Produsen, Distributor, Importir & Supplier Peralatan Laboratorium Teknik Sipil Indonesia,
Jual alat uji Tanah, Jual alat uji Beton, jual alat uji Batuan, jual alat uji Semen, jual alat uji aspal, jual alat uji pertambangan dan jual alat uji General lainnya
Testing Equipment For : Soil, Concrete, Aggregate, Asphalt, Cement, Mining & General Machine
Kami akan selalu berusaha untuk selalu memberikan pelayanan terbaik, karena kepuasan dan kepercayaan konsumen prioritas utama bagi kami
Sebelum penghamparan, dilakukan pembersihan,pengeringan dan pemadatan (jika perlu) lahan
Penghamparan Batuan
Penyiraman Aspal Emulsi
Prime Coat : Jika berupa base course/Sub grade.
Tack Coat : Jika berupa aspal.
Prime Coat dan Tack Coat menggunakan aspal sprayer
Peralatan Alternatif di Lapangan
Penghamparan Agregat
Penghamparan agregat dilakukan dengan CHIP SPREADER /alat lain secara merata dengan tebal penghamparan kurang lebih 20 mm.
Jenis agregat aspal
Bahan
Screneng
Abu batu
Air bersih
Aspal Emulsi
Pemadatan
Pemadatan dilakukan dengan Tyre Roller 8-12 ton dengan kecepatan 5 km/ jam, sampai agregat tertanam baik +/- (4 lintasan). Pada kondisi terpaksa bisa menggunakan Tandem Roller, namun hasilnya kurang baik.
Jenis-jenis Alat Pemadat
Siap dilalui Lalu lintas
Setelah pemadatan selesai,bisa dilalui lalu lintas. Selama +/- 1 jam diusahakan kecepatan lalu lintas 30 km/jam, setelah itu baru bisa kecepatan normal.
Slurry Seal
Lapisan tipis dengan tebal maks 10 mm yang terletak di atas hamparan aspal (bentuk seperti bubur).
Fungsi slurry seal :
Sebagai lapisan penutup(Sealing layer)
Sebagai lapis anti licin
Menutup retak rambut
Pelindung lapisan di bawahnya karena kedap air
Membuat permukaan tidak berdebu
Sifat-sifat slurry seal :
Tidak mempunyai nilai struktur
Kedap air,kenyal dan tidak licin
Bahan slurry seal :
Screneng (0-8)
Abu batu
Semen
Air bersih
Aspal emulsi
Semen (bila perlu)
Proses Pengerjaan
Bahan2 dicampur sehingga berbentuk seperti bubur
Tuangkan SLURRY SEAL kedalam spreader box perlahan-lahan
Jalankan Pan Mixer dengan alat penarik
Slurry Seal tidak perlu dipadatkan
Proses pengerasan tidak melalui pemadatan tetapi penguapan
Sehingga lalu lintas harus ditutup +/- 2 jam(kondisi panas)
Slurry Seal tidak boleh dihamparkan pada kondisi mendung atau hujan
Marka Jalan
Bahan :
Glassbead
Thermoplastic
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/perkerasan-jalan
Dulu orang merasa cukup dengan menggunakan jalan tanah yang dipadatkan sebagai sarana transportasi. Dengan meningkatnya volume dan beban tonase lalulintas maka tanah yang diperkeras saja sangat tidak mencukupi. Oleh karena itu maka dibuatlah konstruksi perkerasan.
Perkerasan adalah lapisan-lapisan bahan perkerasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang dihamparkan diatas tanah dasar dan kemudian dipadatkan dengan persyaratan tertentu.
Jenis-jenis konstruksi perkerasan antara lain :
Perkerasan lentur (flexible pavement)
Perkerasan kaku (rigid pavement)
Perkerasan modular
Perkerasan komposit
Jenis-jenis perkerasan aspal :
Laburan aspal satu lapis (burtu)
Laburan aspal dua lapis (burda)
Lapis tipis aspal pasir (latasir)
Lapis penetrasi makadam (lapen)
Asphalt treated base (ATB)
Aspal campuran dingin (cold mix)
Lapis tipis aspal beton (lataston)
Beton aspal (hot mix)
1. Laburan aspal satu lapis (burtu)
Digunakan sebagai lapis penutup ulang pada perkerasan yang ada atau sebagai rawatan pertama pada bagian lapis perkerasan yang direkonstruksi.2. Laburan aspal dua lapis (burda)
Digunakan sebagai lapis penutup permukaan baru pada lapis pondasi atas yang dipadatkan atau pada bagian yang direkonstruksi.
3. Lapis tipis aspal pasir (latasir)
Digunakan sebagai lapis penutup ulang untuk pemakaian jangka pendek pada lapis perkerasan dengan penutup yang ada atau pada bagian perkerasan yang direkonstruksi atau sebagai lapis penutup sementara untuk perbaikan lapis perkerasan.
4. Lapis penetrasi makadam
Lapis permukaan yang tebalnya dari 4 sampai 8 mm dari agregat pecah dan bergradasi serta yang bersih dilapisi dengan penetrasi bahan pengikat aspal yang panas. Diletakkan di atas lapis pondasi atas yang padat atau permukaan lapis perkerasan yang ada sebagai penutup akhir.
5. Asphalt treated base (ATB)
Suatu lapis perata dari agregat yang dimantapkan dengan aspal diberikan untuk memperbaiki dan memperkuat ketidakteraturan permukaan perkerasan setempat dan membentuk ulang permukaan yang ada sampai kemiringan melintang dikehendaki.
6. Lataston
Campuran aspal semen / keras dengan gradasi tidak menerus untuk jalan yang lalulintasnya ringan diletakkan sebagai lapis permukaan diatas dasar yang dipersiapkan dari permukaan perkerasan yang direkonstruksi.
7. Aspal beton campuran dingin
Aspal campuran dingin yang digunakan pada jalan-jalan yang lalulintasnya dari rendah sampai medium meliputi penambalan dan perbaikan-perbaikan kecil, pembetulan terhadap bentuk permukaan, pelebaran tepi dan pelapisan ulang.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/konstruksi-perkerasan-jalan-raya
Sebelum merencanakan struktur sebuah bangunan gedung, jalan raya, dan bangunan air, biasa untuk memulai sebuah proyek langkah pertama yang dilakukan adalah pemerikasaan kondisi tanah. Pemerikasaan tanah dilakukan untuk mengetahui apakah tanah tersebut sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan.Untuk bangunan gedung pemerikasaan tanah ini nantinya akan di pergunakan untuk menentukan jenis pondasi apa yang sesuai dan untuk bangunan jalan raya untuk menentukan lapis pekerkerasan apa yang sesuai untuk pembangunan jalan raya tersebut.
Berikut ini sistem klasifikasi AASHTO yang umum digunakan dalam bidang teknik sipil terutama untuk jalan raya.
Sistem klasifikasi maksud dalam lingkup tersebut, penggunaan sistem ini dalam prakteknya harus dipertimbangkan terhadap maksud aslinya. Sistem klasifikasi AASHTO membagi tanah kedalam 8 kelompok, A-1 sampai A-8 termasuk sub-sub kelompok. Tanah-tanah dalam tiap kelompoknya 12 dievaluasi terhadap indeks kelompoknya yang dihitung dengan rumus-rumus empiris. Pengujian yang digunakan hanya analisis saringan dan batas-batas Atterberg. Sistem klasifikasi AASHTO, dapat dilihat dalam Tabel 1.1 :
Keterangan :
* untuk A-7-5, PI ≤ LL – 30
* untuk A-7-6, PI > LL – 30
Indeks kelompok (group index) dalam tabel tersebut digunakan untuk mengevaluasi lebih lanjut tanah-tanah dalam kelompoknya. Indeks kelompok dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Bila nilai indeks kelompok (GI) semakin tinggi, makin berkurang ketepatan penggunaan tanahnya. Tanah granuler diklasifikasikan ke dalam klasifikasi A-1 sampai A-3. tanah A-1 granuler yang bergradasi baik, sedang A-3 adalah pasir bersih yang bergradasi buruk. Tanah A-2 termasuk tanah granuler (kurang dari 35% lewat saringan no. 200), tetapi masih terdiri atas lanau dan lempung. Tanah berbutir halus dikalsifikasikan dari A-4 sampai A-7, yaitu tanah lempung-lanau. Perbedaan keduanya berdasarkan pada batas-batas Atterberg. Sistem klasifikasi ini didasarkan pada kriteria dibawah ini.
Ukuran butir.
Kerikil : bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm (3 inci) dan yang tertahan pada ayakan No. 10 (2 mm).
Pasir : bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2 mm) dan yang tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm).
Lanau dan lempung : bagian tanah yang lolos ayakan No. 200.
Plastisitas
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung digunakan bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastis sebesar 11 atau lebih.
Apabila batuan (ukuran > 75 mm) ditemukan di dalam contoh tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya, maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu tetapi persentase dari batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.
Apabila sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk mengklasifikasikan tanah, maka data dari hasil uji dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam Tabel 1.2 dari kolom sebelah kiri ke kolom sebelah kanan hingga ditemukan angka-angka yang sesuai. Grafik 1.1 menunjukkan suatu gambar dari senjang batas cair (liquid limit / LL) dan indeks plastisitas (PI)untuk tanah yang masuk dalam kelompok A-2, A-4, A-5, A-6 dan A-7.
Klasifikasi tanah berdasarkan ukuran butir
Ukuran butir tampaknya merupakan suatu metode yang jelas untuk mengklasifikasikan tanah dan kebanyakan usaha-usaha yang terdahulu untuk membuat sistem klasifikasi adalah berdasarkan ukuran butir. Gambar 1.1 memperlihatkan beberapa sistem klasifikasi ini. Sistem MIT mungkin merupakan sistem yang paling banyak dipakai. Karena deposit tanah pada umunya terdiri atas berbagai ukuran-ukuran partikel, maka untuk menentukan kurva distribusi ukuran butir dan kemudian menetukan persentase tanah bagi tiap batas ukuran (Dunn,1992).
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/klasifikasi-tanah
Perkerasan kaku merupakan jalan dengan konstruksi beton bertulang. Biasanya digunakan pada jalan yang dilewati oleh kendaraan berat. Memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding jalan dengan aspal.
Konstruksi pekerasan kaku terdiri dari 2 yaitu
Struktur perkerasan beton semen
Lapisan peredam retak dengan lapisan tambahan
Instal Bekisting
Setelah dilakukan pengukuran oleh tim surveyor dengan theodolite & waterpass.
Instal plastik,profil kayu,dowel
Lembaran plastik dihamparkan diatas lean concrete sebagai alas beton. Dowel terbuat dari besi yang ditutup PVC agar beton bisa bergerak (tidak terikat tulangan). Besi polos ф25mm dipasang memanjang & besi ulir ф19mm dipasang melintang.
Hauling & Pouring Beton
Beton dituangkan perlahan-lahan sesuai ketebalan yang direncanakan. Perhatikan cuaca & suhu karena beton yang digunakan slum-nya sangat rendah (±5 cm). Untuk menghindari retak rambut,sebaiknya dilakukan saat malam hari (terutama untuk daerah panas).
Spreading
Beton diratakan keseluruh lebar jalan menggunakan spreader.
Vibrating
Vibrating yaitu proses penggetaran beton agar diperoleh beton yang padat sehingga tidak terjadi keropos.
Pekerjaan Jidar
Pekerjaan ini dilakukan untuk menguji kerataan permukaan beton. Dilakukan dengan mengetok jidar alumunium diatas permukaan beton. Jika ada permukaan yang bergelombang, maka ditambah adukan beton yang telah diambil 2/3 splitnya.
Pekerjaan Trowelling
Sambil menunggu beton setting (proses mengeras) penghalusan permukaan beton terus dilakukan. Hasil trowel ini sangat bagus dengan permukaan kelihatan rata & mengkilap.
Grooving dan Perencanaan
Grooving dan perencanaan yaitu pemberian tekstur pada permukaan beton. Dilakukan oleh orang yang dapat mengenal tingkat kekerasan beton.
Curing Compound
Untuk melindungi beton dari retak rambut akibat cepatnya susut beton. Hal ini harus lebih diperhatikan bila pelaksanaannya di siang hari. Bahan yang digunakan berupa produk perawatan beton yang banyak di pasaran. Penyemprotannya dilakukan setelah grooving saat beton belum mengeras.
Pekerjaan Tenda Pelindung
Mengurangi terlalu cepatnya penguapan pada permukaan beton. Melindungi dari benda-benda jatuh atau binatang. Melindungi bila tiba-tiba terjadi hujan.
Curing dengan Karung
Perawatan beton setelah umur 1-7 hari. Dengan menutup permukaan beton dengan karung goni yang dibasah. Hal ini,untuk mencegah retak rambut beton akibat susut yang terlalu cepat.
Cutting
Dilakukan dengan mesin pemotong khusus (Cutter Beton). Pemotongan beton dilakukan saat beton masih cukup lunak,kira-kira jam ke 12-18 setelah pengecoran.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/metode-pelaksanaan-perkerasan-kaku
Tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian. Dalam tanah yang kering, maka tanah hanya terdiri dari dua bagian, yaitu butir-butir tanah dan pori-pori udara. Dalam tanah yang jenuh juga terdapat dua bagian, yaitu bagian padat atau butiran dan air pori. Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian padat (butiran), pori-pori udara, dan air pori. Bagian-bagian tanah dapat digambarkan dalam bentuk diagram fase ditunjukkan dalam Gambar 1berikut ini.
Dari memperhatikan gambar tersebut dapat dibentuk persamaan:
W = Ws + Ww……………………………………………………………..(1)
dan
V = Vs + Vw + Va……………………………………………………………(2)
Vv = Vw+Va …………………………………………………………………(3)
Dengan:
Ws = berat butiran padat
Ww = berat air
Vs = volume butiran padat
Vw = volume air
Va = volume udara
Berat udara (Wa) dianggap sama dengan nol. Beberapa hubungan volume udara yang sering digunakan dalam mekanika tanah adalah kadar air (w), berat volume kering (γd), berat volume basah (γb) dan berat jenis (Gs).
Dibawah ini adalah pengujian sifat fisik tanah yang digunakan untuk pengembangan jalan dan jembatan.
1. Berat Jenis
Kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat butiran padat, dinyatakan dalam persen.
w = Ww/Ws x 100 % …………………………………………………….(4)
Berat volume kering (γd) adalah perbandingan antara berat butiran (Ws) dengan volume total (V) tanah.
γd = Ws/V……………………………………………………………………(5)
Berat volume basah (γb) adalah perbandingan antara berat butiran tanah termasuk air dan udara (W) dengan volume total tanah (V).
γb = W/V …………………………………………..………………………..(6)
Berat jenis (specific gravity) tanah (Gs) didefinisikan sebagai perbandingan berat volume butiran padat (γs) dengan berat volume air (γw) pada temperature 40OC
Gs =ys/yw ………………………………………..………………………(7)
Gs tidak berdimensi. Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,65 sampai 2,75 biasanya digunakan untuk tanah-tanah tak berkohesi. Sedangkan tanah kohesi tak organik berkisar di antara 2,68 sampai 2,72. Nilai-nilai berat jenis dari berbagai jenis tanah diberikan dalam tabel 1 berikut. (Hardiyatmo, 2006)
2. Batas cair (Liquid Limit)
Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis. Persentase kadar air dibutuhkan untuk menutup celah sepanjang 12,7 mm pada dasar cawan, sesudah 25 kali pukulan didefinisikan sebagai batas cair tanah tersebut. (Hardiyatmo, 1992)
3. Batas plastis (Plastic Limit)
Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air di mana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung. (Hardiyatmo,2006)
4. Batas susut (Shrinkage Limit)
Batas susust (SL), didefinisikan sebagaai kadar air pada kedudukan antara daerah semipadat dan padat, yaitu persentase kadar air di mana pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanahnya. Percobaan batas susut dilaksanakan dalam laboraturium dengan cawan porselen diameter 44,4 mm dengan tinggi 12,7 mm. Bagian cawan dilapisi dengan pelumas dan diisi dengan tanah jenuh sempurna. Kemudian dikeringkan dalam oven, volume ditentukan dengan mencelupkannya dalam air raksa. (Hardiyatmo, 2006)
keterangan:
m1 = berat tanah basah dalam kering oven cawan percobaan (gram)
m2 = berat tanah kering oven (gram)
v1 = volume tanah basah dalam cawan (cm3)
v2 = volume tanah kering oven (cm3)
γw = berat jenis air
Indeks plastisitas (PI) adalah selisih batas cair dan batas plastis
PI = LL – PL
5. Analisa saringan
Berdasarkan ukuran partikel (gradasi butirannya), tanah dapat didefinisikan dari komponennya sendiri misalnya seperti: bongkah, kerakal, kerikil, pasir lanau, dan lempung, seperti pada tabel 2 dibawah ini.
6. Analisa hidrometer
Analisis ini dipakai untuk tanah berbutir halus (Finer part), seperti lempung (Clay) dan lumpur (Silt). Analisis hidrometri berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut ini.
Butiran-butiran tercampur dalam air (suspensi) akan menurun dengan kecepatan tertentu yang tergantung ukuran butir-butirnya. Butir-butir yang berukuran sama akan menurun dengan kecepatan sama.
Berat spesifik/berat jenis suspensi tergantung kosistensi butir-butir yang terkandung didalamnya. Jadi dengan cara mengukur berat jenis suspensi kita dapat menghitung banyaknya tanah yang ada di dalam campuran tersebut.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/pengujian-sifat-fisik-tanah
Baja adalah seluruh macam besi yang dengan tidak dikerjakan terlebih dahulu lagi, sudah dapat ditempa. Baja adalah bahan yang serba kesamaannya (homogenitasnya) tinggi, terdiri terutama dari Fe dalam bentuk kristal dan C. Pembuatannya dilakukan sebagai pembersihan dalam temperatur yang tinggi dari besi mentah yang didapat dari proses dapur tinggi. Baja adalah besi mentah tidak dapat ditempa.
Terdapat 3 Macam besi mentah :
Besi mentah putih
Besi mentah kelabu
Besi mentah bentuk antara
Ikhtisar singkat dari Proses pembuatan baja :
Proses Bessemer.
Proses thomas.
Proses Martin.
Proses dengan dapur elektro.
Proses dengan mempergunakan kui
Proses aduk (proses puddle).
Sifat-sifat umum dari baja bangunan :Sifat-sifat umum dari baja yaitu teristimewa kekakuannya dalam berbagai macam keadaan pembebanan atau muatan terutama tergantung :
Cara meleburnya.
Macam dan banyaknya logam campuran
Cara (proses) yang digunakan waktu pembuatannya.
Dalam proses pembuatan baja maka logam campuran baja itu sebagian sudah ada dalam bahan mentah itu namun masih perlu ditambahkan pada waktu pembuatan baja seperti : C, Mn, Si termasuk bahan utama S dan P.
Sifat-sifat utama baja untuk dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan :
Keteguhan (solidity) artinya mempunyai ketahanan terhadap tarikan, tekanan atau lentur
Elastisitas (elasticity) artinya kemampuan / kesanggupan untuk dalam batas –batas pembebanan tertentu, sesudahnya pembebanan ditiadakan kembali kepada bentuk semula.
Kekenyalan / keliatan (tenacity) artinya kemampuan/kesanggupan untuk dapat menerima perubahan perubahan bentuk yang besar tanpa menderita kerugian-kerugian berupa cacat atau kerusakan yang terlihat dari luar dan dalam untuk jangka waktu pendek
Kemungkinan ditempa (maleability) sifat dalam keadaan merah pijar menjadi lembek dan plastis sehingga dapat dirubah bentuknya
Kemungkinan dilas (weklability) artinya sifat dalam keadaan panas dapat digabungkan satu sama lain dengan memakai atau tidak memakai bahan tambahan, tampa merugikan sifat-sifat keteguhannya
Kekerasan (hardness) Kekuatan melawan terhadap masuknya benda lain.
Dalam praktek hal penting yang berhubungan dengan sifat baja adalah :
Penentuan syarat-syarat minimum harus dicantumkan dalam kontrak pemesanan, pembelian dan penyerahan bahan
Garansi adanya sifat-sifat yang merata melalui dari pengetesan pada waktu bahan datang
Tuntutan-tuntutan yang tinggi yang tidak diperlukan sebaiknya tidak dicantumkan karena tidak ekonomis
Sifat-sifat baja harus selalu terjamin ada untuk kondisi pengerjaan dari baja misalnya pemotongan, pengeboran pengelasan.
Sebaliknya pada saat pengerjaan baja maka dijaga sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baja tidak hilang
Bentuk-bentuk bagian dari konstruksi bangunan dan sambungan-sambungan tidak mengakibatkan sifat-sifat baja menjadi berubah.
Baja bangunan terbagi menjadi dua bagian :
Baja wals (gilling) tidak dengan campuran logam.
Baja wals dengan campuran logam
Baja Golongan 1
Yang termasuk dalam golongan 1 adalah baja St 37 yang lazim digunakan di Eropa dan Indonesia. Baja ini dibuat melalui proses thomas dan Martin. Angka 37 berarti bahwa minimum keteguhan putus tarik adalah 37 Kg/mm². Baja St 00 juga termasuk dalam golongan 1 dengan kwalitas perdagangan. Dipergunakan untuk konstruksi gedung-gedung yang kurang penting sehingga pengetesan tidak diperlukan cukup hanya melalui penglihatan.
Baja Golongan 2
Keuntungan :
Digunakan bila konstruksi memerlukan bahan yang ringan.
Lebih tahan terhadap pertukaran beban.
Menjadikan tegangan sekunder lebih kecil.
Kerugian :
Harganya lebih tinggi.
Sifatnya lebih getas.
Mengerjakannya lebih sulit karena lebih keras.
Jika digunakan jembatan menjadi tidak kaku atau lendutannya besar.
Pada dasarnya untuk kekuatan konstruksi persyaratan yang diperlukan adalah:
syarat kekuatan
syarat kekakuan
Dengan mengetahui kerugian dari type baja ini maka untuk konstruksi jembatan perlu adanya penyesuaian-penyesuaian sebagai berikut :
Tinggi jembatan dibuat lebih untuk mengimbangi adanya lendutan yang besar
Tegangan yang diizinkan tidak digunakan sepenuhnya sehingga perhitungan boros/ mahal.
Percobaan-percobaan dari baja bangunan adalah :
Percobaan tarik
Percobaan lentur
Penetapan kekerasan menurut brinell
Percobaan tarik pukul lentur
Percobaan tarik pukul
Profil Baja
Ada 2 macam bentuk profil baja berdasarkan cara pembuatannya :
Hot Rolled Shapes (mengandung residual stress).
Cold Formed Shapes (light gage cold form steel).
Beberapa standar yang digunakan untuk perencanaan struktur baja yaitu :
PPBBI : Penentuan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
AISC : American Institut of Steel Construction
ASTM : America Society for Teding Material
DIN : Denteh Industrial Narmen
JIS : Japan Industrial Standard
Prosedur Design
Prosedur Design :
Design fungsional
Design kerangka baja
Design fungsional akan menjamin tercapainya yang dikehendaki seperti :
Areal kerja yang lapang dan cukup
Ventilasi dan pengkoordinasian udara yang tepat
Transportasi yang memadai
Pencahayaan
Estetika
Design kerangka kerja adalah pemikiran susunan serta ukuran elemen-elemen struktur yang tepat, sehingga beban-beban bangunan bekerja aman.
Prosedur Design (Sambungan)
1. Perencanaan
Penentuan fungsi-fungsi yang akan dilayani oleh struktur yang bersangkutan
Menentukan kriteria-kriteria untuk mengukur apakah desain yang ditentukan optimum
2. Konfigurasi Struktur Pendahuluan
Susunan dari elemen-elemen yang akan melampaui fungsi-fungsi langkah 1
3. Pemilihan batang pendahuluan
Pemilihan ukuran batang yang memenuhi kriteria obyektif, seperti berat atau biaya minimum yang dilakukan atas dasar keputusan dari langkah 1,2,3
4. Penentuan bahan-bahan yang harus dipikul
Beban mati
Beban hidup
Beban angin
Beban gempa
Beban lain-lain
5. Analisis
Analisa struktural dengan membuat model beban-beban dan kerangka kerja struktural untuk mendapatkan gaya internal dan defleksi yang dikehendaki
6. Evaluasi
Apakah semua persyaratan kekuatan dan kemampuan telah terpenuhi dan apakah hasilnya optimum
7. Redesain
Hasil evaluasi maka jika perlu dilakukan pengulangan pada bagian mana yang harus di redesain
Kriteria optimum desain struktur
Biaya minimum
Berat minimum
Waktu konstruksi minimum
Jumlah tenaga kerja minimum
Efisiensi pengoperasian yang maksimum
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-baja/struktur-baja
High Tension Bolt (Baut Mutu Tinggi) sering digunakan pada sambungan baja profil. Ada dua jenis utama baut mutu tinggi :
A325
A490
Umumnya dalam pekerjaan konstruksi digunakan A325. Diameter baut kekuatan tinggi antara ½ dan 1 ½ inci (3 inci A449). Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah ¾ inci dan 7/8 inci, sedang ukuran yang paling umum dalam perencanaan jembatan adalah 7/8 inci dan1 inci.