Pengujian Aspal



Pengujian aspal terdiri dari pengujian berat jenis bitumen, pengujian kadar air dalam aspal, pengujian titik lembek aspal, pengujian penetrasi bahan-bahan bitumen, pengujian daktalitas dan pengujian campuran aspal dengan alat marshall.

Definisi aspal adalah bahan yang bersifat semen padat atau setengah padat, berwarna cokelat tua, yang bila dipanaskan akan mencair berangsur-angsur, dimana konstituennya paling dominan adalah bitumen yang seluruhnya terdapat di alam dalam bentuk padat atau yang diperoleh dari melalui pemurnian minyak bumi atau turunan-turunan darinya (ASTM D-8)

Bitumen adalah campuran hidrokarbon yang berasal dari lam atau terjadi karena proses pemanasan minyak bumi, atau kombinasi keduanya, sering kalo disertai oleh turunannya dan metal yang mungkin bersifat gas, cair, setengah padat atau padat yang larut dalam karbon tetra klorida (TCE)

Aspal minyak bumi adalah aspal yang hasilnya dari pemurnian minyak bum. Aspal alam adalah aspal yang terdapat di alam yang terurai dari minyak bumi oleh proses-proses alam yang menguapkan fraksi-fraksi ringan dan meninggalkan fraksi-fraksi aspal. Aspal alam antara lain terdapat di pulau Buton, Trinidad, Lake Bermudez dan lain-lain.

Semen aspal adalah yang dimurnikan sedemikian sehingga memenuhi spesifikasi untuk tujuan perkerasan. Penetrasi aspal semen adalah antara 40-300. Istilah yang sering digunakan AC (Asphalt Cement)

Untuk mengetahui sifat-sifat aspal tersebut, maka diadakan pemeriksaan aspal atau pengujian-pengujian terhadap aspal di laboratorium. Tujuan yang lebih khusus adalah apakah aspal-aspal tersebut memenuhi spesifikasi yang isyaratkan atau tidak
sumber : http://unitedgank007.blogspot.com/2016/05/pengujian-aspal.html

Contoh Metode Pemeriksaan Kekentalan (Viscositas) Aspal


Pemeriksaan Kekentalan (viscositas) aspal merupakan salahsatu praktikum yang terdapat dalam Praktikum Perkerasan Jalan Raya. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan tingkat kekentalan (viscositas) aspal dengan menggunakan alat saybolt viscometer, seperti gambar diatas serta untuk mengetahui suhu pencampuran  dan suhu pemadatan untuk pengujian campuran panas (hot mix). Untuk lebih lengkapnya di bawah.

PEMERIKSAAN
KEKENTALAN (VISCOSITAS) ASPAL
(AASHTO T-54-61)
(ASTM D-1665-61)

1.    DASAR TEORI

 Viscositas atau kekentalan aspal secara universal adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan bahan sebanyak 60 ml dalam detik pada slum tertentu melalui lubang universal (Universal Office) yang telah distandarkan dan dinyatakan dalam S.U.S (Saybolt Universal Second). Viscositas dapat pula disebut sebagai kekentalan saybolt furol yaitu waktu yang diperlukan untuk mengalirkan suatu bahan sebanyak 60 ml dalam detik pada suhu tertentu melalui lubang Furol (Furol Office) yang telah distandarkan dan dinyatakan dalam S.F.S (Saybolt Furol Second).

Tingkat material bitumen dan suhu yang digunakan tergantung pada kekentalannya. Kekentalan aspal sangat bervariasi terhadap suhu dan tingkatakan padat, encer sampai cair. Hubungan antara kekuatan dan suhu adalah sangat penting dalam perencanaan dan penggunaan material bitumen kekuatan akan berkurang (dalam hal ini aspal menjadi lebih encer), ketika suhu meningkat.
Kekuatan absolute atau dinamik dinyatakan dalam satuan pada detik atau poise (1 poise = 0,1 Pa detik) viskositas kinematika dinyatakan dalam satuan cm2/detik dan stoket  atau centitokes ( 1 stokes = 100 centistokes. 1 cm2/detik) karena kekentalan kinematik sama dengan kekentalan absolute dibagi dengan berat  jenis ( kira-kira 1 cm2/detik untuk bitumen)
Kekentalan kinematik absolute dan kekentalan kionematik mempunyai harga yang relative sama apabila kedua-duanya dinyatakan masing-masing dalam stokes. Pada pratikum kekentalan kedua-duanya dinyatakan oleh waktu menetes ( dalam detik /menit) dan pada suhu berapa dilakukan pengujian. Waktu yang didapat harus dirobah dalam bentuk C(cst)
C(cst) = Waktu yang dicatat x 2,18
C(cst) berguna untuk pembuatan dan memasukan nilai pada grafik natinya pada pratikum pengujian viskositas diperlukan 60 ml sampel untuk melalui suatu lubang yang telah dikalibrasi. Diukur dibawah kondisi tertentu dan selanjutnya dilaporkan sebagai nilai viskositas dari sampel tersebut pada suhu tertentu, sedangkan viskositas kinematik dinyatakan dengan waktu yang dibutuhkan  oleh bitumen cair dengan suhu 60o C untuk mengisi penuh wadah gelas (viscositas)
Penentuan  kekentalan dengan menggunakan alat saybolt ini sebenarnya kurang praktis karena hasilnya didapat dari hasil percobaan tidak bisa digunakan langsung tetapi harus dihitung dulu dengan menggunakan factor koreksi.

2.    MASKUD

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan tingkat kekentalan (viscositas) aspal dengan menggunakan alat saybolt dan dapat mengetahui suhu pencampuran  dan suhu pemadatan untuk pengujian hot mix.


3.    PERALATAN

Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

1.    Saybolt Viscometer
Berfungsi sebagai alat untuk menguji kekentalan suatu aspal
2.    Labu Viscometer
Berfungsi sebagai wadah untuk menampung aspal cair dari alat Saybolt viscometer
3.    Thermometer
 Berfungsi untuk mengukur suhu perendaman di dalam gelas ukur
4.    Stopwach
Berfungsi untuk mengukur waktu perendaman aspal
5.    Wadah
Berfungsi sebagai tempat aspal ketika dipanskan
6.    Penjepit
Berfungsi sebagai alat untuk menjepit cawan
 7.    Kompor Gas
Berfungsi untuk memanaskan aspal
 8.    Blue Gas
Berfungsi sebagai bahan bakar untuk kompor gas

 4.    BAHAN

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

1.    Aspal Pen 60/70
Digunakan sebagai benda uji
2.    Oli
Digunakan sebagai bahan untuk membersihkan alat dari aspal yang melekat

5.    PROSEDUR PRAKTIKUM

Prosedur percobaan dalam praktikum ini yaitu:

  1. Pertama-tama siapakan peralatan dan bahan yang akan digunakan;
  2. Siapkan alat saybolt viscometer, lalu atur suhu dengan cara mengatur suhu pada alat hingga mencapai 120oC;
  3. Sambil menunggu alat saybolt viscometer mencapai suhu 100oC, panaskan aspal dengan kompor/tungku hingga mencapai 100oC, panaskan dengan merata kemudian masukan ke dalam tabung saybolt viscometer;
  4. Ukurlah suhu didalam tabung saybolt viscometer yang berisi aspal, apabila suhunya sudah mencapai 100oC, mulai lakukan pengujian untuk menghitung waktu aspal jatuh kedalam labu viscometer;
  5. Letakan labu viscometer 60 ml dibawah saybolt viscometer, tabung ini digunakan untuk menampung aspal yang mengalir kebawah;
  6. Cabut gabus penyumbat dan mulai hidupkan stopwatch disaat aspal pertama menetes d labu viscometer;
  7. Matikan stopwatch apabila aspal sudah mencapai pada batas 60 ml (sampai leher labu viscometer);
  8. Catat waktu pengaliran dalam detik sampai 0,1 detik terdekat;
  9. Tutup lubang saybolt viscometer dengan gabus penyumbat aliran aspal tadi;
  10. Lalu catat hasil pengamatan tersebut ke dalam form praktikum yang telah disediakan;
  11. Setelah itu rapihkan dan bereskan kembali peralatan yang telah digunakan.


6.    PERHITUNGAN

Viscositas Kinetic (cst) : SFS detik) x FK
Dimana : SFS = Kekentalan Saybolt Furol yang telah dikoreksi dalam detik
FK   = Faktor Koreksi, Fk = 2,18
Pembacaan pada suhu 120℃
Viscositas Kinetic (cst) = 37 detik x 2,18  = 80,66
Waktu alir viscositas ali standar seharusnya sama dengan waktu alir dari viscositas saybolt. Jika waktu alir tersebut berbeda lebih dari 0,20%. Hitung faktor koreksi F dengan cara sebagai berikut:
F = V/t
Dimana :
F= Faktor Koreksi
V= Kekentalan Standar
T= Waktu Alir pada 37,8 ℃ (dalam detik)
Gunakan faktor koreksi untuk kekentalan pada berbagai suhu apabila kalibrasi alat viscometer menggunakan ali standar yang mempunyai waktu alir antara 200 - 600 detik

7.    CATATAN

Pada saat pengujian aspal pen 60/70 yang digunakan, saat melaksanakan pengujian tersebut aspal yang jatuh ke dalam labu viscometer tidak langsung masuk ke dalam labu viscometer, akan tetapi menggumpal di atasnya. Hal ini dapat terjadi karena suhu aspal yang digunakan kurang sehingga aspal cepat menggumpal karena terlalu kental sehingga tidak langsung masuk ke dalam labu viscometer.

8.    KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan tidak didapatkan nilai kekentalan aspal. Nilai kekentalan ini digunakan untuk suhu campuran aspal cair dan  juga untuk menentukan suhu pemadatan campuran beraspal panas yang dikarenakan human error maka tidak didapat nilai kekentalan viscositasnya.


sumber : 
http://helm-proyeku.blogspot.com/2018/01/contoh-laporanprosedur-praktikum_16.html

Metode Analisis Saringan Sieve

1.      PENDAHULUAN

Partikel-partikel pembentuk struktur tanah pada dasarnya mempunyai ukuran dan bentuk yang beraneka ragam, baik pada tanah kohesif maupun tanah non-kohesif. Sifat suatu tanah banyak ditentukan oleh ukuran butir dan distribusinya. Sehingga di dalam mekanika tanah, analisa ukuran butir banyak dilakukan/dipakai sebagai acuan untuk mengklasifikasikan tanah.

Pengujian analisa butiran ini dilakukan dengan dua cara:
- Analisa Ayakan (sieve analysis)                     : untuk kandungan tanah yang berbutir kasar   
     (pasir, kerikil).
- Analisa hidrometer (hydrometer analysis)     : untuk kandungan tanah berbutir halus (lolos  
     ayakan No. 200).

2.      MAKSUD

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran butir dan susunan butir (gradasi tanah) yang tertahan saringan No. 200.

3.      PERALATAN

1.      Mesin pengguncang saringan (Shieve Shaker)
2.      Saringan (Sieve)
3.      Timbangan ketelitian 0,01 gram
4.      Talam

Gambar 1.1. Sleve Shaker Elektrik
KETERANGAN GAMBAR

1.      Palang penggantung
2.      Penggantung saringan
3.      Klem penjenpit Saringan
4.      Dudukan Saringan
5.      Tutup saringan
6.      Tiang
7.      Baut pengunci
8.      Saringan (sieve)
9.      Pan
10.  Saklar ON-OFF
11.  Box Mesin
12.  Stecker
13.  Scoope
14.  Sikat Halus
15.  Kuas
16.  Cawan

4.      PROSEDUR PERCOBAAN

3.1.   CARA KERING (A)

1.      Bersihkan masing-masing saringan + pan yang akan digunakan, kemudian timbang masing-masing saringan tersebut dan susun sesuai standart yang dipakai.
2.      Letakan susunan saringan tersebut diatas alat pengguncang.
3.      Keringkan benda uji dalam oven dengan temperatur 600 C sampai dapat digemburkan, atau dengan panas matahari, kemudian tumbuk dengan palu karet agar butirannya tidak hancur.
4.      Masukan benda uji kedalam susunan saringan kemudian ditutup.
5.      Kencangkan penjepit susunan saringan.
6.      Hidupkan motor penggerak mesin pengguncang 10-15 menit .
7.      Setelah dilakukan pengguncangan selama 10-15 menit, mesin pengguncang dimatikan. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu agar mengendap.
8.      Timbang berat masing-masing saringan beserta benda uji yang tertahan didalamnya, demikian pula halnya dengan pan.

3.2.   CARA BASAH (B)

1.      Contoh tanah dari lapangan dikeringkan (dijemur) atau dengan menggunakan alat pemanas lain dengan suhu tidak lebih dari 600 C. Tumbuk gumpalan-gumpalan tanah dengan menggunakan palu karet agar butiran-butirannya lepas.
Agar benda uji dapat mewakili, maka dilakukan cara seperempat atau dengan memasukan kedalam sample splitter.
2.      Timbang sample sebanyank 500 gram, masukan kedalam saringan no. 200 kemudian cuci sampai air kelihatan bersih. Keringkan sample tertahan saringan no. 200 tersebut didalam oven selama 24 jam dengan suhu 1100C.
3.      Susun atau set saringan sesuai dengan standar yang digunakan.
4.      Timbang masing-masing saringan tersebut dan sebelumnya dibersihkan dengan menggunakan sikat.
5.      Masukan sample yang tertahan saringan no.200 kedalam saringan yang telah tersusun, goncangkan dengan menggunakan sieve shaker (alat pengguncang) selama 10-15 menit, diamkan selama 5 menit agar sample mengendap.
6.      Timbang sample yang tertahan pada masing-masing saringan ,
7.      Hitung hasil keseluruhan.

5.      PERAWATAN

  1. Setelah selesai dipakai, segera bersihkan saringan tersebut dengan menggunakan sikat yang halus dan ditiup dengan kompressor.
  2. Lumas oli bagian-bagian yang bergerak secara berkala.
  3. Kencangkan semua baut yang kendur.
  4. Apabila goncangan terlalu keras dan berisik, putar sedikit tiang penggantung agar posisinyan segaris dengan snetrik. Atur ruang kosong antara sentrik dan coakan alas pengguncang agar tidak terlalu rapat lalu oleskan stempet secukupnya.
Proyek             : Pengujian Ayakan
Lokasi             : Laboratorium
Jenis Tanah      : Lanau
Tgl. Pengujian : 16 Januari 2015
Dikerjakan       :......
Diperiksa         :......



Presentase yang lolos
Ke 60 : D60 = 60/100 x 95,982 =57,5892

Pemeriksaan Lendutan Jalan dengan Alat Benkelman Beam


A.   MAKSUD DAN TUJUAN

Metode ini digunakan sebagai pegangan dalam pengujian perkerasan jalan dengan alat  Benkelman Beam yaitu dengan cara mengukur gerakan vertikal pada permukaan lapis jalan melalui pemberian beban roda yang diakibatkan oleh beban tertentu.
Tujuan dari pemeriksaan Benkelman Beam ini adalah untuk memperoleh data lapangan yang akan bermanfaat pada :

  1. Penilaian struktur perkerasan
  2. Perbandingan sifat-sifat struktural sistem perkerasan yang berlainan.

 B.   BENDA UJI

Permukaan aspal di jalan raya


C. PERALATAN

1. Truk dengan spesifikasi standar sebagai berikut :

–          Berat kosong truk (5 ± 01) Ton
–          Jumlah as 2 buah, dengan roda belakang ganda
–          Beban masing-masing roda belakang ban ganda yaitu (4,08 ± 0,045) Ton atau (9000 ± 100) Lbs
–          Ban dalam kondisi baik dan dari jenis kembang halus (zig-zag) dengan ukuran 25,4 x 50,8 cm atau 10 x 20 inchi
–          Tekanan angin ban (5,5 ± 0,0) kg/cm2 atau (80 ± 1) Psi
–          Jarak sisi kedua bidang kontak ban dengan permukaaan jalan antara 10-15 cm atau 4-6 inchi
2. Alat timbang muatan praktis yang dapat dibawa kemana-mana (Portable Weight Bridge) kapasitas 10 Ton.

  1. Alat Benkelman Beam terdiri dari dua batang yang mempunyai panjang total standar (366 ± 0,16) cm yang terbagi menjadi 3 bagian dengan perbandingan 1 : 2 sumbu 0 dengan perlengkapan sebagai berikut :

–          Arloji pengukur (dial Bouge) berskala mm dengan ketelitian 0,01 mm
–          Alat penggetar (Buzzar)
–          Alat pendatar (Waterpass)

  1. Pengukur tekanan yang dapat mengukur tekanan angin ban minimum 5 kg/cm2 atau 80 Psi.
  2. Termometer (5oC-70oC) dengan perbandingan skala 10C atau (40F-140F) dengan pembagian skala 1oF.
  3. Rol meter 30 m dan 3 m (100ft dan 10ft).
  4. Formulir lapangan dan hardboard).
  5. Minyak arloji pengukur dan alkohol murni untuk membersihkan batang arloji pengukur.
  6. Perlengkapan keamanan bagi petugas dan tempat pengujian :

–          Tanda batas kecepatan lalu lintas pada saat melewati tempat pengujian pada ditempatkan ±50 m didepan dan dibelakang truk.
–          Tanda penunjuk lalu lintas yang dapat dilewati.
–          Tanda lampu peringatan terutama bila pengujian malam hari.
–          Tanda pengenal kain yang dipasang pada truk dibagian depan dan belakang.
–          Tanda pengaman lalu lintas yang dipegang oleh petugas.
–          Pakaian khusus petugas yang warnanya dapat dilihat jelas oleh pengendara.


D. PELAKSANAAN

  1. Memasang batang pengukur Benkelman Beam sehingga menjadi sambungan kaku.
  2. Dalam keadaan batang pengukur terkunci, menempatkan Benkelman Beam pada bidang datar, kokoh dan rata misalnya pada lantai.
  3. Mengatur kaki sehingga Benkelman Beam dalam keadaan datar.
  4. Menempatkan alat penyetel pada alat yang sama dan mengatur sehingga alat berada dibawah tumit batang (TB) dari batang pengukur, kemudian mengatur landasan sehingga batang menjadi datar dan mantap.
  5. Melepaskan pengunci (P) atau batang pengukur atau menurunkan ujung batang perlahan-lahan hingga TB terletak pada penyetel.
  6. Mengatur arloji pengukur (AP2) Benkelman Beam pada kedudukannya hingga ujung arloji pengukur bersinggungan dengan batang pengukur, kemudian dikunci dengan kuat.
  7. Mengatur arloji pengukur alat penyetel (AP1) pada dudukannya hingga ujung batang arloji bersinggungan dengan batang pengukur tepat diatas TB kemudian dikunci dengan erat.
  8. Mengatur kedudukan batang arloji pengukur Benkelman Beam dan batang arloji alat penyetel, sehingga batang arloji dapat bergerak ± 5 mm
  9. Dalam kedudukan seperti h diatur kedua jarum arloji pengukur pada angka nol.
  10. Menghidupkan alat penggetar, kemudian menurunkan plat penyetel dengan memutar skrup pengatur, sehingga arloji pengukur pada formulir yang sudah tersedia dapat dibaca.
  11. Melakukan seperti j berturut-turut pada setiap penurunan batang arloji pengukur 0,25 mm sampai mencapai penurunan, mencatat pembacaan arloji pada setiap penurunan tersebut.
  12. Dalam keadaan kedudukan seperti k, menaikkan penyetel berturut-turut pada setiap kenaikan batang arloji pengukur 0,25 mm sampai mencapai kenaikan 2,5 mm (tumit batang kembali pada kedudukan normal).
  13. Hasil pembacaan arloji Benkelman Beam dikalikan dengan faktor skala batang Benkelman Beam (perbandingan jarak antara tumit batang sampai sumbu nol terhadap jarak antar sumbu nol sampai belakang ujung belakang batang pengukur) untuk alat Benkelman Beam yang umum digunakan dengan faktor perbandingan 1 : 2 maka pembacaan arloji tersebut dikalikan dengan 2.
  14. Jika pembacaan arloji Benkelman Beam berbeda dengan hasil pembacaan pada arloji alat penyetel berarti ada kemungkinan kesalahan pada alat seperti gesekan pada sumbu yang terlalu besar atau peluru-peluru sumbu yang terlalu longgar.
sumber : https://tekniksipil.id/pemeriksaan-lendutan-jalan-dengan-alat-benkelman-beam/

Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar

1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis agregat kasar serta kemampuannya menyerap air. Besarnya berat jenis yang diperiksa adalah untuk agregat dalam keadaan kering, berat kering permukaan jenuh ( Saturated Surface Dry ), berat jenis semu ( Apparent ).

Keterangan :
– Berat jenis ( Bulk Specific Grafity ) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suatu suhu tertentu.
– Berat jenis kering permukaan ( SSD ) yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
– Berat jenis semu ( Apparent Specific Grafity ) ialah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
– Penyerapan adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.

2. PERALATAN
– Timbangan kapasitas 5 Kg dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat
– penggantung keranjang.
– Keranjang kawat
– Bak perendam
– Oven, dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai ( 110 ± 5 )°C
– Alat pemisah contoh
– Saringan No. 4
– Pan

3. BENDA UJI
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 diperoleh dari alat pemkisah contoh atau cara perempat, sebanyak kira – kira 2, 25 Kg.

4. PROSEDUR PERCOBAAN
– Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan – bahan lain yang melekat pada permukaan.
– Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 105°C sampai berat tetap.
– Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama satu jam, kemudian menimbang dengan ketelitian 0,5 gram ( Bk ).
– Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama ( 24 ± 4 ) jam.
– Keluarkan benda uji dari dalam air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang ( SSD ), untuk butiran yang besar pengering harus satu persatu.
– Timbang benda uji kering permukaan jenuh ( Bj ).
– Letakkan benda uji dalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan menentukan beratnya dalam air ( Ba ).
– Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan ke suhu standar ( 25°C ).

5. PERHITUNGAN
– Berat jenis ( Bulk Specify Gravity ) = Bk/(Bj-Ba)
– Berat jenis SSD = Bk/(Bj-Ba)
– Berat jenis semu = Bk/(Bk-Ba)
– Penyerapan ( Arbsorbsi ) = (Bj -Bk )/Bk x 100 %

Dimana :
Bk = Berat Benda Uji Kering Oven ( gram )
Bj = Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh ( gram )
Ba = Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh di dalam Air ( gram )

6. LAPORAN
hasilnya dilaporkan dalam Form. PB – 0202 – 76, dengan bilangan desimal sampai dua angka di belakang koma.

7. HASIL PENGAMATAN

TABEL HASIL PEMERIKSAAN BERAT JENIS
DAN
PENYERAPAN AIR
AGREGAT KASAR

PB – 0202 – 76

PEMERIKSAAN I II RATA – RATA
Berat Benda Uji Kering Oven ( Bk ) 2, 250 2,250 2, 250
Berat Benda uji Kering Permukaan Jenuh ( SSD ) ( Bj ) 2, 496 2, 350 2, 423
Berat Benda Uji di dalam Air ( Ba ) 1, 472 1,384 1, 428
Berat Jenis ( Bulk ) Bk/(Bj-Ba) 2, 197 2,329 2, 263
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh Bj/(Bj-Ba) 2, 437 2, 432 2, 434
Berat Jenis Semu ( Apparent ) Bk/(Bk-Ba) 2, 892 2, 598 2, 745
Penyerapan ( Arbsorption ) (Bj-Bk)/Bk x 100 % 10, 93 % 4, 44 % 7, 68 %

8. PENGOLAHAN DATA

I. – Berat Jenis ( Bulk ) = Bk/(Bj-Ba) = (2,250)/(2,496 -1,472) = 2, 197

– Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh = Bj/(Bj-Ba) = (2,496)/(2,496 -1,472) = 2, 437

– Berat Jenis Semu ( Apparent ) = Bk/(Bk-Ba) = (2,250)/(2,250 -1,472) = 2, 892

– Penyerapan ( Arbsorption ) = (Bj-Bk)/Bk x 100 % = (2,496 – 2,250 )/(2,250) x 100 %

= 10, 93 %

II. – Berat Jenis ( Bulk ) = Bk/(Bj-Ba) = (2,250)/(2,350 -1,384) = 2, 329

– Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh = Bj/(Bj-Ba) = (2,350)/(2,350 – 1,384) = 2, 432

– Berat Jenis Semu ( Apparent ) = Bk/(Bk-Ba) = (2,250)/(2,250 – 1,384 ) = 2, 892

– Penyerapan ( Arbsorption ) = (Bj-Bk)/Bk x 100 % = (2,350 – 2,250 )/(2,250) x 100 %

= 7, 685 %

9. GAMBAR PERALATAN

10. KESIMPULAN
percobaan “ Berat Jenis dan Penyerapan Air pada Agregat Kasar “, maka dapat disimpulkan bahwa Agregat Kasar yang diperiksa memiliki Berat Jenis rata – rata sebesar 2, 434. Dan memiliki nilai Penyerapan rata – rata sebesar 7, 685 %.

sumber : 
https://ikanbodoh.wordpress.com/2014/04/16/pemeriksaan-berat-jenis-dan-penyerapan-agregat-kasar-2/

Metode Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus


1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis ( Bulk Specific Grafity ) agregat halus serta kemampuannya menyerap air. Besarnya berat jenis yang diperiksa adalah untuk agregat dalam keadaan kering, berat kering permukaan jenuh ( Saturated Surface Dry ), berat jenis semu

( Apparent Specific Grafity ).

Keterangan :
– Berat jenis ( Bulk Specific Gravity ) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suatu suhu tertentu.
– Berat jenis kering permukaan ( SSD ) yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
– Berat jenis semu ( Apparent Specific Gravity ) ialah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
– Penyerapan adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.

2. PERALATAN
– Timbangan.
– Kerucut terpancung ( Cone ) diameter bagian atas ( 40 ± 4 ) mm dan diameter bagian dalam ( 90 ± 3 ) mm, tinggi ( 75,3 ± 3 ) mm. Yang terbuat dari logam.
– Batang penumbuk.
– Oven.
– Piknometer ( Labu Ukur ) 500 ml.
– Saringan No. 4.
– Nampan

3. BENDA UJI
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 diperoleh dari alat pemisah contoh sebanyak kira – kira 500 gram.

4. PROSEDUR PERCOBAAN
– Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu 110°C, sampai berat tetap. Yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 ( tiga ) kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut – turut, tidak mengalami perubahan berat lebih besar dari 0, 1 %. Dinginkan pada suhu ruang kemudian rendam dalam air selama ±24 jam.
– Buang air perendam secara hati – hati, jangan ada butiran yang hilang, menebarkan agregat di atas talam, keringkan di udara panas dengan cara membolak – balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh.
– Pemeriksaan kedaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda ke dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, kemudian angkat kerucut terpancung. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh, tetapi masih dalam keadaan tercetak.
– Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh, masukkan 500 gram benda uji ke dalam piknometer. Masukkan air suling sampai 90 % isi piknometer, putar sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya. Untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, atau dapat juga dilakukan dengan merebus piknometer.
– Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan ke suhu standar 25°C.
– Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.
– Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0, 1 gram ( Bt ).
– Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu ±110°C sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji.
– Setelah benda uji dingin, kemudian timbanglah ( Bk ).
– Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian dengan suhu standar 25°C ( B ).

5. PERHITUNGAN
– Berat jenis ( Bulk Specify Grafity ) = Bk/(B+500-Bt)
– Berat jenis SSD = 500/(B + 500 – Bt)
– Berat jenis semu = Bk/(B+ Bk – Bt)
– Penyerapan ( Absorbsi ) = (500 -Bk )/Bk x 100 %
Dengan :
Bk = Berat benda uji Kering Oven
Bt = Berat labu Ukur + air
B = Berat labu Ukur + Air
500 = Berat Benda Uji dalam Keadaan Kering Permukaan

6. LAPORAN
Hasilnya dilaporkan dalam form PB – 0203 – 76, dengan bilangan desimal sampai dua angka di belakang koma.

7. HASIL PENGAMATAN

TABEL
HASIL PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR PADA AGREGAT HALUS
PEMERIKSAAN I II RATA – RATA
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh ( SSD ) ( 500 ) 500 – –
Berat Benda Uji Kering Oven ( Bk ) 487, 7 – –
Berat Piknometer diisi Air ( 25°C ) 868 – –
Berat Piknometer + Benda Uji ( SSD ) + Air ( 25°C ) (Bt ) 1089 – –
Berat Jenis ( Bulk Specify Grafity ) Bk/(B+500-Bt) 1, 748 – –
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh 500/(B + 500 – Bt) 1, 792 – –
Berat Jenis Semu ( Apparent Specific Grafity ) Bk/(B+ Bk – Bt) 1, 828 – –
Penyerapan ( Arbsorption ) (500 -Bk )/Bk x 100 % 2, 52 – –

8. PENGOLAHAN DATA
– Berat Jenis ( Bulk Specify Grafity ) = Bk/(B+500-Bt) = (487,7)/(868 + 500 – 1089)= 1, 748

– Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh = 500/(B + 500 – Bt) = 500/(868 + 500 – 1089) = 1, 792

– Berat Jenis Semu ( Apparent Specific Grafity ) = Bk/(B+ Bk – Bt) = (487, 7)/(868+ 487,7 – 1089)= 1,828

– Penyerapan ( Arbsorption ) = (500 -Bk )/Bk x 100 % = (500 -487,7 )/(487,7) x 100 %
= 2, 52 %

9. KESIMPULAN
Jadi, berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan didapatkan bahwa Agregat Halus tersebut memiliki nilai Berat Jenis ( Bulk ) sebesar 1,748 dan memiliki nilai Penyerapan ( Arbsorption ) sebesar 2,52 %.

sumber : https://ikanbodoh.wordpress.com/2014/04/16/pemeriksaan-berat-jenis-dan-penyerapan-agregat-halus/