Pengujian Kadar Aspal dalam Campuran (Ekstraksi)


Ekstraksi adalah pemeriksaan sampel (benda uji) aspal yang bertujuan untuk mengetahui kandungan aspal yang ada apakah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan menurut SKBI – 24.26.1987 : yaitu kadar aspal yang diijinkan berkisar antara 4% sampai 7%. Kadar aspal merupakan presentase dari berat endapan dan berat sampel campuran yang dibuat dalam percobaan. Berat sampel campuran dibuat dengan cara menumbuk benda uji yang telah di uji dengan test marshall seberat 300 gram.

Misalnya untuk sampel I diperoleh 5,5% kadar aspal, sedangkan kadar aspal rencana adalah 6% dan untuk sampel II diperoleh 6,367% sedangkan kadar aspal rencana 7%. Seharusnya, kadar aspal hasil pengujian dan kadar aspal rencana harus sama. Jika kadar aspal yang dipero
leh lebih besar dari pada yang direncanakan, maka kemungkinan akan terjadi bleeding. Sebaliknya, jika kadar aspal yang diperoleh lebih kecil dari yang direncanakan, maka akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam menahan beban lalu-lintas, karena ikatan antar agregat kurang kuat.

Perbedaan nilai kadar aspal yang diperoleh dan dengan yang direncanakan kemungkinan diakibatkan ketidaktelitian praktikan pada saat membuat campuran aspal, sehingga kandungan aspal yang dicampurkan melebihi kadar yang ditentukan. Selain itu, perbedaan tersebut juga dikarenakan pada saat percobaan yang tidak memenuhi aturan yang seharusnya, yaitu dilakukannya dua percoba
an sekaligus, dimana benda uji yang satu di atas dan yang lain di bawah sehingga aspal yang telah dilarutkan oleh TCE merembes ke bawahnya dimana di bawahnya ada benda uji yang lain. Perbedaan ini juga disebabkan oleh pengadukan campuran aspal yang tidak merata.

sumber : http://unitedgank007.blogspot.com/2016/05/pengujian-kadar-aspal-dalam-campuran.html

Metode Penetrasi Aspal

Percobaan penetrasi bertujuan untuk menentukan kekasaran relatif atau fisik suatu semen aspal, dengan jalan mengukur jarak tembus sebuah jarum standard tegak lurus dalam contoh aspal di bawah kondisi-kondisi suhu, pembebanan dan waktu yang diketahui. 

Bila kondisi-kondisi lainnya tidak disebutkan secara khusus maka hal itu berarti nilai penetrasi atau pengukuran yang dilakukan pada suhu 25 derajat C bahwa jarum yang dibebani 100 gram dan pembebanan berlangsung selama 5 detik. Hal ini dikenal sebagai penetrasi normal. Satuan penetrasi adalah 1/10 mm, maka makin lunak, makin besar semen aspal dapat diklasifikasikan menjadi gradasi-gradasi berdasarkan kekasarannya.

Di Indonesia, aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya, yaitu :
  • AC dengan penetrasi antara 40-50
  • AC dengan penetrasi antara 60-70
  • AC dengan penetrasi antara 80-100
  • AC dengan penetrasi antara 120-150
  • AC dengan penetrasi antara 200-300

Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu lintas dengan volume tinggi, sedang aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah yang bercuaca dingin ataupun lalu lintas dengan volume rendah. Di Indonesia pada umumnya digunakan aspal semen dengan penetrasi 60/70 dan 80/100

Syarat – syarat aspal semen keras yang diberikan oleh Dirjen Bina Marga – DPU adalah sebagai berikut :
  1. Aspal keras harus berasal dari minyak bumi
  2. Aspal harus mempunyai sidat sejenis
  3. Kadar parifin aspal tidak melebihi 25%
  4. Tidak mengandung air dan tidak berbusa jika dipanaskan sampai 75%




sumber : http://unitedgank007.blogspot.com/2016/05/penetrasi-aspal.html

Metode Tes Marshall Aspal


Pengujian dengan alat Marshall dilakukan sesuai dengan prosedur Bina Marga. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik campuran, menentukan ketahanan atau stabilitas terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal. 

Hubungan antara ketahanan (stabilitas) dan kelelehan plastisitas (flow) adalah berbanding lurus, semakin besar stabilitas, semakin besar pula flownya, dan begitu juga sebaliknya. Jadi semakin besar stabilitasnya maka aspal akan semakin mampu menahan beban, demikian juga sebaliknya. Dan jika flow semakin tinggi maka aspal semakin mampu menahan beban.

Dari hasil pengamatan pada pengujian Marshall kemudian dibuat grafik hubungan antara presentase kadar aspal dengan presentase rongga terisi aspal (VFA), presentase rongga dalam campuran (VIM), kelelehan (flow), stabilitas, dan perbandingan antara stabilitas dan kelelehan (MQ). Berikut ini penjelasan dari kata-kata di atas :

  • Void Filled With Asphalt (VFA). VFA adalah rongga terisi aspal oada campuran setelahmengalami proses pemadatan yang dinyatakan dalam persen terhadap rongga antar butiran agregat (VMA), sehingga antara nilai VMA dan VFA mempunyai kaitan yang sangat erat. Faktor – faktor yang mempengaruhi VFA antara lain kadar aspal, gradasi agregat, energy pemadat (jumlah dan temperatur pemadatan), dan absorpsi agregat. Mengecilnya nilai VMA pada kadar aspal yang tetap, berakibat memperbesar presentase rongga terisi aspal
  • Void in the Mix (VIM). VIM menunjukkan presentase rongga dalam campuran. Nilai VIM berpengaruh terhadap keawetan dari campuran aspal agregat, semakin tinggi nilai VIM menunjukkan semakin besar rongga dalam campuran sehingga campuran bersifat porrus.
  • Kelelehan (flow) adalah deformasi vertikal yang terjadi mulai awal pembebanan sampai kondisi stabilitas menurun, yang menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis perkerasan akibat menahan beban yang diterimanya. Besarnya nilai flow dinyatakan dalam mm atau 0,01”. Nilai flow dipengaruhi oleh kadar aspal, viskositas aspal, gradasi agregat, jumlah dan temperatur pemadatan.
  • Stabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan menerima beban lalu-lintas tanpa mengalami perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) seperti gelombang, alur (rutting), maupun mengalami bleeding. Nilai stabilitas dipengaruhi oleh kohesi atau penetrasi aspal, kadar aspal, gesekan (internal friction), sifat saling mengunci (interlocking) dari partikel-partikel agregat, bentuk dan tekstur permukaan, serta gradasi agregat.
  • Marshall Quotient (MQ). Nilai MQ menyatakan sifat kekakuan suatu campuran. Bila nilai MQ terlalu tinggi, maka campuran akan cenderung terlalu kaku dan mudah retak. Sebaliknya bila nilai MQ terlalu rendah, maka perkerasan menjadi terlalu lentur dan cenderung kurang stabil.
Dari hasil yang telah didapatkan tersebut dapat diperoleh kadar aspal optimum berdasarkan kriteria di batas, untuk kemampuan campuran yang sesuai dengan Standar Bina Marga.

Persyaratan campuran lapis aspal untuk lalu lintas berat berdasarkan buku petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (LASTON) Tabel IV halaman 10, untuk jalan raya adalah sebagai berikut :
Rongga terisi aspal                      : > 75%
Rongga dalam campuran            : 3% - 5%
Kelelehan                                     : 2mm – 4mm
Stabilitas + kelelehan                   : 200 kg/mm – 350 kg/mm


Dalam perencanaan campuran aspal yang ideal maka harus memenuhi syarat antara stabilitas yang tinggi, fleksibilitas yang rendah, rongga pori yang kecil, dan rongga dalam campuran yang kecil.



sumber : http://unitedgank007.blogspot.com/2016/05/test-marshall-aspal.html#:~:text=Pengujian%20dengan%20alat%20Marshall%20dilakukan,(flow)%20dari%20campuran%20aspal.&text=Void%20Filled%20With%20Asphalt%20(VFA).

Metode CBR (California Bearing Ratio)


CBR (California Bearing Ratio) adalah percobaan daya dukung tanah yang dikembangkan oleh California State Highway Departement. Prinsip pengujian ini adalah pengujian penetrasi dengan menusukkan benda ke dalam benda uji. Dengan cara ini dapat dinilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang dipergunakan untuk membuat perkerasan.

Kekuatan tanah diuji dengan uji CBR sesuai dengan SNI-1744-1989. Nilai kekuatan tanah tersebut digunakan sebagai acuan perlu tidaknya distabilisasi setelah dibandingkan dengan yang disyaratkan dalam spesifikasinya.

Pengujian CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Nilai CBR dihitung pada penetrasi sebesar 0.1 inci dan penetrasi sebesar 0.2 inci dan selanjutnya hasil kedua perhitungan tersebut dibandingkan sesuai dengan SNI 03-1744-1989 diambil hasil terbesar.

Nilai CBR adalah perbandingan (dalam persen) antara tekanan yang diperlukan untuk menembus tanah dengan piston berpenampang bulat seluas 3 inch2 dengan kecepatan 0,05 inch/menit terhadap tekanan yang diperlukan untuk menembus bahan standard tertentu. Tujuan dilakukan pengujian CBR ini adalah untuk mengetahui nilai CBR  pada variasi kadar air pemadatan. Untuk menentukan kekuatan lapisan tanah dasar dengan cara percobaan CBR diperoleh nilai yang kemudian dipakai untuk menentukan tebal perkerasan yang diperlukan di atas lapisan yang nilai CBRnya tertentu (Wesley,1977) Dalam menguji nilai CBR tanah dapat dilakukan di laboratorium. Tanah dasar (Subgrade) pada kontruksi jalan baru merupakan tanah asli, tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95% dari kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan tanah memikul beban setelah tersebut tanah dipadatkan. CBR ini disebut CBR rencana titik dan karena disiapkan di laboratorium, disebut CBR laborataorium. Makin tinggi nilai CBR tanah (subgrade) maka lapisan perkerasan diatasnya akan semakin tipis dan semakin kecil nilai CBR (daya dukung tanah rendah), maka akan semakin tebal lapisan perkerasan di atasnya sesuai beban yang akan dipikulnya.

Ada dua macam pengukuran CBR yaitu :

1. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada 0.254 cm (0,1”) terhadap penetrasi

standard besarnya 70,37 kg/cm2 (1000 psi).

Nilai CBR = (PI/70,37) x 100 % ( PI dalam kg / cm2 )

2.  Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada penetrasi 0,508 cm (0,2”)

terhadap penetrasi standard yang besarnya 105,56 kg/cm2 (1500 psi)

Nilai CBR =PI/105,56)  x 100 % ( PI dalam kg / cm2 )

Dari kedua hitungan tersebut digunakan nilai terbesar.

CBR laboratorium dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :

a. CBR laboratorium rendaman (soaked design CBR)

b. CBR laboratorium tanpa rendaman (Unsoaked Design CBR)

Pada pengujian CBR laboratorium rendaman pelaksanaannya lebih sulit karena membutuhkan waktu dan biaya relatif lebih besar dibandingkan CBR laboratorium tanpa rendaman.

Sedang dari hasil pengujian CBR laboratorium tanpa rendaman sejauh ini selalu menghasilkan daya dukung tanah lebih besar dibandingkan dengan CBR laboratorium rendaman.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/cbr-california-bearing-ratio

Metode Bulk Density

 
I. PENDAHULUAN
1. 2 Latar Belakang
Bulk density merupakan berat suatu massa tanah per satuan volume tertentu. Satuannya adalah g/cm3. Volume tanah yang dimaksud adalah volume kepadatan tanah termasuk ruang-ruang pori. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah maka semakin tinggi bulk density, yang berarti semakin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya tanah lapisan atas pada tanah mineral umumnya mempunyai nilai bulk density yang rendah dibandingkan dengan tanah di bawahnya.
            Bulk density berguna untuk menghitung berat tanh di lapangan. Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah per hektar. Nilai bulk density menggambarkan adanya lapisan padas tanah, pengolahan tanahnya, kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya memegang air, sifat drainase dan kemudahan tanh ditembus akar. Bulk density dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan organik.
            Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat. Timbulnya proses pembentukan struktur di horizon-horison bagian atas dari bahan induk akan mengakibatkan kerapatan isi lebih rendah dari bahan induk itu sendiri. Tanah-tanah organik nilai memiliki kerapatan isi yang sangat rendah dibandingkan dengan tanah mineral. Tergantung dari sifat-sifat bahan organik yang menyusun tanah organik itu dan kandungan air pada saat pengambilan contoh tanah. Oleh karena itu, pengambilan contoh tanah tidak boleh merusak struktur asli tanah. Karena dengan terganggunya struktur tanah maka dapat mempengaruhi jumlah pori tanah, demikian pula berat per satuan volume.
            Berdasarkan uraian di di atas, maka praktikum bulk density dilaksanakan untuk mengetahui nilai bulk density karena dapat menggambarkan adanya lapisan padas tanah, pengolahan tanahnya, kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya memegang air, sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus akar.
1. 2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum bulk density adalah untuk mengetahui nilai bulk density tanah Inseptisols dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Kegunaan  dari praktikum bulk density adalah sebagai bahan informasi untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas kepada mahasiswa tentang Bulk Density sehingga dapat disajikan sebagai bahan pertimbangan dalam hal pengolahan tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Bulk Density
Bulk density menunjukkan perbandingan  dengan volume antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk pori-pori tanah. Bulk density merupakan kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya Bulk Density berkisar dari 1,1 – 1,6 g/cc. Bulk Density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah per hektar (Hardjowigeno, 2007).
            Tanah organik memiliki bulk density yang sangat rendah jika dibandingkan dengan tanah mineral. Variasi-variasi ada tergantung pada keadaan bahan organik dan kandungan air pada waktu pengambilan cuplikan untuk menentukan bulk density. Nilai-nilai yang berkisar dari 0,1 sampai 0,6 gram per sentimeter kubik adalah biasa (Foth, 2000).
            Contoh tanah yang digunakan untuk menetapkan berat jenis palsu harus diambil secara hati-hati dari dalam tanah. Pengambilan contoh tanah tidak boleh merusak struktur asli tanah. Terganggunya struktur tanah dapat mempengaruhi jumlah pori-pori tanah, demikian pula berat satuan volume. Empat atau lebih bongkah (gumpal) tanah biasanya diambil dari tiap horison untuk memperoleh nilai rata-rata. Gumpal-gumpal tanah yang diambil dari lapangan untuk penetapan bulk density dibawa ke laboratorium untuk dikering ovenkan dan ditimbang. Kerapatan volume dapat pula Ditetapkan dengan satuan lain, misalnya pount/ft. Jika ditetapkan dalam g/cm, maka bulk density lapisan olah berstruktur halus biasanya berkisar antara 1,0 – 1,3. Sedangkan jika tekstur tanah itu kasar, maka kisaran itu selalu di antara 1,3 – 1,8. Semakin berkembang struktur tanah lapisan olah yang bertekstur biasanya memiliki nilai berat jenis palsu yang rendah, dibandingkan pada tanah-tanah  berpasir. Timbulnya proses pembentukan struktur di horison-horison bagian atas dari bahan induk ini mengakibatkan bulk density yang rendah dibandingkan lebih rendah dari batuan induk itu sendiri. Tanah-tanah organik memiliki nilai bulk density yang rendah dibandingkan dengan tanah mineral. Tergantung dari sifat-sifat bahan organik yang menyusun tanah organik itu, dan kandungan air pada saat pengambilan contoh, maka biasanya bulk density itu berkisar antara 0,2 – 0,6 gr/cm( Hakim, dkk, 2006).
            Bahan organik memperkecil berat isi tanah karena bahan organik jauh lebih ringan daripada mineral. Berat isi ditentukan oleh porositas dan padatan tanah. Tanah yang bertekstur halus mempunyai berat isi yang lebih rendah daripada tanah berpasir (Pairunan, dkk, 2005).
2. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bulk Density
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bulk density adalah sebagai berikut :
1. Tekstur Tanah
            Tekstur tanah mempengaruhi bulk density di dalam tanah, yang memiliki tekstur beliat mempunyai bulk density yang kecil dan tanah yang teksturnya berpasir mempunyai nilai bulk density besar. Semakin baik tekstur tanah (tekstur berliat) maka tanah tersebut baik digunakan sebagai lahan pertanian. Ini dikarenakan air akan mudah meneruskan air dan tanah akan mudah ditembus oleh akar tanaman.
2. Struktur Tanah
            Kerapatan volume ditetapkan dalam g/cm maka kerapatan isi lapisan berstruktur halus biasanya berkisar 1,0 – 1,3, sedangkan jika tekstur tanah itu kasar, maka kisaran itu selalu diantara 1,3 – 1,8. Semakin berkembang struktur tanah lapisan oleh yang bertekstur biasanya memiliki nilai berat jenis palsu yang rendah, dibandingkan pada tanah-tanah berpasir. Semakin remah struktur tanah maka semakin rendah presentasi bulk density tanah tersebut.
3. Bahan Organik
            Bahan organik juga dapat memperkecil kerapatan isi berat isi tanah. Presentasi bulk density akan besar apabila bahan organik yang terdapat pada tanah tersebut sedikit,dan begitupun sebaliknya (Hardjowigeno, 2007).

2. 2 Pengaruh Bulk Density terhadap Produktivitas Tanaman dan Faktor-
       Faktor yang mempengaruhinya
Dampak dari rendahnya kandungan bahan organik (BO) ini antara lain tanah menjadi keras dan liat sehingga sulit diolahBahan organik lebih ringan daripada bahan mineral. Disamping itu bahan organik akan memperbesar pori tanah. Nilai Bulk density akan lebih rendah bahan organik penyusun tanah tinggi karena bahan organik dapat memperkecil berat (S) tanah dan dapat memperbesar porositas tanah serta memiliki berat yang kecil dibanding dengan bahan mineral. Tanah dengan nilai bulk density yang kecil baik untuk lahan pertanian sebab bulk density yang kecil bahan organik yang dikandungnya akan semakin besar sehingga  akan  menyebabkan  airasi  dalam  tanah  tersebut  menjadi  lebih  baik.
Tanah yang memiliki bulk density tinggi atau besar mempunyai kandungan bahan mineral yang banyak, namun porositasnya rendah karena semakin tinggi nilai bulk densitynya maka porositasnya akan berkurang (Anonim, 2007).
Semakin padat suatu tanah maka porositasnya akan semakin berkurang sehingga akar-akar tanaman susah untuk menembus tanah akibatnya tanaman tidak akan tumbuh dengan subur karena kekurangan unsur hara dari tanah (Anonim, 2007).

III. METODOLOGI
3. 1 Tempat dan Waktu              
Praktikum pengamatan bulk density dilaksanakan di laboratorium kimia tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar yang berlangsung pada hari Rabu, 3 Nopember 2010, Pukul 01.30 WITA sampai selesai.
3. 2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum bulk density adalah ring sampel, oven, desikator, pisau cutter, timbangan, dan mistar. Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah utuh inseptisols, kertas label, dan tisu.
3. 3 Prosedur Kerja
1. Contoh tanah dari pengamatan profil yaitu contoh tanah utuh yang diambil dengan ring sampel, dimasukkan ke dalam oven 2 hari sebelum praktikum.
2. Setelah mengovenkan, memasukkan contoh tanah tadi dalam desikator untuk mendinginkan kemudian menimbang tanah beserta ring sampelnya. Selanjutnya mengeluarkan tanahnya kemudian menimbang ring sampelnya.
3. Menghitung bulk  density dengan persamaan:
    BD =
    Keterangan : Volume tanah =
                          T = tinggi ring sampel (cm)  
   r  = jari-jari (cm)

sumber : http://iinmutmainna.blogspot.com/2012/05/bulk-density.html

Metode Mesin Core Drill

 Tujuan dari pengujian core drill yaitu untuk menentukan/mengambil sample perkerasan di lapangan sehingga bisa diketahui tebal perkerasannya serta untuk mengetahui karakteristik campuran perkerasan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui secara tepat susunan struktur dari suatu konstruksi jalan, jenis perkerasan, persentase susunan dan untuk memeriksa perubahan dari struktur jalan.

Peralatan yang digunakan antara lain :

  1. Mesin Core Drill
  2. Pompa Air
  3. Alat untuk menutup lubang bekas pengeboran.

Langkah-langkah pengujian core drill yaitu

  1. Alat diletakkan pada lapisan perkerasan beton/aspal yang akan diuji dengan posisi datar.
  2. Setelah itu kita sediakan air dengan alat yang ada sistem pompa.
  3. Kemudian air dimasukkan ke alat core drill dengan selang kecil pada tempat yang sudah disediakan pada alat tersebut, sehingga alat tidak mengalami kerusakan terutama mata bor yang berbentuk silinder selama proses pengujian.
  4. Setelah semua siap kemudian alat dihidupkan dengan menggunakan tali yang dililitkan pada starter alat dan ditarik.
  5. Setelah alat hidup mata bor diturunkan secara perlahan-lahan pada titik yang telah kita tentukan sampai kedalaman tertentu, kemudian setelah kedalaman tertentu alat dimatikan dan mata bor dinaikkan.
  6. Kemudian hasil dari pengeboran tersebut diambil dengan menggunakan penjepit, setelah itu diukur tebal dan dimensinya dan amati sampel tersebut apakah perkerasan tersebut layak pakai atau tidak.

Kesimpulan

Dalam pelaksanaan uji alat core drill perlu diperhatikan kontinuitas pemakaian air karena jika ada keterlambatan dalam pemberian air pada ujung mata bor, akan menyebabkan terjadinya kerusakan dari alat tersebut.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/core-drill

Metode Lab Type Stone Crusher

 Metode Lab Type Stone Crusher

 Laboratory stone crusher adalah pengujian untuk memecah agregat untuk mendapatkan ukuran material yang diinginkan. Benda uji yang harus disiapkan adalah agregat. Sedangkan alat yang dibutuhkan adalah

  1. Stone Crusher
  2. Ember
Laboratory Stone Crusher
Laboratory Stone Crusher

Pelaksanaan

Siapkan alat yang akan dipakai dan tentukan berapa besar ukuran agregat yang diinginkan serta ukuran besar kecilnya lubang pemecah agregat.

  1. Siapkan agregat yang akan ditumbuk.
  2. Hidupkan alat dengan menekan tombol “on”.
  3. Masukkan agregat ke dalam alat sedikit demi sedikit.
  4. Pada saat memasukkan agregat ke dalam alat usahakan ukuran agregat tidak melebihi ukuran lubang pemecahnya.
  5. Setelah agregat dimasukkan, tutup lubang untuk menghindari pecahan agregat yang terlempar keluar alat.
  6. Untuk hasil yang optimal, maka perlu diperhatikan ukuran agregat yang akan dimasukkan dan besar kecilnya lubang untuk pemecah agregat.

Data Pemeriksaan

Data pemeriksaan yang dihasilkan berupa batu dengan ukuran-ukuran ¾″ dan ½″ yang sesuai dengan ukuran diameter dari mesin pemecah batu tersebut.

Pembahasan

Pada percobaan uji pemecah batu dengan menggunakan mesin pemecah batu dapat diketahui cara kerja dari mesin pemecah batu, sehingga kita dapat dengan mudah menentukan ukuran batu yang diinginkan.

Dalam percobaan tersebut perlu diperhatikan kondisi batu pada waktu dimasukkan kedalam mesin pemecah batu . kondisi ini dapat diartikan kondisi batu tersebut maupun cara pemasukan batu kedalam alat pemecah.

Kesimpulan

Dari percobaan ini kita dapat mengetahui cara kerja dari mesin pemecah batu. Sehingga diharapkan kita dapat dengan mudah memecah batu sesuai dengan ukuran yang kita inginkan.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/laboratory-stone-crusher