Penggunaan Jasa Konsultasi

Penggunaan Jasa Konsultasi

 Penggunaan Jasa Konsultasi

Dalam pelaksanaan proyek terkadang diperlukan jasa konsultan untuk menangani beberapa permasalahan. Hal ini biasanya karena pertimbangan efisiensi, ekonomi, dan integritas hasilnya dan terjadi karena umumnya lembaga atau perusahaan (kecuali yang khusus bergerak di bidang konsultasi), tidak melengkapi diri dalam menangani masalah spesifik yang tidak rutin terjadi dalam perusahaan.

Jasa konsultasi ini harus dipilih berdasarkan beberapa analisis dan pertimbangan seperti manfaat, lingkup kerja, serta monitoring yang diinginkan perusahaan. Dalam lingkungan usaha industri, jasa konsultasi biasa digunakan dalam menyiapkan paket kerja, survey, studi dan penelitian, bantuan manjemen, progam pelatihan, pengendalian mutu, prakomisi, uji coba, start up, administrasi, perijinan, hukum, pengadaan dana, dll

Konsultan professional menurut H.L. Shenson (1990) adalah perseorangan atau perusahaan yang memiliki keahlian, kecakapan, dan bakat khusus dan tersedia bagi yang memerlukan (klien), dengan imbalan sejumpah upah. Konsultan professional memberi nasehat dan seringkali membantu melaksanakan nasehat tersebut dengan dan untuk klien.

Ketika memilih konsultan, hendaknya memperhatikan apakah konsultan tersebut sudah memenuhi syarat minimal berikut :

  • Mampu menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh (comprehensive)
  • Didasarkan atas kenyataan
  • Adanya keterkaitan (relevansi) terhadap permasalahan
  • Memiliki kecakapan melihat ke depan
  • Menguasai perbendaharaan bahasa yang diperlukan
  • Bersifat ulet
  • Kreatif

Ada beberapa bentuk usaha konsultasi yang tersedia :

  • Konsultan perseorangan
  • Perusahaan konsultan
Proses Pengadaan Konsultan

Rangkaian kegiatan proses pengadaan konsultan dalam penyelenggaraan proyek :

Membuat kerangka acuan TOR (Term of Reference)

TOR merupakan rumusan tujuan dan lingkup kerja konsultasi dalam bentuk yang bersifat garis besar. Fungsi TOR adalah

  1. Menjelaskan ruang lingkup jasa konsultasi yang akan dilelang
  2. Sumber acuan bagi konsultan yang diundang mengikuti lelang
  3. Memberi informasi tentang keahlian yang diperlukan
  4. Memberi informasi tentang jadwal dan lingkup laporan
  5. Acuan dalam evaluasi proposal klarifikasi dan negosiasi dengan calon konsultan pemenang
  6. Dasar pembuatan kontrak dan evaluasi hasil kerja konsultan

Format dan rangkuman permasalahan TOR adalah

  1. Latar belakang adalah bila lingkup konsultasi merupakan bagian dari kegiatan proyek, maka TOR menggambarkan garis besar proyek, antara lain tentang tujuan proyek, lokasi, sumber pendanaan, organisasi pelaksana, dan organsasi yang terkait
  2. Tujuan dan keluaran setidaknya berisi pernyataan umum tujuan konsultasi dan dibuat daftar pokok keluaran yang diinginkan, peralatan dan material yang harus disediakan, jenis keahlian yang diperlukan, serta jenis dan jadwal laporan. Ini memungkinkan membuat perkiraan jumlah bulan – orang untuk kegiatan konsultasi.
  3. Lingkup jasa konsultasi; kegiatan utama yang dilakukan, kerjasama dengan pihak bersangkutan, data dan informasi yang harus diperoleh.
  4. Data dan fasilitas yang diberikan oleh pemilik proyek; meliputi data-data teknis, operasi dan keuangan waktu lalu sampai saat ini, studi yang pernah dilakukan, dan peraturan yang harus diikuti. Fasilitas menyangkut transportasi, ruang kantor dan partner yang akan disediakan oleh pemilik proyek.

Menyusun program kerja dan anggaran

Anggaran biaya dikenal sebagai HPS (harga perhitungan sendiri), yang dipakai sebagai patokan dalam menilai proposal. Disini penyusun anggaran harus memiliki pengetahuan tentang skala dan jangkauan jasa konsultasi yang akan diadakan. Program kerja mempermudah menyusun keperluan sumber daya yang akan dikonversi menjadi anggaran biaya. Dalam anggaran biaya dibutuhkan uraian kegiatan site survey menjadi komponen pekerjaan yang disusun dalam bagan balok kemudian diperoleh gambaran anggaran untuk alat, tenaga ahli, maupun tenaga kerja.

Biaya tenaga ahli :

  1. Biaya upah dasar tenaga ahli adalah upah bulanan kepada tenaga ahli dari perusahaan konsultan tempat mereka bergabung
  2. Jaminan dan kompensasi adalah tambahan pendapatan atas upah dasar, seperti jaminan kesehatan, uang cuti, pensiun, gaji bulan ke 13
  3. Overhead dan biaya administrasi adalah biaya yang digunakan oleh perusahaan konsultan untuk memutar roda usahanya seperti biaya pemasaran, sewa kantor, telekomunikasi, utilitas, administrasi, dan staf pendukung kantor pusat
  4. Fee adalah unsur biaya yang dibebankan kepada pemakai jasa sebagai laba konsultan.

Biaya yang dikeluarkan dalam program konsultasi sebaiknya dikategorikan sebagai unsur biaya yang ditagih kembali dan tidak dimasukkan dalam man – month rate. Dalam menghitung total biaya konsultasi perlu diperhatikan alokasi untuk kontijensi dan eskalasi. Kontijensi merupakan biaya cadangan untuk menutup pengeluran yang belum diidentifikasi sebelumnya tapi kemudian tidak dapat dihindari. Eskalasi untuk menutup tambahan biaya yang disebabkan oleh kenaikan harga barang dan jasa, eskalasi umumnya disediakan untuk kontrak jangka panjang (> 1 tahun)

Menyusun kriteria seleksi

Menjadi tolak ukur untuk menentukan pemenang dan peringkat perusahaan lelang. Kriteria seleksi ada dua yaitu kriteria untuk prakualifikasi dan mengevaluasi proposal.

Kriteria seleksi untuk prakualifikasi menyangkut masalah manajemen dan kesiapan konsultan ikut lelang antara lain :

  1. Pengalaman keberhasilan menangani proyek sejenis
  2. Pernah menangani pekerjaan dengan volume setara yang dinyatakan dalam biaya atau jam – orang
  3. Pernah bekerja di negara atau regional yang bersangkutan
  4. Indikasi tersedianya tenaga ahli pada waktu diperlukan
  5. Kondisi keuangan perusahaan

Kriteria seleksi untuk mengevaluasi proposal :

  1. Aspek teknis dan manajemen
  2. Aspek harga atau komersial menyangkut biaya tenaga ahli ditambah kontijensi dan eskalasi

Menyiapkan paket lelang

Dalam paket lelang diperlukan beberapa dokumen. Ada 3 rancangan kontrak yaitu

  1. Kontrak berdasarkan lama waktu terpakai (time – base) atau dikenal juga sebagai man – month contract”. Pembayarannya berdasarkan jumlah waktu sesungguhnya yang telah dipakai konsultan dalam melaksanakan tugasnya. Harga per satuan unit (dinyatakan dalam jam – orang, minggu – orang, atau bulan – orang) disetujui bersama sebelum dicantumkan kontrak
  2. Kontrak cost – plus
  3. Kontrak lump – sum

Pada dasarnya kontrak jasa konsultasi terdiri dari 4 bagian

  1. Lingkup pelayanan konsultasi, berisi lingkup pekerjaan, tanggal dimulai dan diakhiri kontrak. Serta mencatumkan tugas, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing pihak penanda tangan kontrak, serta langkah yang harus diikuti dalam hal memulai, mengubah, memodifikasi, dan menghentikan kontrak. Juga memuat pengaturan perihal asuransi, arbitrasi, bahasa yang dipakai, dan ketentuan hukum yang diberlakukan, Juga TOR
  2. Personil dan tenaga ahli
  3. Pembayaran; paling tidak memuat syarat pembayaran, jumlah harga/pembayaran, kapan dan cara perhitungan, serta tata cara penagihan. Juga tentang unit biaya langsung personil dan non personil, untuk kemungkinan perpanjangan kontrak atau perubahan lingkup kerja.
  4. Provinsi lain; tentang ketentuan yang belum ada dalam bagian lain. Seperti tanggung jawab profesi terhadap hasil kerja yang telah dilakukan, asuransi, pemecahan bila timbul perselisihan.

Proses seleksi dan pembentukan kontrak

Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemilik proyek dengan satu atau lebih konsultan menuju arah terjalinnya ikatan kerja atau kontrak. Pengadaan konsultan ada dua :

  1. Pelelangan terbuka yaitu diikuti oleh banyak konsultan, umumnya melewati tahap prakualifikasi, sebelum diberikan paket lelang. Pada kondisi tertentu diadakan penunjukkan langsung setelah meneliti beberapa konsultan (dalam jumlah amat terbatas) mengenai kemampuannya dalam daftar rekanan mampu
  2. Penunjukkan langsung

Langkah menerima dan mengkaji proposal

  1. Menerima paket proposal dalam sampul tertutup, lalu meneliti mengenai prosedur, kelengkapan, dan keabsahan syarat administrasi yang diadakan seperti jaminan lelang.
  2. Pembukaan sampul berisi proposal teknis, kemudian dilakukan penilaian aspek teknik dan manajemen pengadaan dengan memakai kriteria seleksi. Hasil penilaian menunjukkan peringkat peserta yang memenuhi syarat teknik dan manajemen. Proposal yang tidak memenuhi syarat teknik dan manejemen dikembalikan dengan proposal harga (yang masih dalam amplop tertutup)
  3. Pembukaan sampul berisi proposal harga yang dimulai dari peringkat pertama hasil penilaian aspek teknik dan manajemen. Jika dari penelitian dan negosiasi harga yang diajukan tidak melebihi anggaran (HPS), maka peserta itu ditetapkan sebagai pemenang lelang. Jika sampai semua peserta yang lolos penilaian aspek T&M tidak diperoleh konsultan yang menawarkan harga yang dibawah HPS, maka lelang diulang

Sebelum penandatanganan kontrak dengan pemenang lelang, panitia pengadaan klarifikasi dan konfirmasi akhir dengan calon pemenang terhadap pasal-pasal yang tercantum dalam rancangan kontrak. Agenda klarifikasi :

  1. Konfirmasi lingkup pengertian kegiatan, program kerja, serta jadwal penugasan personil
  2. Konfirmasi akan tersedianya fasilitas yang akan diberikan oleh pemilik proyek
  3. Penegasan berbagai aspel finansial
  4. Meneliti pasal rancangan kontrak apakah masih ada hal-hal yang membutuhkan penjelasan atau modifikasi
  5. Apakah akan diterbitkan letter of intent untuk memulai pekerjaan sebelum kontrak dinyatakan efektif
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/pengelolaan-dan-pengendalian-proyek/penggunaan-jasa-konsultasi

Dokumen Lelang

Dokumen Lelang

Dokumen lelang adalah seperangkat dokumen yang berisi informasi dan petunjuk tentang ketentuan atau peraturan dalam penyelenggaraan pelelangan supaya para pihak yang terkait saling mengetahui, memahami dan mematuhi pelaksanaan pelelangan dengan baik, serta mengetahui hak atau kewajiban dalam pelaksanaan kontrak.

Dokumen lelang adalah dasar hukum yang mengikat para pihak dalam rangka pelelangan (antara penyedia barang/jasa dan pengguna barang/jasa telah sepakat pada waktu pemberian penjelasan dokumen lelang)

Keterangan :

SPB : Surat Pesanan Barang

SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja

Nb : Tidak boleh tanda tangan kontrak sebelum dana tersedia

Penyusunan Dokumen Pengadaan/Pelelangan

Isi dokumen lelang antara lain :

  1. Pengumuman atau undangan
  2. Instruksi kepada penawar atau data lelang
  3. Syarat umum kontrak
  4. Syarat khusus kontrak
  5. Daftar kualitas dan harga
  6. Spesifikasi teknis dan gambar
  7. Bentuk surat penawaran
  8. Bentuk jaminan penawaran
  9. Bentuk kontrak (surat perjanjian)
  10. Bentuk jaminan pelaksanaan
  11. Bentuk jaminan pemeliharaan
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/dokumen-kontrak/dokumen-lelang

Pemetaan Dasar Laut

Pemetaan Dasar Laut

Pemetaan dasar laut dimaksudkan untuk menggambarkan topografi dasar laut, sehingga elevasi seabed terhadap Mean Sea Level (MSL) dapat diketahui guna perhitungan panjang tiang pancang yang tertanam dalam seabed. Dalam kegiatan pemetaan dasar laut ada 2 kegiatan pengukuran yang dilakukan, yaitu :

  • Pengukuran titik-titik fix di atas permukaan air laut saat sounding dengan metoda pengikatan ke muka menggunakan dua pesawat theodolit atau total station posisi di darat.
  • Pengukuran kedalaman (sounding) dengan menggunakan peralatan echosounder

Dimana kedua pengukuran tersebut diatas dilakukan secara bersamaan, pada saat titik fix ditentukan saat itu juga sounding dilakukan.

Prinsip dua kegiatan pengukuran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

A. Pengukuran Titik-titik Fix diatas permukaan air laut

Titik-titik fix berada sepanjang arah jembatan Surabaya – Madura dengan lebar 80 meter dibagi menjadi 5 jalur dengan interval 20 meter (kiri Center Line 40 meter, kiri Center Line 20 meter, Center Line, kanan Center Line 20 meter dan kanan Center Line 40 meter), sedang pada arah memanjang jembatan jarak titik-titik sounding (sounding pole) dengan interval 20 m. Seperti dijelaskan pada gambar berikut ini.

Penentuan Jalur Sounding di Darat dan Pengukuran Sounding Pole

Dimana :

CL = Center Line
JS = Jalur Sounding
SP = Sounding Pole

Titik-titik fix tersebut ditentukan dari dua titik Bench Mark (BM) yang berada di darat lokasi sisi Madura. Setiap titik fix di stakeout dari dua titik BM dengan di setting sudut horizontalnya (b1,b2) seperti gambar berikut ini.

Sketsa pengambilan data kedalaman

Dimana:

BM = Bench Mark
BS = Back Sight
a1,a2 = Azimuth
b1,b2 = Susut Horizontal

B. Pengukuran kedalaman (Sounding) Titik-titik Fix

Pengukuran kedalaman titik-titik fix dilaksanakan menggunakan peralatan Echosounder yang dipasang pada perahu motor dengan prinsip kerja alat Echosounder tersebut adalah memancarkan gelombang suara dari bagian transmitting transducer yang apabila gelombang suara mengenai suatu benda/dasar laut, maka gelombang suara akan dipantulkan dan diterima oleh bagian receiving transducer seperti gambar berikut ini.

Cara kerja Echosounder

Kedua kegiatan pengukuran tersebut dilaksanakan secara bersamaan dan simultan dengan data yang dibaca / diambil meliputi:

  1. Bacaan sudut horizontal dengan alat theodolit / total station.
  2. Pembacaan kedalaman dasar laut dengan alat echosounder.
  3. Pembacaan elevasi air laut sounding, dibaca pada tide pole.

Dari data-data yang diperoleh tersebut dapat dihitung kedalaman titik fix dari MSL dengan rumus:

F = (t + f) – (P – S)

Dimana:

F = kedalaman titik fix dari MSL
t = panjang transducer
f = bacaan kedalaman Echosounder
P = bacaan elevasi air laut saat sounding
S = bacaan MSL pada tide pole

Setelah semua kedalaman titik fix dihitung dan diperoleh elevasi titik-titik di dasar laut (seabed), maka langkah selanjutnya adalah melakukan interpolasi pada titik-titik elevasi seabed tersebut untuk penggambaran garis kontur dasar laut. Proses interpolasi dan penggambaran dilakukan dengan menggunakan Software Softdesk 8 Survey. Hasil dari penggambaran tersebut berupa:

  • Peta situasi sepanjang Jembatan Suramadu
  • Long Section
  • Cross Section
Perhitungan Kedalaman Titik Fix Dari MSL
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur-tanah/pemetaan-dasar-laut

Tulangan Geser Pada Balok

Tulangan Geser Pada Balok
 TULANGAN GESER PADA BALOK 1

Gaya geser umumnya tidak bekerja sendiri, tetapi terjadi bersamaan dengan gaya lentur/momen, torsi atau normal/aksial. Dari percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa keruntuhan akibat gaya geser bersifat brittle/getas atau tidak bersifat daktail/liat, sehingga keruntuhannya terjadi secara tiba-tiba. Hal ini karena kekuatan menahan geser lebih banyak dari kuat tarik dan tekan beton dibandingkan oleh tulangan gesernya. Pada struktur beton yang menahan momen maka keruntuhannya bisa diatur apakah akan bersifat daktail atau tidak, tergantung pada jumlah tulangan yang dipakai.

Besar gaya geser pada balok atau kolom, umumnya bervariasi sepanjang bentang, sehingga banyaknya tulangan geser pun bervariasi sepanjang bentang.

Ada beberapa sebab retak pada struktur beton, yaitu

  • Retak akibat lentur/momen
  • Retak akibat geser
Retak-retak ini bila tidak ditahan dengan tulangan akan mengakibatkan keruntuhan, mengingat sifat beton yang tidak mampu menahan gaya tarik.
Retak akibat lentur ditahan dengan tulangan lentur atau tulangan longitudinal atau memanjang karena letak retak yang terletak vertikal ke atas. Sedangkan retak akibat geser ditahan oleh tulangan geser.


PERENCANAAN TULANGAN GESER MENURUT SNI

Tulangan untuk menahan gaya geser biasa dinamakan tulangan geser atau tulangan sengkang atau tulangan stirrup. Tulangan geser diperlukan untuk menahan gaya tarik arah tegak lurus dari retak yang diakibatkan oleh gaya geser. Ada berbagai macam cara untuk pemasangan tulangan geser yaitu :

  • Tulangan geser vertikal
  • Tulangan geser miring / diagonal
  • Tulangan geser spiral
  • Tulangan lentur yang dibengkokkan
Retak geser terletak secara diagonal pada badan balok sehingga perletakan tulangan geser yang paling efektif adalah tulangan geser miring / diagonal tegak lurus arah retak, sehingga tulangan hanya menahan gaya tarik saja dari gaya retak tersebut, tetapi tentunya dengan cara ini akan memakan biaya yang besar dan pemasangan yang lebih sulit.

Demikian juga dengan tulangan geser spiral meskipun efektif dalam menahan gaya geser tapi sulit pemasangan pemasangannya dan sekaligus lebih mahal.

Dalam hal ini yang paling disukai dan paling banyak dipakai dalam perencanaan struktur adalah tulangan geser vertikal.

Gambar susunan tulangan geser dan lentur
Gambar susunan tulangan geser dan lentur
Pada perencanan tulangan geser dengan desain ultimit bahan maka gaya geser yang terjadi akan ditahan oleh dua bahan/material yaitu beton dan baja dengan cara dihitung dulu kekuatan atau kapasitas beton dalam menahan gaya geser yang terjadi kemudian sisanya akan dilimpahkan ke baja.

PROSEDUR PERHITUNGAN TULANGAN GESER

1. Gaya geser/shear/transversal pada struktur beton

Menghitung gaya geser terfaktor Vu pada sepanjang bentang. Besar Vu adalah sebagai berikut (bila tidak ada beban gempa):

Vu = 1,2 VD + 1,6 VL

Keterangan :

VD = gaya geser akibat beban mati
VL = gaya geser akibat beban hidup

Dengan diagram gaya geser tersebut dibagi beberapa segmen/bagian sehingga tulangan geser yang dipakai dapat lebih efektif.
Dari tumpuan ke jarak d dari diagram geser di atas dapat diabaikan karena sejauh d dari tumpuan gaya geser yang terjadi tidak efektif mengakibatkan kerusakan pada struktur (khususnya balok).

2. Menghitung kekuatan beton menahan geser Vc

Harga Vc berdasar jenis struktur, yaitu sebagai berikut :

a. Untuk kombinasi gaya geser dan lentur (contoh: balok)

Keterangan :

Vc  = kemampuan beton menahan geser (N)

f’c  = kuat tekan beton (MPa)

ρw  = rasio tulangan pada web = As/bwd

Vu  = beban geser terfaktor (N)

Mu  = beban momen terfaktor (Nmm)

bw  = lebar balok (mm)

d  = tinggi balok efektif (mm)

Mengingat harga-harga Vu, Mu dan ρw bervariasi sepanjang bentang sehingga akan menyulitkan untuk menghitungnya, maka persamaan di atas disederhanakan dengan persamaan sebagai berikut :

b. Untuk kombinasi geser dan aksial tekan/normal (contoh : kolom)
dengan :
Atau dengan persamaan :

dengan :

Nu = beban aksial terfaktor (N)

Ag = luas bruto penampang (mm²)

kedua persamaan di atas tidak perlu lebih besar dari

jadi dipilih yang terkecil di antara persamaan di atas

c. Untuk kombinasi geser dan aksial tarik (contoh : kolom tarik)

Dalam perencanaan/desain ultimit maka kekuatan beton dalam menahan gaya geser ini harus dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,75.

3. Memeriksa syarat penampang struktur dengan ketentuan sebagai berikut :

  • Bila Vu<0,5 Φ Vc → tidak memerlukan sengkang
  • Bila 0,5 Φ Vc<Vu< Φ Vc → gunakan tulangan minimum
  • Bila (Vu – Φ Vc)<0,67bwd → hitung Vs
  • Bila (Vu – Φ Vc)>0,67bwd → ukuran penampang diperbesar
4. Menghitung sisa gaya geser dari gaya geser kapasitas beton yang harus ditahan oleh tulangan geser Vs.

Vu ≤ Φ Vn

Vn = Vc+Vs

Vu ≤ Φ Vc+ΦVs

maka Vs = (Vu / Φ) – Vc

5. Menghitung tulangan geser yang diperlukan

Tentukan luas tulangan geser Av dengan luas tulangan yang biasa dipakai di lapangan mis: Φ 6, Φ 8, D10 atau D16.

Keterangan

Φ = untuk tulangan polos

D = untuk tulangan deformed

Menghitung jarak/spasi tulangan geser s

Keterangan :

fy = tegangan leleh baja tulangan geser (MPa)

6. Bila pada langkah ke 3 menghasilkan 0,5 Φ Vc<Vu< ΦVc maka dapat digunakan tulangan minimum dengan persamaan sebagai berikut :


sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-beton/tulangan-geser-pada-balok

Geser Pada Konsol Pendek (Brackets)

Geser Pada Konsol Pendek (Brackets)

 GESER PADA KONSOL PENDEK BRACKETS 1

Konsol pendek banyak dipakai pada delatasi atau pemisah antar gedung, untuk perletakan krane dan untuk tumpuan struktur pracetak misal: balok atau plat pracetak.

Retak yang mungkin terjadi pada konsol pendek
Konsol pendek berfungsi seperti balok kantilever dengan pengaruh geser lebih besar dibandingkan dengan pengaruh lentur/momennya. Bila perbandingan h’/h kecil maka retak akan cenderung berada ke arah luar, dan sebaliknya bila perbandingan h’/h besar maka retak cenderung akan terjadi di dekat kolom.

Pada SNI-2002 pasal 13.9.2 memberikan besar batasan tinggi h’ harus lebih besar dari 0,5d. Karena sifatnya yang seperti kantilever maka akan terbentuk momen negatif dengan daerah tekan berada di bawah dan daerah tarik berada di atas, dan pemasangan tulangan seperti gambar di bawah ini.

Pemasangan tulangan pada konsol pendek

Prosedur Perencanaan Konsol Pendek

Prosedur ini menurut SNI 2002 bab 13.9 untuk konsol pendek dengan kondisi sebagai berikut:
1. Rasio a/d < 1

dengan :

a = bentang geser:jarak antara beban terpusat dari muka tumpuan

d = tinggi efektif konsol pendek

2. Gaya horisontal Nuc <  gaya vertikal Vu
3. Pada muka tumpuan direncanakan untuk secara bersamaan memikul suatu geser Vu, suatu momen (Vua+Nuc(h – d)) dan suatu gaya tarik horisontal Nuc.

Prosedur perencanaan

1. Tentukan Vn dengan Φ = 0,75

2. Vn harus lebih kecil dari :

  • 0,2 fc’bwd
  • 5,5 bwd

kalau tidak maka dimensi konsol pendek harus diperbesar

3. Menentukan luas tulangan geser friksi Avf

dengan :

Avf = luas tulangan geser friksi (mm²)

μ = koefisien friksi bahan

untuk kolom monolit μ = 1,4

untuk kolom nonmonolit μ = 1

4. Menentukan luas tulangan lentur Af dan An

Bila tidak ada ketentuan tentang besar Nuc maka digunakan Nuc minimum yaitu Nuc minimum = 0,2 Vu

5. Menentukan tulangan pokok As

As = 2/3Avf + An atau

As = Af + An atau

Dari ketiga persamaan di atas diambil As yang paling besar

6. Menentukan tulangan pokok Ah

Ah = ½.(As – Ah)

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-beton/geser-pada-konsol-pendek-brackets

Pengukuran Menyipat Datar Memanjang

Pengukuran Menyipat Datar Memanjang
 Pengukuran Menyipat Datar Memanjang 1

Pada pengukuran menyipat datar memanjang, dua titik tetap yang akan diukur tingginya (titik awal dan titik akhir) umumnya memiliki jarak yang cukup jauh (± 50 m). Oleh karena itu tidak mungkin dilakukan pekerjaan sekali waterpassing melainkan harus dilaksanakan serangkaian pekerjaan waterpassing antara dua titik tetap tersebut.

Mengingat hal tersebut, maka perlu diketahui pengertian sebagai berikut :

  1. Satu trayek adalah jarak antara dua titik tetap yang diukur beda tingginya. Satu trayek dibagi dalam seksi-seksi.
  2. Satu seksi adalah jarak pengukuran pergi pulang dalam waktu satu hari sesuai kemampuan si pengukur. Satu seksi dibagi lagi ke dalam beberapa slag.
  3. Satu slag adalah jarak antara rambu muka dan belakang dalam sekali mendirikan alat. Panjang tiap slag dipengaruhi oleh kondisi medan. Semakin terjal atau berbukit-bukit suatu medan, maka panjang slag semakin pendek. Selain itu pembesaran teropong atau kemampuan alat juga berpengaruh. Untuk pekerjaan-pekerjaan teknis, pembesaran teropong yang baik adalah antara 20 – 30 kali. Untuk itu pada cuaca cerah, panjang slag dapat mencapai  40m – 90 m. Jumlah slag diusahakan genap. Hal ini dilakukan untuk menghindari tejadinya kesalahan pengukuran akibat perbedaan titik nol pada masing-masing rambu (misal ; rambu aus).

Adapun pengukuran tinggi antara dua titik itu sendiri dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

1. Waterpass ditempatkan di salah satu titik, kemudian membidik rambu yang diletakkan di titik lainnya (lihat gambar dibawah ini).

Beda tinggi antar titik dihitung dengan rumus :

ΔH = Ta – Bt

Keterangan :

ΔH = beda tinggi

Ta = tinggi alat

Bt = benang tengah

2. Waterpass ditempatkan diantara dua titik (lihat gambar dibawah ini), sedangkan rambu ditempatkan pada titik-titik tersebut

Beda tinggi antara dua titik dapat dihitung dengan rumus :

ΔH = Btb – Btm

Keterangan :

ΔH = beda tinggi

Bt = bacaan benang tengah

Btm = bacaan benang tengah muka

Btb = bacaan bengan tengah belakang

3. Waterpass ditempatkan diluar garis antara dua titik. Cara ini dilakukan apabila kndisi medan antara dua titik tersebut berupa sungai, jurang, atau selokan (lihat gambar dibawah ini).

Beda tinggi antara dua titik dapat dihitung dengan rumus :

ΔH = Btm – Btb

Keterangan :

ΔH = beda tinggi

Bt = bacaan benang tengah

Btm = bacaan benang tengah muka

Btb = bacaan benang tengah belakang

Untuk menghitung jarak dengan menggunakan cara optis adalah sebagai berikut :

D = 100 (Ba – Bb)

Dari ketiga cara tersebut, yang dapat memberikan hasil lebih teliti adalah cara yang kedua ( waterpass ditempatkan diantara dua titik). Karena dengan cara tersebut kesalahan yang mungkin tejadi sangat kecil, terlebih lagi bila jarak antara waterpass dengan  kadua rambu dibuat sama. Cara seperti ini dinamakan menyipat datar di tengah-tengah dan digunakan pada pengukuran menyipat datar memanjang.

Dalam pelaksanaan pengukuran menyipat datar sering kali menghadapi masalah yang disebabkan oleh kondisi medan yaitu beda tinggi antara dua titik atau patok yang telah kita tentukan sebelumnya terlalu besar. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka kita menggunakan titik-titik bantu yang ditempatkan diantara titik tersebut. Jumlah titik bantu yang digunakan tergantung pada kondisi medan.

Dalam pengukuran menyipat datar (waterpassing) sering terjadi kesalahan-kesalahan sebagaimana pada pengukuran dengan theodolit. Adapun sumber-sumber kesalahan pada waterpassing memanjang adalah

1. Kesalahan karena alat

a. Kesalahan karena garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo.

Pengaruh kesalahan ini dapat dihilangkan dengan cara :

  • Menempatkan pesawat di tengah-tengah antara dua titik yang diukur.
  • Dengan penempatan pesawat (pengaturan) statip sedemikian rupa sehingga jarak pembacaan belakang sama dengan jarak pembacaan muka.

b. Kesalahan karena garis nol mistar

Bila ujung bagian bawah mistar sudah aus, maka ujung mistar yang mengenai landasan (permukaan tanah) itu bukan lagi garis nol mistar, dengan demikian pembacaannya menjadi lebih besar.Pengaruh kesalahan ini dapat dihindari dengan jalan :

  • Hanya memakai satu mistar saja
  • Pengaturan setup sedemikian rupa sehingga untuk pengukuran itu dilakukan setup yang genap.

c. Kesalahan karena letak mistar turun sementara dilakukan pengukuran.

Hal ini bisa terjadi bila tempat berpijaknya mistar melesak ke dalam tanah (tanah lembek).Pengaruh ini dapat diatasi dengan cara :

  • Memakai landasan mistar yang ditanam kuat-kuat dalam tanah.
  • Tidak menempatkan mistar di atas titik yang lembek.

d. Kesalahan karena garis bidik turun sementara dilakukan pengukuran.

Hal ini terjadi bila statip kurang kuat tertanam di dalam tanah. Pengaruh ini dapat dihindari dengan jalan :

  • Tancapkan kaki statip kuat-kuat ke dalam tanah.
  • Jangan menempatkan di tempat yang lembek atau beraspal.

2. Kesalahan karena kondisi alam

a. Kesalahan karena kurang teliti dalam membaca mistar

Hal ini mengakibatkan melengkungnya bidang nivo, padahal beda tinggi antara dua titik adalah jarak dua bidang nivo yang melalui dua titik tersebut. Kesalahan ini dapat dihindari dengan cara menempatkan pesawat tepat di tengah-tengah antara dua titik yang diukur.

b. Melengkungnya sinar.

Kesalahan pelengkungan sinar ada dua jenis yaitu penambahan refraksi pada pagi hari dan pengukuran refraksi pada sore hari serta perbedaan refraksi pada pembacaan rambu muka dan rambu belakang, sebagai akibat perbedaan suhu yang mengakibatkan waterpassing dengan rambu tidak vertikal. Adapun cara mengatasi kesalahan ini adalah dengan jalan sebagai berikut :

  • Waterpassing pergi dilaksanakan pada pagi hari dan waterpassing pulang dilakukan pada sore hari.
  • Menempatkan pesawat di tengah-tengah antara dua titik yang akan diukur.

c. Kesalahan karena getaran udara (ondulasi).

Bila suhu lingkungan tinggi (panas), maka terjadilah pemindahan udara panas dari permukaan bumi ke atas. Hal ini mengakibatkan bayangan mistar menjadi kabur, sehingga bacaan mistar kurang teliti. Untuk itu maka hendaklah :

  • Memperpendek jarak antar slag
  • Menghentikan kegiatan pengukuran

d. Kesalahan karena perubahan garis arah nivo.

Hal ini terjadi bila kerangka nivo terkena panas sinar matahari secara langsung  yang mengakibatkan pemuaian, sehingga garis arah nivo tidak lagi sejajar garis bidik. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, maka pesawat harus dilindungi dengan menggunakan payung dalam setiap kali melakukan kegiatan pengukuran.

3. Kesalahan dari si pengamat

Kesalahan yang mungkin terjadi adalah :

  • Kesalahan pada pembacaan benang karena kelelahan mata.
  • Kurang cermat dalam perkiraan pembacaan rambu yang memiliki ketelitian hingga milimeter (mm).
  • Kurangnya pemahaman mengenai tata cara pelaksanaan pengukuran tanah.

Untuk menentukan baik buruknya pengukuran menyipat datar, ditentukan dengan batas harga terbesar (batas toleransi). Bila pengukuran dilakukan pergi-pulang, maka selisih hasil pengukuran tidak boleh lebih besar dari :

k = 4 mm √D, pengkuran tingkat I

k = 8 mm √D, pengukuran tingkat II

k = 12 mm √D, pengkuran tingkat III

Langkah kerja

Ada dua tahap dalam pengukuran sipat datar memanjang yaitu pengukuran pulang dan pengukuran pergi. Pengukuran pergi biasa dilakukan pada waktu pagi hari dan pengukuran pulang dilakukan pada waktu sore hari.

1. Pengukuran pergi

Urutan kerjanya adalah :

  • Meletakkan alat ukur (waterpass) kira-kira di tengah-tengah antara dua titik (patok).
  • Mengatur sumbu I vertikal dengan sekrup penyetel A, B, C sehingga kedudukan gelembung uddara pada nivo menjadi seimbang.
  • Melakukan bidikan terhadap dua rambu tadi secara bergantian dengan bantuan vizier pembantu.
  • Membaca bacaan benang pada baak ukur dan mencatatnya.

Langkah kerja di atas dilakukan berulang-ulang pada titik-titik yang akan dicari beda tingginya.

2. Pengukuran Pulang

Langkah kerja pada pengukuran pulang sama dengan langkah kerja pada pengukuran pergi, hanya titik awal pengukuran yang berbeda yaitu bila pada pengukuran pergi titik awalnya adalah titik pertama, sedangkan pada pengukuran pulang titik awalnya adalah titik terakhir.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur-tanah/pengukuran-menyipat-datar-memanjang