilakukan pembersihan,pengeringan dan pemadatan (jika perlu) lahan



Penghamparan Batuan

Penghamparan
Pemadatan

Penyiraman Aspal Emulsi

  • Prime Coat : Jika berupa base course/Sub grade.
  • Tack Coat : Jika berupa aspal.

Prime Coat dan Tack Coat menggunakan aspal sprayer

Pemberian Prime Coat
Pemberian Tack Coat

Peralatan Alternatif di Lapangan

Batang Penyemprot Aspal Distributor
Bejana atau kaleng untuk menebarkan aspal secara langsung

Penghamparan Agregat

Penghamparan agregat dilakukan dengan CHIP SPREADER /alat lain secara merata dengan tebal penghamparan kurang lebih 20 mm.

Jenis agregat aspal

Bahan

  1. Screneng
  2. Abu batu
  3. Air bersih
  4. Aspal Emulsi

Pemadatan

Pemadatan dilakukan dengan Tyre Roller 8-12 ton dengan kecepatan 5 km/ jam, sampai agregat tertanam baik +/- (4 lintasan). Pada kondisi terpaksa bisa menggunakan Tandem Roller, namun hasilnya kurang baik.


Jenis-jenis Alat Pemadat



Siap dilalui Lalu lintas

Setelah pemadatan selesai,bisa dilalui lalu lintas. Selama +/- 1 jam diusahakan kecepatan  lalu lintas 30 km/jam, setelah itu baru bisa kecepatan normal.

Slurry Seal

Lapisan tipis dengan tebal maks 10 mm yang terletak di atas hamparan aspal (bentuk seperti bubur).

Fungsi slurry seal :
  • Sebagai lapisan penutup(Sealing layer)
  • Sebagai lapis anti licin
  • Menutup retak rambut
  • Pelindung lapisan di bawahnya karena kedap air
  • Membuat permukaan tidak berdebu
Sifat-sifat slurry seal :
  • Tidak mempunyai nilai struktur
  • Kedap air,kenyal dan tidak licin
Bahan slurry seal :
  • Screneng (0-8)
  • Abu batu
  • Semen
  • Air bersih
  • Aspal emulsi
  • Semen (bila perlu)


Proses Pengerjaan

  • Bahan2 dicampur sehingga berbentuk seperti bubur
  • Tuangkan SLURRY SEAL kedalam spreader box perlahan-lahan
  • Jalankan Pan Mixer dengan alat penarik
  • Slurry Seal tidak perlu dipadatkan
  • Proses pengerasan tidak melalui pemadatan tetapi penguapan
  • Sehingga lalu lintas harus ditutup +/- 2 jam(kondisi panas)

Slurry Seal tidak boleh dihamparkan pada kondisi mendung atau hujan


Marka Jalan

Bahan :

  • Glassbead
  • Thermoplastic


Konstruksi Perkerasan Jalan Raya

Konstruksi Perkerasan Jalan Raya
Konstruksi Perkerasan Jalan Raya

Dulu orang merasa cukup dengan menggunakan jalan tanah yang dipadatkan sebagai sarana transportasi. Dengan meningkatnya volume dan beban tonase lalulintas maka tanah yang diperkeras saja sangat tidak mencukupi. Oleh karena itu maka dibuatlah konstruksi perkerasan.

Perkerasan adalah lapisan-lapisan bahan perkerasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang dihamparkan diatas tanah dasar dan kemudian dipadatkan dengan persyaratan tertentu.

Jenis-jenis konstruksi perkerasan antara lain :

  • Perkerasan lentur (flexible pavement)
  • Perkerasan kaku (rigid pavement)
  • Perkerasan modular
  • Perkerasan komposit
Perkerasan Lentur
Perkerasan Aspal
Perkerasan Kaku
Perkerasan Beton

Penyebaran tegangan di dalam struktur perkerasan

Jenis-jenis perkerasan aspal :

  1. Laburan aspal satu lapis (burtu)
  2. Laburan aspal dua lapis (burda)
  3. Lapis tipis aspal pasir (latasir)
  4. Lapis penetrasi makadam (lapen)
  5. Asphalt treated base (ATB)
  6. Aspal campuran dingin (cold mix)
  7. Lapis tipis aspal beton (lataston)
  8. Beton aspal (hot mix)

1. Laburan aspal satu lapis (burtu)

Digunakan sebagai lapis penutup ulang pada perkerasan yang ada atau sebagai rawatan pertama pada bagian lapis perkerasan yang direkonstruksi.2. Laburan aspal dua lapis (burda)

Digunakan sebagai lapis penutup permukaan baru pada lapis pondasi atas yang dipadatkan atau pada bagian yang direkonstruksi.

3. Lapis tipis aspal pasir (latasir)

Digunakan sebagai lapis penutup ulang untuk pemakaian jangka pendek pada lapis perkerasan dengan penutup yang ada atau pada bagian perkerasan yang direkonstruksi atau sebagai lapis penutup sementara untuk perbaikan lapis perkerasan.

4. Lapis penetrasi makadam

Lapis permukaan yang tebalnya dari 4 sampai 8 mm dari agregat pecah dan bergradasi serta yang bersih dilapisi dengan penetrasi bahan pengikat aspal yang panas. Diletakkan di atas lapis pondasi atas yang padat atau permukaan lapis perkerasan yang ada sebagai penutup akhir.

5. Asphalt treated base (ATB)

Suatu lapis perata dari agregat yang dimantapkan dengan aspal diberikan untuk memperbaiki dan memperkuat ketidakteraturan permukaan perkerasan setempat dan membentuk ulang permukaan yang ada sampai kemiringan melintang dikehendaki.

6. Lataston

Campuran aspal semen / keras dengan gradasi tidak menerus untuk jalan yang lalulintasnya ringan diletakkan sebagai lapis permukaan diatas dasar yang dipersiapkan dari permukaan perkerasan yang direkonstruksi.

7. Aspal beton campuran dingin

Aspal campuran dingin yang digunakan pada jalan-jalan yang lalulintasnya dari rendah sampai medium meliputi penambalan dan perbaikan-perbaikan kecil, pembetulan terhadap bentuk permukaan, pelebaran tepi dan pelapisan ulang.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/konstruksi-perkerasan-jalan-raya

Klasifikasi Tanah

Klasifikasi Tanah
KLASIFIKASI TANAH

Sebelum merencanakan struktur sebuah bangunan gedung, jalan raya, dan bangunan air, biasa untuk memulai sebuah proyek langkah pertama yang dilakukan adalah pemerikasaan kondisi tanah. Pemerikasaan tanah dilakukan untuk mengetahui apakah tanah tersebut sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan.Untuk bangunan  gedung pemerikasaan tanah ini nantinya akan di pergunakan untuk menentukan jenis pondasi apa yang sesuai  dan untuk bangunan jalan raya untuk menentukan lapis pekerkerasan apa yang sesuai untuk pembangunan jalan raya tersebut.

Berikut ini sistem klasifikasi AASHTO yang umum digunakan dalam bidang teknik sipil terutama untuk jalan raya.

Sistem klasifikasi maksud dalam lingkup tersebut, penggunaan sistem ini dalam prakteknya harus dipertimbangkan terhadap maksud aslinya. Sistem klasifikasi AASHTO membagi tanah kedalam 8 kelompok, A-1 sampai A-8 termasuk sub-sub kelompok. Tanah-tanah dalam tiap kelompoknya 12 dievaluasi terhadap indeks kelompoknya yang dihitung dengan rumus-rumus empiris. Pengujian yang digunakan hanya analisis saringan dan batas-batas Atterberg. Sistem klasifikasi AASHTO, dapat dilihat dalam Tabel 1.1 :

Tabel 1.1 adalah Klasifikasi tanah untuk lapisan tanah dasar jalan raya
Lanjutan tabel 1.1 klasifikasi tanah untuk lapisan tanah dasar jalan raya

Keterangan :

* untuk A-7-5, PI ≤ LL – 30

* untuk A-7-6, PI > LL – 30

Indeks kelompok (group index) dalam tabel tersebut digunakan untuk mengevaluasi lebih lanjut tanah-tanah dalam kelompoknya. Indeks kelompok dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

GI = (F – 35)(0,2 + 0,005(LL – 40) + 0,01(F – 15)(PI -10)

Dengan:

GI = indeks kelompok (group index)

F = persen material lolos saringan no. 200

LL = batas cair

PI = indeks plastisitas

Bila nilai indeks kelompok (GI) semakin tinggi, makin berkurang ketepatan penggunaan tanahnya. Tanah granuler diklasifikasikan ke dalam klasifikasi A-1 sampai A-3. tanah A-1 granuler yang bergradasi baik, sedang A-3 adalah pasir bersih yang bergradasi buruk. Tanah A-2 termasuk tanah granuler (kurang dari 35% lewat saringan no. 200), tetapi masih terdiri atas lanau dan lempung. Tanah berbutir halus dikalsifikasikan dari A-4 sampai A-7, yaitu tanah lempung-lanau. Perbedaan keduanya berdasarkan pada batas-batas Atterberg. Sistem klasifikasi ini didasarkan pada kriteria dibawah ini.

Ukuran butir.

Kerikil : bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm (3 inci) dan yang tertahan pada ayakan No. 10 (2 mm).

Pasir : bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2 mm) dan yang tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm).

Lanau dan lempung : bagian tanah yang lolos ayakan No. 200.

  • Plastisitas

Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung digunakan bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastis sebesar 11 atau lebih.

  • Apabila batuan (ukuran > 75 mm) ditemukan di dalam contoh tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya, maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu tetapi persentase dari batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.

Apabila sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk mengklasifikasikan tanah, maka data dari hasil uji dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam Tabel 1.2 dari kolom sebelah kiri ke kolom sebelah kanan hingga ditemukan angka-angka yang sesuai. Grafik 1.1 menunjukkan suatu gambar dari senjang batas cair (liquid limit / LL) dan indeks plastisitas (PI)untuk tanah yang masuk dalam kelompok A-2, A-4, A-5, A-6 dan A-7.

Grafik1.1 adalah rentang (range) dari batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI)
  • Klasifikasi tanah berdasarkan ukuran butir

Ukuran butir tampaknya merupakan suatu metode yang jelas untuk mengklasifikasikan tanah dan kebanyakan usaha-usaha yang terdahulu untuk membuat sistem klasifikasi adalah berdasarkan ukuran butir. Gambar 1.1 memperlihatkan beberapa sistem klasifikasi ini. Sistem MIT mungkin merupakan sistem yang paling banyak dipakai. Karena deposit tanah pada umunya terdiri atas berbagai ukuran-ukuran partikel, maka untuk menentukan kurva distribusi ukuran butir dan kemudian menetukan persentase tanah bagi tiap batas ukuran (Dunn,1992).

Tabel 1.2 adalah klasifikasi tanah berdasarkan ukuran butir

 sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/klasifikasi-tanah

Metode Pelaksanaan Perkerasan Kaku

Metode Pelaksanaan Perkerasan Kaku
Metode Pelaksanaan Perkerasan Kaku 1

Perkerasan kaku merupakan jalan dengan konstruksi beton bertulang. Biasanya digunakan pada jalan yang dilewati oleh kendaraan berat. Memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding jalan dengan aspal.

Konstruksi pekerasan kaku terdiri dari 2 yaitu

  1. Struktur perkerasan beton semen
  2. Lapisan peredam retak dengan lapisan tambahan
Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen
Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen
Lapisan Peredam Retak Pada Sistem Pelapisan Tambahan
Lapisan Peredam Retak Pada Sistem Pelapisan Tambahan
Tahapan Pelaksanaan Perkerasan Kaku
Tahapan Pelaksanaan Perkerasan Kaku

Instal Bekisting

Setelah dilakukan pengukuran oleh tim surveyor dengan theodolite & waterpass.

Instal plastik,profil kayu,dowel

Lembaran plastik dihamparkan diatas lean concrete sebagai alas beton. Dowel terbuat dari besi yang ditutup PVC agar beton bisa bergerak (tidak terikat tulangan). Besi polos ф25mm dipasang memanjang & besi ulir ф19mm dipasang melintang.

Hauling & Pouring Beton

Beton dituangkan perlahan-lahan sesuai ketebalan yang direncanakan. Perhatikan cuaca & suhu karena beton yang digunakan slum-nya sangat rendah (±5 cm). Untuk menghindari retak rambut,sebaiknya dilakukan saat malam hari (terutama untuk daerah panas).

Spreading

Beton diratakan keseluruh lebar jalan menggunakan spreader.

Vibrating

Vibrating yaitu proses penggetaran beton agar diperoleh beton yang padat sehingga tidak terjadi keropos.

Pekerjaan Jidar

Pekerjaan ini dilakukan untuk menguji kerataan permukaan beton. Dilakukan dengan mengetok jidar alumunium diatas permukaan beton. Jika ada permukaan yang bergelombang, maka ditambah adukan beton yang telah diambil 2/3 splitnya.

Pekerjaan Trowelling

Sambil menunggu beton setting (proses mengeras) penghalusan permukaan beton terus dilakukan. Hasil trowel ini sangat bagus dengan permukaan kelihatan rata & mengkilap.

Grooving dan Perencanaan

Grooving dan perencanaan yaitu pemberian tekstur pada permukaan beton. Dilakukan oleh orang yang dapat mengenal tingkat kekerasan beton.

Curing Compound

Untuk melindungi beton dari retak rambut akibat cepatnya susut beton. Hal ini harus lebih diperhatikan bila pelaksanaannya di siang hari. Bahan yang digunakan berupa produk perawatan beton yang banyak di pasaran. Penyemprotannya dilakukan setelah grooving saat beton belum mengeras.

Pekerjaan Tenda Pelindung

Mengurangi terlalu cepatnya penguapan pada permukaan beton. Melindungi dari benda-benda jatuh atau binatang. Melindungi bila tiba-tiba terjadi hujan.

Curing dengan Karung

Perawatan beton setelah umur 1-7 hari. Dengan menutup permukaan beton dengan karung goni yang dibasah. Hal ini,untuk mencegah retak rambut beton akibat susut yang terlalu cepat.

Cutting

Dilakukan dengan mesin pemotong khusus (Cutter Beton). Pemotongan beton dilakukan saat beton masih cukup lunak,kira-kira jam ke 12-18 setelah pengecoran.

sumber : 
https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/metode-pelaksanaan-perkerasan-kaku

Pengujian Sifat Fisik Tanah

Pengujian Sifat Fisik Tanah
PENGUJIAN SIFAT FISIK TANAH

Tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian. Dalam tanah yang kering, maka tanah hanya terdiri dari dua bagian, yaitu butir-butir tanah dan pori-pori udara. Dalam tanah yang jenuh juga terdapat dua bagian, yaitu bagian padat atau butiran dan air pori. Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian padat (butiran), pori-pori udara, dan air pori. Bagian-bagian tanah dapat digambarkan dalam bentuk diagram fase ditunjukkan dalam Gambar 1berikut ini.

Gambar diagram fase tanah

Dari memperhatikan gambar tersebut dapat dibentuk persamaan:

W = Ws + Ww……………………………………………………………..(1)

dan

V = Vs + Vw + Va……………………………………………………………(2)

Vv = Vw+Va …………………………………………………………………(3)

Dengan:

Ws         = berat butiran padat

Ww        = berat air

Vs          = volume butiran padat

Vw        = volume air

Va         = volume udara

Berat udara (Wa) dianggap sama dengan nol. Beberapa hubungan volume udara yang sering digunakan dalam mekanika tanah adalah kadar air (w), berat volume kering (γd), berat volume basah (γb) dan berat jenis (Gs).

Dibawah ini adalah pengujian sifat fisik tanah yang digunakan untuk pengembangan jalan dan jembatan.

1. Berat Jenis

Kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat butiran padat, dinyatakan dalam persen.

w = Ww/Ws x 100 % …………………………………………………….(4)

Berat volume kering (γd) adalah perbandingan antara berat butiran (Ws) dengan volume total (V) tanah.

γd = Ws/V……………………………………………………………………(5)

Berat volume basah (γb) adalah perbandingan antara berat butiran tanah termasuk air dan udara (W) dengan volume total tanah (V).

γb = W/V …………………………………………..………………………..(6)

Berat jenis (specific gravity) tanah (Gs) didefinisikan sebagai perbandingan berat volume butiran padat (γs) dengan berat volume air (γw) pada temperature 40OC

Gs =ys/yw  ………………………………………..………………………(7)

Gs tidak berdimensi. Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,65 sampai 2,75 biasanya digunakan untuk tanah-tanah tak berkohesi. Sedangkan tanah kohesi tak organik berkisar di antara 2,68 sampai 2,72. Nilai-nilai berat jenis dari berbagai jenis tanah diberikan dalam tabel 1 berikut. (Hardiyatmo, 2006)

Tebel 1 berat jenis tanah dari berbagai jenis tanah

2. Batas cair (Liquid Limit)

Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis. Persentase kadar air dibutuhkan untuk menutup celah sepanjang 12,7 mm pada dasar cawan, sesudah 25 kali pukulan didefinisikan sebagai batas cair tanah tersebut. (Hardiyatmo, 1992)

Gambar alat pengujian batas cair

3. Batas plastis (Plastic Limit)

Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air di mana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung. (Hardiyatmo,2006)

Grafik keadaan-keadaan konsistensi tanah

4. Batas susut (Shrinkage Limit)

Batas susust (SL), didefinisikan sebagaai kadar air pada kedudukan antara daerah semipadat dan padat, yaitu persentase kadar air di mana pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanahnya. Percobaan batas susut dilaksanakan dalam laboraturium dengan cawan porselen diameter 44,4 mm dengan tinggi 12,7 mm. Bagian cawan dilapisi dengan pelumas dan diisi dengan tanah jenuh sempurna. Kemudian dikeringkan dalam oven, volume ditentukan dengan mencelupkannya dalam air raksa. (Hardiyatmo, 2006)

Rumus persamaan batas susut

keterangan:

m1   = berat tanah basah dalam kering oven cawan percobaan (gram)

m2   = berat tanah kering oven (gram)

v1    = volume tanah basah dalam cawan (cm3)

v2      = volume tanah kering oven (cm3)

γw   = berat jenis air

Indeks plastisitas (PI) adalah selisih batas cair dan batas plastis

PI = LL – PL

5. Analisa saringan

Berdasarkan ukuran partikel (gradasi butirannya), tanah dapat didefinisikan dari komponennya sendiri misalnya seperti: bongkah, kerakal, kerikil, pasir lanau, dan lempung, seperti pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2 gradasi butiran

6. Analisa hidrometer

Analisis ini dipakai untuk tanah berbutir halus (Finer part), seperti lempung (Clay) dan lumpur (Silt). Analisis hidrometri berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut ini.

  • Butiran-butiran tercampur dalam air (suspensi) akan menurun dengan kecepatan tertentu yang tergantung ukuran butir-butirnya. Butir-butir yang berukuran sama akan menurun dengan kecepatan sama.
  • Berat spesifik/berat jenis suspensi tergantung kosistensi butir-butir yang terkandung didalamnya. Jadi dengan cara mengukur berat jenis suspensi kita dapat menghitung banyaknya tanah yang ada di dalam campuran tersebut.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/pengujian-sifat-fisik-tanah