Metode Batas Plastis/Plastic Limits (PL)



Tujuan

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan batas plastis suatu tanah (batas besarnya kadar air (wp), pada contoh tanah, dari kondisi semi plastis menjadi plastis dalam persen)


Landasan Teori

Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya. Plastisitas disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung dalam tanah. Istilah plastisitas menggambarkan kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan bentuk pada volume yang konstan tanpa retak-retak atau remuk.

Bergantung pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat, atau padat. Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut konsistensi. Konsistensi bergantung pada gaya tarik antara partikel mineral lempung. Sembarang pengurangan kadar air menghasilkan berkurangnya tebal lapisan kation yang menyebabkan bertambahnya gaya tarik partikel. Bila tanah dalam kedudukan plastis, besarnya jaringan gaya antar partikel akan sedemikian hingga partikel bebas menggelincir antara satu dengan yang lain, dengan kohesi yang tetap terpelihara. Pengurangan kadar air menghasilkan pengurangan volume tanah.

Atterberg (1911) memberikan cara untuk menggambarakan batas-batas konsitensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan hubungan kadar air tanah.  Batas-batas tersebut adalah batas cair(liquid limits), batas plastis(plastic limits), dan batas susut(shrinkage limits).

Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung.

Batas plastis (ASTM D-4318, 1998) didefinisikan sebagai kadar air di dalam tanah pada fase antara plastis dan semi padat. seperti telah diuraikan sebelumnya, apabila kadar air di dalam tanah berkurang, maka tanah menjadi lebih keras dan memiliki kemampuan untuk menahan perubahan bentuk. Perubahan tanah dari cair menjadi padat tersebut akan melalui fase yang dinamakan semi padat. Pengujian batas plastis dimaksudkan untuk menentukan besarnya kadar air di dalam contoh tanah pada saat tanah akan berubah dari fase plastis menjadi fase semi padat atau sebaliknya. 

Untuk mengklasifikasikan tanah digunakan distribusi ukuran butir. Namun pada tanah halus yaitu lanau dan lempung tidak ada hubungan langsung antara ukuran dan sifatnya. Oleh karena itu untuk menyatakan sifat dan mengklasifikasikannya maka dibuatlah batas-batas konsistensi yang juga disebut sebagai batas-batas Atterberg.

Batas-batas Atterberg terdiri atas Batas Cair (Liquidity Limit), Batas Plastis (Plasticity Limit), dan Batas Susut (Shrinkage Limit). Konsistensi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat kohesif partikel tanah dan kadar air yang terkandung di dalamnya.

Disebut konsistensi karena dibutuhkan kedudukan fisik tanah pada kadar air tertentu untuk tetap melekat dan tetap pada kondisinya. Jika batas konsistensinya dilewati maka tanah yang sebelumnya berada pada keadaan padat dapat berubah pada keadaan plastis, semi-plastis, dan cair.

Pada pengujian yang ada tanah yang dipakai harus melewati ayakan No. 40 ini berarti pengujian hanya bisa dilakukan pada tanah berbutir halus seperti lanau dan lempung. Dari praktikum yang dilakukan, diketahui bahwa saat kadar air pada conto uji meningkat maka jumlah pukulan pada alat casagrande menurun.  Jadi jika ingin pukulan pada alat casagrande lebih sedikit berarti air yang ada semakin banyak dan juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan saat terdapat air di dalam pori-pori tanah maka tanah berubah konsistensinya sehingga lebih mudah untuk bergerak dan juga diakibatkan lantai casagrande yang licin karena adanya air.

Pengujian dilakukan 4 kali agar mendapatkan 2 titik di bawah 25 pukulan dan 2 titik di atas 25 pukulan, hal ini dilakukan agar dalam pembuatan kurva aliran(flow curve) lebih mendekati kondisi tanah yang ada. Casagrande (1932) telah menyimpulkan bahwa tiap-tiap pukulan dari alat uji batas cair adalah bersesuaian dengan tegangan geser tanah sebesar kira-kira 1 g/cm2 (~0,1 kN/m2). Oleh karena itu, batas cair dari tanah berbutir halus adalah kadar air dimana tegangan tanahnya adalah kira-kira 25 g/cm2 (~2,5kN/m2). Maka dari itu batas cair ditentukan pada 25 pukulan alat casagrande.

Pada batas plastis sendiri jika digelintir hingga 3 mm dan terjadi retakan maka batas plastisitas tanah sudah terlampaui. Pada keadaan plastis suatu tanah pada kadar air tertentu akan memiliki gaya kohesif yang besar dan kadar air yang tepat sehingga partikel tanah dapat tergelincir tanpa berubah dari keadaan plastis. Ketika kadar air lebih sedikit maka partikel tanah tidak mempunyai bidang lincir yang cukup sehingga bisa terjadi retakan atau meninggalkan keadaan plastisnya.

Indeks  plastisitas atau plasticity index(PI) merupakann interval kadar air dimana tanah masih bersifat plastis. Oleh karena itu, indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan tanah. Jika tanah mempunyai PI tinggi, maka tanah mengandung banyak butiran lempung. Jika PI rendah seperti lanau, sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering. Batasan mengenai indeks plastisitas, sifat, macam tanah, dan kohesi diberikan oleh Atterberg terdapat dalam Tabel 


Tabel Indeks Plastisitas dan Macam Tanah

PI
Sifat
Macam Tanah
Kohesi
0
<7
7-17
>17
Non Plastis
Plastisitas Rendah
Plastisitas Sedang
Plastisitas Tinggi
Pasir
Lanau
Lempung Berlanau
Lempung
Non kohesif
Kohesif Sebagian
Kohesif
Kohesif


Tanah berbutir halus yang mengandung mineral lempung sangat peka terhadap  perubahan kandungan air. Atterberg telah menentukan titik-titik tertentu berupa batas cair (Liquid Limit, LL), batas plastis (Plastic Limit, PL) dan batas kerut/susut (Shrinkage Limit, SL). 

Dengan mengetahui nilai konsistensi tanah maka sifat-sifat plastisitas dari tanah juga dapat diketahui. Sifat-sifat plastisitas dinyatakan dengan harga indek plastisitas (Plasticity Index, IP) yang merupakan selisih nilai kadar air batas cair dengan nilai kadar air batas plastis (IP=LL – PL).

Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap perubahan kadar air dan mempunyai sifat kembang susut yang besar, serta besar  pengaruhnya terhadap daya dukung atau kekuatan tanah.

Indeks plastis merupakan gambaran dari keadaan tanah dalam keadaan plastis. Indeks plastis dihitung berdasarkan indeks cair dikurangi dengan indeks plastis. Selisih perhitungan tersebut sebagai indeks plastisitas tanah, kecuali terjadi kondisi sebagai berikut:

Jika batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan, indeks plastisitas dinyatakan dengan: NP (non plastis)
Jika batas plastis sama atau lebih besar dari batas cair, indeks plastisitas dinyatakan juga dengan: NP (non plastis).


Alat

  1. Cawan porselen.
  2. Pestel (penumbuk/penggerus) dengan kepala karet atau terbungkus karet.
  3. Spatula.
  4. Pelat kaca (30 cm × 30 cm).
  5. Saringan No. 40.
  6. Batang kawat ø 3 mm untuk ukuran pembanding.
  7. Air suling.
  8. Alat-alat pemeriksaan kadar air (oven, timbangan, gelas ukur, dan desikator)


Prosedur Percobaan

  1. Taruhlah contoh tanah dalam cawan porselen, campur air sedikit demi sedikit, aduk sampai benar-benar merata. Kadar air tanah yang diberikan adalah sampai tanah bersifat cukup plastis dan dapat mudah dibentuk menjadi bola dan tidak terlalu melekat pada jari, bila ditekan dengan jari.
  2. Remas dan bentuklah menjadi bentuk bola atau bentuk ellipsoida dari contoh tanah seberat sekitar 8 gram (diameter 13 mm). Gilinglah bola uji ini di atas pelat kaca yang terletak pada bidang mendatar di bawah jari-jari tangan dengan tekanan secukupnya sehingga akan terbentuk batang-batang yang diameternya rata. Gerakan menggiling tanah gunakan kecepatan kira-kira tiap ½ detik satu gerakan maju mundur.
  3. Bila pada penggilingan diameter batang telah menjadi sekitar 3 mm (bandingkan dengan batang kawat pembanding) dan ternyata batang ini masih licin, ambil dan potong-potong menjadi 6 atau 8 bagian; kemudian remas seluruhnya antara ibu jari dan jari-jari lain dari kedua tangan sampai homogen.
  4. Selanjutnya giling lagi seperti tadi. Jika digiling menjadi batang berdiameter 3 mm, ternyata batang masih licin, ulangi lagi remas menjadi bentuk bola lagi dan giling lagi, dst sampai batang tanah tampak retak-retak dan tidak dapat digiling menjadi batang yang lebih kecil (meskipun belum mencapai diameter 3 mm). 
  5. Segera masukkan batang adonan tanah tersebut ke dalam cawan dan tutuplah. Selanjutnya lakukan pemeriksaan kadar air.


sumber : https://geezaliori20.blogspot.com/2017/04/batas-plastisplastic-limits-pl.html

Metode Sand Cone Test


 Tujuan

Untuk memeriksa kepadatan di lapangan pada lapisan tanahatau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan. Memperoleh stabilitas tanah dan memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Bertujuan untuk mengetahui kepadatan dari suatu tanah dilapangan secara langsung dengan membandingkan berat isi kering lapangan dengan berat isi kering pada laboratorium. 

Dasar Teori

Sand cone test adalah pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan tanah yang mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir bebas. Pasir Ottawa yang digunakan adalah lolos saringan no.10 dan tertahan di saringan no.200. Metode ini hanya terbatas untuk lapisan atas tanah yaitu antara 10 – 15 cm. Sand cone adalah untuk pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan pada lapisan tanah atau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan. Pengujian yang diuraikan hanya berlaku terbatas pada ukuran butiran tanah dan batuan tidak lebih dari 5 cm diameternya.Yang dimaksud dengan kepadatan lapangan adalah berat kering per satuan isi. 
Pemadatan dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran udara dari pori-pori tanah dengan salah satu cara mekanis. Cara mekanis yang digunakan di lapangan biasanya dengan menggilas, sedangkan dilaboratorim dengan cara menumbuk atau memukul. Daya pemadatan ini tergantung pada kadar air, meskipun digunakan energi yang sama, nilai kepadatan yang akan diperoleh akan berbeda-beda. Pada kadar air yang cukup rendah tanah sukar dipadatkan, sedangkan pada kadar air yanag cukup tinggi nilai kepadatannya akan menurun, sampai suatu kadar air tinggi sekali sehingga air tidak dapat dikeluarkan dengan pemadatan.  

Pada pemadatan dengan kadar air yanag berbeda-beda akan didapat nilai kepadatan yang berbeda pula. Sehingga kadar air tertentu akan didapat keadaan yang paling padat (angka pori yang paling rendah). Kadar air dimana tanah mencapai keadaan yang paling padat disebut kadat air optimum. Untuk menentukan kadar air optimum ini biasanya dibuat grafik hubungan antara kadar air dan berat isi kering. Berat isi kering ini digunakan untuk menentukan kadar air optimium dimana mencapai keadaan paling padat, dapat dilakukan percobaan pemadatan di lapanga dan percobaan pemadatan di laboratorium.Dengan nilai kadar air yang optimum yang didapat dari percobaan ini, maka kita dapat memadatkan tanah sehingga tanah tersebut akan mempunyai:

 a)     Kekuatan yang lebih besar
 b)     Kompresibilitas dan daya rembesan yang lebih kecil
 c)     Ketahanan yang relatif lebih besar terhadap pengaruh air
Prosedur atau langkah dalam pemeriksaan sand cone yaitu:
1)    Pemeriksaan Berat Volume Uji
2)    Pemeriksaan Volume Kerucut
3)    Pemeriksaan Kepadatan Tanah di Lapangan

Dalam pengujian sand cone ini, diperlukan hubungan antara Kadar air dan kepadatan dari suatu contoh tanah yang diperiksa. Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari keadaan padat ke dalam keadaan semi padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air dimana transisi dari keadaan semi padat ke dalam keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis, dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair. Batas- batas ini dikenal juga sebagai batas-batas atterberg.

Kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat pemadatan yang dapat dicapai oleh suatu tanah. Lee dan Sedkamp (1972) telah mempelajari kurva-kurva pemadatan dari 35 jenis tanah. Tingkat pemadatan diukur dari berat volume kering yang dipadatkan. Bila air ditambahkan pada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah atau pelumas pada partikel – partikel tanah karena adanya air, partikel – partikel tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih Adanya penambahan kadar air justru cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air tersebut kemudian menempati ruang – ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel – partikel padat dari tanah. Kadar air dimana berat volume kering maksimum tanah dicapai disebut kadar air maksimum. Selain kadar air, faktor – faktor yang mempengaruhi pemadatan adalah jenis tanah dan usaha pemadatan.

Jenis tanah yang diwakili oleh distribusi ukuran butiran, bentuk butiran tanah, berat spesifik bagian padat tanah. Selain itu jumlah serta jenis mineral lempung yang ada pada tanah mempunyai pengaruh besar terhadap harga berat volume kering maksimum dan kadar air optimum dari tanah tersebut. Pada kadar air yang lebih rendah, adanya tegangan terik kapiler pada pori – pori tanah mencegah kecenderungan partikel tanah untuk bergerak dengan bebas untuk menjadi lebih padat. Kemudian tegangan kapiler tersebut akan berkurang dengan bertambahnya kadar air sehingga partikel – partikel menjadi mudah bergerak dan menjadi lebih padat. Bila usaha pemadatan persatuan volume tanah berubah. Kurva pemadatan juga akan berubah. Satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah kepadatan lapangan (berat isi kering). Karena walaupun nilai CBR telah memenuhi standar, namun jika kepadatan lapisannya masih belum baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat terjadi dan penyebaran beban ke lapis tanah di bawahnya akan menjadi kurang baik, serta berpotensi terjadi konsentrasi tegangan pada bagian tertentu dalam lapisan tanah tersebut yang dapat mengakibatkan kegagalan lapis tanah dasar pondasi secara keseluruhan.

Menentukan Berat Isi Tanah uji sand cone pada STA 01+400 dengan melakukan penggalian kurang lebih 10,60 cm pada plat alat Sand Cone dengan volume lubang 2,095 cm3, material dari penggalian tersebut di masukkan ke wadah/kantong plastik yang tertutup lalu di timbang, berat tempat + tanah basah = 4.765 gr kemudian menimbang pasir + corong+ botol = 7.830 gr lalu meletakkan corong ke bawah di atas plat corong dan membuka kran pelan-pelan dengan memasukkan pasir yang sudah di dalam botol sampai mengisi lubang tersebut = 4.382 gr, lalu menimbang sisa pasir+corong+ botol = 3.448 gr. Kemudian diambil tanah sedikit dari kaleng untuk penentuan berat isi tanah (w3/v) = 2.272 gr/cm3

Menentukan Berat Isi Pasir  dilakukan dengan cara meletakkan alat dengan botol di bawah pada dasar yang rata, tutup kran isi corong pelan-pelan dengan pasir. Kemudian kran di buka isi botol sampai penuh dan di jaga agar selama pengisian corong selalu paling sedikit setengahnya kemudian kran di tutup dan dibersihkan kelebihan pasir di atas kran dan ditimbang (Gs) = 1.359 gr.

Menentukan Berat Pasir Dalam Corong dengan cara mengisi botol pelan-pelan dengan pasir secukupnya dan menimbang berat pasir di dalam corong 7.830 gr, lalu meletakkan alat dengan corong di bawah pada plat corong, pada dasar yang rata dan bersih, kemudian membuka kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir, lalu kran di tutup dan menimbang alat sisa pasir 3.448 gr, lalu menghitung berat pasir dalam corong 4.382 gr.


Peralatan dan bahan 

1.    Ember untuk tempat pasi
2.    Kertas untuk corong pasir 
3.    Peralatan lain seperti : sendok, kuas, sendok dempul, dan peralatan untuk menentukan kadar air.
4.    Neraca digital dengan ketelitian 0,1 gram. 
5.    Pasir laut (pasir putih) 
6.    Alat pengujian sand cone
7.    Palu untuk alat Bantu pembuat lubang dalam tanah 
8.    Pahat untuk mencongkel tanah 
9.    Botol transparan kapasitas 1 galon 
10.  Kerucut dengan diameter 16.5 Cm11.   Oven pengering tanah sample pengujian


           
Prosedur Kerja

1.    Mencari Volume Corong 
a     Timbang berat corong logam dan sebagai perlengkapannya  
b     Letakan corong dengan logam diatas dan buka krannya 
c     Isi dengan air sampai keluar dari keran 
d     Tutup kerannya dan buang air yang kelebihan 
e     Timbang corong logam dan perlengkapannya yang sudah terisi air. 
f      Berat air = volume botol (W2 –W1) 

2.    Mencari berat air pasir sebagai berikut 
a     Letakan corong logam dengan lubang diatasnya 
b     Tutup keran dan isi corong dengan pasir  
c     Buka keran dan juga supaya corong selalu terisi pasir minimal   setengahnya dan isi sampai corong logam terisi penuh. 
d    Titup keran dan buang kelebihan pasir 
e    Timbang alat dan pasir (W3) 
f      Berat pasir (W3 – W1) 
g     Berat isi pasir 

3. Tentukan jumlah pasir yang dibutuhkan untuk mengisi corong dengan penuh sebagai berikut:1)        Timbang botol dan pasir (W4)   
a     Isi alat dengan pasir sampai penuh, sampai pasir berhenti mengalir
b     Tutup keran dan timbang botol dan sisa pasir (W5) 
c    Pasir yang dibutuhkan untuk mengisi corong dengan penuh (W4 –W5) Siapkan permukaan tanah yang akan diuji dengan membuat rata permukaaan tanah setempat.
d     Tempatkan alat diatas permukaan yang sudah rata dan beri tanda padalubang pelat. 

4.     Angkat lat tersebut dan buat lubang pada tanda dengan hati – hati.

5.    Tempatkan lagi alat pada tempat semula dan buka keran dan birkan pasir mengalir samapi berhenti, kemudian tutup kerannya.

6.    Timbang berat tanah hasil galian (W7). 

7.    Timbang berat alat dan pasir (W6)


sumber : https://geezaliori20.blogspot.com/2017/04/sand-cone-test.html

Metode Pemboran ( Boring ) Hand Bor


Tujuan

Tujuan dilakukan hand boring adalah untuk pengambilan contoh tanah asli untuk pemeriksaan labulaturium untuk mengetahui nilai sifat-sifat teknis dari tanah.


Landasan Teori

Pengujian ini merupakan cara kerja membuat lubang pada tanah dengan alat bor tangan dengan ukuran tertentu, dan dengan tenaga manusia.  Tujuan pengeboran ini adalah untuk mendapatkan atau mendiskripsikan susunan lapisan tanah. Dari pengeboran ini dapat dilakukan pengambilan tanah sebagai bahan untuk penelitian tanah selanjutnya di laboratorium.

Pemboran tanah adalah pekerjaan paling umum dan paling akurat dalam survey geoteknik lapangan. Pemboran tanah yang dimaksud adalah pembuatan lubang kedalam tanah dengan menggunakan alat bor manual maupun alat bor mesin, untuk tujuan berikut :

  1. Mengidentifikasi jenis tanah sepanjang kedalaman lubang bor, yang dilakukan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari mata bor atau core barrel, 
  2. Untuk memasukkan alat tabung pengambil contoh tanah asli di kedalaman yang dikehendaki, untuk mengambil contoh tanah asli, 
  3. Untuk memasukkan alat uji penetrasi baku (Standart Penetration Test, STP) di kedalaman yang dikehendaki, 
  4. Untuk memasukkan alat-alat uji lainnya di kedalaman yang dikehendaki.

Pemboran pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan alat bor tangan. Prinsip percobaan ini adalah untuk memperoleh sampel pada suatu kedalaman tertentu guna diteliti lebih lanjut pada percobaan di laboratorium. Pemboran dilakukan untuk mendapatkan gambaran visual setiap kelipatan kedalaman 20 cm.

Dalam percobaan ini diambil contoh tanah terganggu (disturbed sample) dancontoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample). Disturbed sample adalahcontoh tanah yang diambil tanpa ada usaha yang dilakukan untuk melindungistruktur asli tanah tersebut. Undisturbed sample adalah contoh tanah yang masihmenunjukkan sifat asli tanah. Contoh undisturbed ini secara ideal tidakmengalami perubahan struktur, kadar air, dan susunan kimia. Contoh tanah yang benar-benar asli tidak mungkin diperoleh, tetapi untuk pelaksanaan yang baik maka kerusakan contoh dapat dibatasi sekecil mungkin.

Pekerjaan teknik tidak dapat dipisahkan dari tanah, karena tanah dalam teknik sipil berfungsi sebagai pondasi dan bahan bangunan, oleh karena itu pemahaman tentang sifat-sifat tanah menjadi sangat penting. Sebelum dipergunakan dalam pekerjaan Teknik Sipil, sudah tentu kita harus mengetahui terlebih dahulu sifat-sifat tanah dilokasi pekerjaan yang bersangkutan. Penyelidikan sifat tanah pada umumnya dilakukan dengan cara mengambil contoh tanah dari lapangan untuk kemudian diselidiki di Laboratorium. Penyelidikan sifat tanah akan dikerjakan dalam percobaan lain sebagai kelanjutan dari percobaan ini. Diharapkan agar sifat yang diselidiki di laboratorium mencerminkan sifat-sifat tanah tersebut dilapangan, maka contoh tanah yang diselidiki harus berada dalam pada kondisi aslinya dilapangan (tidak terganggu). Untuk itu contoh tanah diambil secara Undistrubed dari lapangan. Salah satu tujuan percobaan ini adalah mengambil contoh tanah dari berbagai kedalaman di lokasi yang telah ditentukan untuk diselidiki sifat-sifatnya dalam percobaan yang lain.


Methode Pemboran

Prosedur yang paling murah dan paling baik dalam pemboran adalah wash boring, rotary drilling dan auger drilling. Lubang dangkal sampai kedalaman 10 ft (3,05 meter) biasa dibuat dengan auger. Untuk melakukan pengeboran yang lebih dalam digunakan metode-metode lain.


Wash Drilling (bor dengan air)

Alat ini merupakan peralatan yang paling primitif yang biasa digunakan dalam pemboran dengan air (Mohr 1943) meliputi :

  1. Pipa dengan panjang 5 ft dan diameter 21/2 inchi, yang disebut dengan pipa pelindung (casing), yang berfungsi sebagai penyangga dinding lubang. 
  2. Beban memancangkan pipa pelindung ke dalam tanah. 
  3. Derek untuk menangani beban dan pipa pelindung. 
  4. Pipa/selang karet penghubung dipasang di antara kepala swivel dan ujung atas pipa pengunci dan di ujung bawah pipa dipasang mata bor. 
  5. Bak penampung air dan pompa tangan atau berbahan bakar.

Untuk memulai pekerjaan pemboran dengan air, terlebih dahulu ditegakkan derek dan selanjutnya dipancang pipa pelindung yang panjangnya 5 ft sedalam 4 ft ke dalam tanah. Diujung atas pipa pelindung dipasang tee dengan gagangnya pada posisi horizontal, dan sebuah pipa pendek dimasukkan dalam arah horizontal kedalam gagang tee tersebut. Bak air diletakkan di bawah ujung pipa pendek tersebut dan diisi oleh air. Pipa  pencuci (wash pipa) diangkat ke posisi vertikal dengan menggunakan tali yang ditarik oleh tangan dan melalui sebuah katrol yang berada di puncak derek dan selanjutnya diturunkan ke dalam pipa pelindung. Pompa dijalankan dan air mengalir dari bak melewati kepala swivel masuk ke dalam pipa pencuci dan akhirnya sampai ke mata bor serta ruang diantara pipa pencuci dan pipa pelindung. Sementara proses pemboran berjalan, pembor mengamati warna dan kondisi umum campuran tanah dan air yang keluar melalui lubang bor. Bilamana ada perubahan yang menyolok, maka pemberian air dihentikan dan diambil contoh tanah dengan split-spoon. Contoh tanah semacam ini diambil pada setiap kedalalman 5 ft andaikata karakter tanah nampaknya tidak berubah.


Rotary Drilling

Gambaran pokok rotary drilling dengan pemboran dengan air, hanya saja batang bor dan mata bor diputar secara mekanik ketika pembuatan lubang dilakukan. Mata bor memiliki wadah air tempat keluarnya air dari mata bor masuk ke dalam ruang di luar mata bor. Penekanan batang ketika sedang berputar dikerjakan secara mekanik dan hidraulik. Batang tersebut diganti dengan tabung sample tanah bilamana diinginkan pengambilan contoh.


Auger Drilling

Pemboran yang dangkal biasanya acapkali dikerjakan dengan auger. Cara kerjanya, auger dibenamkan tak seberapa ke dalam tanah dan selanjutnya ditarik beserta tanah yang melekat padanya. Tanah tersebut diambil untuk diteliti, auger tersebut kembali dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian diputar ke bawah. Apabila lubang tersebut tidak bias terus terbuka sehingga dapat dimasuki auger karena disekeliling sisi-sisinya tertekan atau karena dinding runtuh, maka harus dipergunakan pipa pelindung yang berdiameter sedikit lebih besar daripada diameter auger. Pipa pelindung ini harus dipancang sampai kedalaman tak lebih dari kedalaman puncak dari contoh yang berikutnya dan harus dibersihkan dengan memakai auger tersebut. Kemudian auger dimasukkan ke dalam lubang yang sudah bersih dan diputar bke bawah ke dasar pipa pelindung untuk memperoleh contoh tanah. Auger boring dapat dilaksanakan pada pasir yang terletak di bawah muka air tanah karena pasir tersebut tidak melekat pada auger.


Desikripsi Visual

Selain dengan penyelidikan di laboratorium, perlu untuk mengetahui beberapa sifat tanah secara visual, jenis kedalaman tanah dan kekuatan tanah. Tentu saja deskripsi tanah macam ini adalah kasar, namun demikian deskripsi visual ini penting untuk memberi gambaran secara umum sifat tanah di lokasi pengamatan warna dan keadaan tanah (homogeny atau tidak) bias dengan mudah diamati secara kasar.

Catatan mengenai jenis-jenis tanah/klasifikasi tanah di lapangan diantaranya :
Pasir dan kerikil, merupakan agregat tak berkohesi yang tersusun dari fragmen sub-angular, agaknya berasal dari batuan atau mineral yang belum mengalami perubahan. Partikel berukuran sampai 1/8 inchi dinamakan pasir, dan yang berukuran 1/8 inchi sampai 8 inchi disebut kerikil. Fragmen-fragmen bergaris tengh lebih besar dari 8 inchi dikenal sebagai bongkah (bouldres).
Hardpan, merupakan tanah tahanannya terhadap penetrasi alat pemboran besar sekali. Sebagian besar harpan dijumpai dalam keadaan bergradasi baik, luar biasa pada dan merupakan agregat partikel mineral yang kohesif.

Lanau an-organik, merupakan tanah berbutir halus dengan plastisitas kecil biasanya mengandung butiran (rock flour), sedangkan yang plastis mengandung partikel berwujud serpihan dan dikenal sebagai lanau plastis. Karena teksturnya yang halus, lanau an-organik sering dianggap lempung, tetapi sebenarnya dapat dibedakan tanpa pengujian laboratorium. Jika diguncang dalam telapak tangan, selapis lanau an-organik jenuh akan mengeluarkan air sehingga permukaanya akan nampak mengkilat. Selanjutnya dikelukkan di antara jari tangan, permukaannya kembali pudar/tak berkilat. Prosedur ini dikenal sebagai uji goncangan. Setelah kering, lapisan menjadi rapuh dan debu dapat dikelupas dengan menggosokkan pada jari. Lanau relatif bersifat kedap air, namun dalam keadaan lepas lanau dapat naik ke lubang pengeboran atau lubang galian seperti layaknya suatu cairan kental. Tanah paling tidak stabil, menurut kategori ini, dikenal secara setempat dengan nama yang berbeda-beda, misalnya : Hati sapi (bull’s liver).

Lanau organik, merupakan tanah agak plastis, berbutir halus dengan campuran partikel-partikel bahan organic terpisah secara halus. Mungkin pula dijumpai adannya kulit-kulit dan fragmen tumbuhan yang meluruh sebagian. Warna tanah bervariasi dari abu-abu terang ke abu-abu sangat gelap, disamping itu mungkin mengandung H2S, CO2, serta berbagai gas lain hasil peluruhan tumbuhan yang akan memberikan bau khas pada tanah. Permeabilitas lanau organic sangat rendah sedangkan compressibilitasnya sangat tinggi.

Lempung, merupakan agragat partikel-partikel yang berukuran microskopic dan sub-microscopic yang berasal dari pembusukkan kimiawai unsur-unsur penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas. Permeabilitas lempung sangat rendah. Untuk lempung yang keadaan plastisnya ditandai dengan wujudnya yang bersabun atau seperti terbuat dari lilin, serta amat keras. Pada kadar air yang lebih tinggi (basah) lempung tersebut bersifat lengket.
Lempung organic, adalah lempung yang sebagian sifat-sifat fisis pentinggnya dipengaruhi oleh adanya bahan organik yang terpisah. Dalam keadaan jenuh lempung organic cenderung bersifat sangan compressible, tetapi pada keadaan kering kekuatannya (strength) sangat tinggi. Warnanya biasanya abu-abu tua atau hitam, disamping itu mungkin berbauh menyolok.

Gambut (peat), adalah agregat agak berserat yang berasal dari serpihan macroskopik dan microskopik tumbuh-tumbuhan. Warnanya bervariasi antara cokelat terang dan hitam. Gambut juga compressible sehingga hamper selalu tidak mungkin menopang pondasi. Berbagai macam teknik telah dicoba pengembangannya dalam rangka mendirikan tanggul tanah di atas lapisan gambut tanpa resiko runtuh, namun penurunan (settlement) tanggul semacam ini tetap cenderung besar serta berlanjut dengan laju yang makin berkurang selama bertahun-tahun.

Seandainya suatu tanah tersusun dari dua jenis tanah yang berbeda, maka campuran yang terbanyak (dominan) dinyatakan sebagai kata benda, sedangkan yang lebih sedikit atau kurang men bonjol dikatakan sebagai kata sifat. Misalnya pasir kelanuan, menyatakan tanah yang mengandung banyak pasir, sedankan lanau hanya berjumlah sedikit saja. Lempung kepasiran adalah tanah yang memperilihatkan sifat-sifat sebuah lempung tetapi mengandung sedikit pasir. Secara kualitatif sifat-sifat agregat pasir dan kerikil diungkapkan oleh istila-isitilah : lepas (loose), sedang (medium), dan padat (density), sedangkan untuk lempung digunakan istilah : keras (hard), kaku (stiff), sedang (medium) dan lunak (soft).

Data warna lapisan tanah dari beberapa pengeboran yang berdekatan, memperkecil resiko melakukan kesalahan dalam mengoreksi catatan pengeboran. Warna juga sebagai petunjuk bagi perbedaan nyata perilaku (karakter) tanah misalnya, jika lapisan paling atas suatu lempung terbenam berwarna kekuning-kuningan atau cokelat, dan lebih kaku daripada lapisan lempung di bawahnya, maka mungkin hal tersebut terjadi karena lapisan pempung tersebut tersingkap dalam suatu jangka waktu tertentu sehingga kering dan disertai proses pelapukan oleh cuaca. Istilah-istilah seperti : burik, marbled, specled digunakan untuk membedakan warna-warna gelap atau lusuh dikaitkan dengan tanah-tanah organik.

Dalam kondisi geologi tertentu, tanah akan dijumpai dengan ciri-ciri perwujudannya yang khas atau luar biasa, misalnya berupa struktur lubang akar atau stratifikasinya yang nyata dan teratur. Karena ciri-ciri tersebut, maka tanah di lapangan dapat dengan mudah didefenisi dan diuraiakan sebagian dari bahan-bahan tersebut.

Till, adalah endapana glasial tak berlapis dari lempung, lanau, pasir, kerikil dan bongkah. Bahan termaksud meliputi sebagian permukaan batuan di daerah-daerah yang glasier selama jaman es.

Tuff, adalah agregat halus yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh air atau angina berasal dari mineral berukuran kecil atau partikel batuan yang disemburkan dari gunung api ketika meletus.

Loess, adalah endapan kohesif seragam yang terbawa oleh tiupan angina, biasanya antara 0,01 dan 0,05 mm. Kohesi ditimbulkan adanya bahan pengikat yang terutama mengandung kalsium/gamping atau lempung.

Lempung Varved, terdiri dari atas lapisan-lapisan lanau an-organik berwarna agak abu-abu yang diselang-selingi oleh lapisan-lapisan lempung berwarna agak gelap.

Bentonit, adalah lempung dengan kadar ”montmorilonit” yang tinggi. Kebanyakan bentonit terbentuk dari perubahan kimiawi abu vulkanik. Bila berhubungan dengan air, bentonit kering akan mengembang lebih besar disbanding lempung kering lainnya, sedangkan bentonit jenuh akan menyusut lebih banyak ketika dikeringkan.

Masing-masing istilah tersebut di atas digunakan untuk pengklasifikasikan tanah di lapangan dan melingkup beraneka ragam bahan yang berbeda jenisnya. Kecuali itu pemilihan istilah yang berkaitan dengan sifat kekakuan dan kepadatan sangat bergantung kepada orang yang melakukan pengujian tanah tersebut.


Peralatan dan Bahan

  1. Mata bor 
  2. Stang bor 
  3. Kunci T pemutar 
  4. Stang Pemutar 
  5. Tabung contoh 
  6. Stick apparatus 
  7. Kop penahan 
  8. Palu 10 kg 
  9. Kunci pipa 
  10. Meteran


Prosedur

  1. Sambung mata bor dengan stang bor dengan kuat 
  2. Gunakan stang pemutar untuk mulai pengeboran tanah 
  3. Lakukan pengangkatan setelah dirasa mata bor penuh kurang lebih 10 sampai 15 cm 
  4. Catat kedalaman pengeboran dan lakukan diskripsi tanah secara visual 
  5. Lakukan pekerjaan ini berulang kali 
  6. Amati kedalaman setiap pengambilan tanah ini , jenis tanah, warna tanah dan keadaannya sertamuka air bila ada 
  7. Lakukan pengambilan contoh sesuai dengan keperluan atau pada setiap pergantian lapisan dengan cara : 
  8. Ganti mata bordengan stick apparatus 
  9. Pasang tabung contoh dengan dongkrak yang dipasangkan pada angker danambang, atau Pasang kop penahan dan lakukan pemukulan dengan palu untuk mengambil contoh tanah sampai dengan tabung terisi penuh dengan tanah. 
  10. Penekanan tabung harus lebih kecil atau sama panjangnya dengan tabung 
  11. Bukastick apparatus dan buang sedikit tanah pada ujungnya dan segera ditutup dengan paraffin kedua ujung-ujungnya. 
  12. Beri label nama lokasi titik bor dan kedalaman contoh tanah yang diambil.



sumber : https://geezaliori20.blogspot.com/2017/04/pemboranboring.html