Metode Vane Shear Test (VST)


Tujuan          

Untuk menyelidiki/mengetahui jenis-jenis lapisan tanah(stratigrafi) pada setiap kedalaman. Menetapkan kedalaman untuk pengambilan contoh tanah asli atau tidak asli, Pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli untuk keperluaan penyelidikan lebih lanjut di Laboratorium. Mengukur kekuatan geser langsung di lapangan.

Dasar Teori

Penyelidikan tanah dilapangan dibutuhkan untuk data perencanaan pondasi bangunan. Penyelidikan dapat dilakukan dengancara menggali lubang-percobaan (trial-pit), pengeboran, dan pengujian langsung dilapangan(in-situ test ). Terdapat beberapa cara penyelidikan tanah yang berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dan sifat-sifat teknisnya,diantaranya : 

a)        Lubang-percobaan (trial-pit) 
b)        Bor tangan (hand auger) 
c)        Bor cuci (wash boring) 
d)        Penyelidikan dengan pencucian (wash probing). 

Vane Shear Test (VST) merupakan alat in-situ yang digunakan untuk menentukan nilai kuat geser tak terdrainase dari suatu tanah. Kapasitas VST dapat mencapai pada kuat geser hingga 200 kPa pada tanah lunak jenuh air. Dari penelitian sebelumnya, pengujian VST pada tanah dengan konsistensi medium hingga lempung lunak diperoleh nilai su ≤ 50 kPa. VST juga dapat digunakan pada tanah lanau, gembur dan material tanah lainnya yang dapat diprediksi kekuatan geser tak terdrainase-nya.  
Metode penggunaan VST ini tidak dapat diaplikasikan pada 10 tanah pasir, gravel, dan jenis tanah lainnya yang memiliki permeabilitas tinggi. Pada penelitian sebelumnya diperoleh bahwa alat VST memang dibutuhkan untuk tes pada tanah yang memiliki permeabilitias rendah untuk respon dari suatu pengujian untuk menggambarkan kuat geser tak terdrainase. Tes ini dilakukan pada tahun 1919 di Swedia kemudian dikembangkan oleh John Olsson (di Flodin dan Broms, 1981). VST terdiri dari empat baling-baling (blade) berbentuk persegi panjang dengan sudutnya 90˚, baling-baling tersebut kemudian akan didorong masuk ke dalam tanah kemudian diikuti dengan pengukuran torsi yang dibutuhkan pada prosedur uji ketika baling-baling menggeser tanah. Torsi yang didapat dapat mengukur seberapa besar perlawanan tanah yang muncul akibat pergeseran yang diterima dari baling-baling. 


Beberapa keuntungan dari penggunaan VST ini adalah : 

1.  Salah satu metode in-situ yang ekonomis dan cukup cepat dalam prosedur pengujian di lapangan.  
2.   Dapat mengukur kuat geser tanah dalam kapasitas yang besar hingga 200 kPa. 
3.  VST dapat menentukan propertis tanah lunak sensitif yang sulit dilakukan di laboratorium tanpa perlakuan yang halus.  
4.    Salah satu alat yang sering digunakan dalam menganalisis kuat geser tak terdrainase. 


Adapun beberapa kekurangan dari penggunaan VST ini adalah :

1.   VST dapat terjadi kesalahan (error) yang diakibatkan oleh kelebihan gaya gesek pada batang VST, kalibrasi torsi yang tidak sesuai, derajat putaran yang tidak memenuhi standar. 
2. Sangat tergantung pada operator dalam memutar VST sehingga keakuratan hasil sangat dipengaruhi pada operator yang melakukan.  

ASTM D2573 memberikan beberapa sumber-sumber mayor mengenai eror yang terjadi di alat uji vane shear.  Bor putar (rotary drill)Tujuan pengeboran salah satunya untuk mengambil sampel tanah asli (undisturbed sample) dan sampel tanah tidak asli(disturbed sample), sehingga kita dapat mengidentifikasi jenis-jenis lapisan tanah pada setiap kedalaman, apakah tanahtersebut berjenis pasir, lanau, lempung atau berupa gabungan dari jenis-jenis tanah tersebut. 

a)         Undisturbed sample/Contoh tanah asli 
Contoh tanah asli adalah suatu contoh yang masih menunjukkan sifat-sifat asli dari tanah yang ada padanya.Contoh ini tidak mengalami perubahan dalam struktur, kadar air (water content) atau susunan kimia. Contoh yang benar-benar asli (truly undisturbed samples) tidak mungkin diperoleh, akan tetapi dengan teknis pelaksanaan sebagaimana mestinya dan cara pengamatan yang tepat maka kerusakan-kerusakan contoh dapat diminimumkan. Contoh tanah asli ini diambil dengan memakai tabung-tabung contoh (sample tube). Alat ini berupa silinder berdinding tipis yang disambung dengan suatu pemegang tabung contoh, alat ini dipakai untuk lempung lunak sampai sedang. Tabung ini dimasukkan kedalam dasar lubang bor dan kemudian ditekan/ dipalukedalam tanah asli yang akan diambil contohnya. Uraian secara jelas tentang cara pengambilan sampel dibahas. 

b)        Disturbed sample/Contoh tanah tidak asli 
Contoh tanah tidak asli diambil tanpa adanya usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur tanah asli. Contoh ini dibawa ke laboratorium dalam tempat tertutup (kantung plastik) agar kadar air dalam tanah tidak berubah.Contoh ini dipakai untuk menentukan ukuran butiran, batas-batas atterberg, pemadatan, BJ dan lainnya.


Tabel. Klasifikasi tanah

Jenis-Jenis Tanah
Sifat Tanah
Mengidentifikasi Tanah Dilapangan
Ciri-cirinya
Keterangan
Pasir
Lepas
Dapat digali dengan sekop, pasak 50 mm dapat ditancapkan
Jika diremas dengan air akan terasa kasr
Padat
Dibutuhkan cangkul untuk menggali pasak kayu 50 mm sulit ditancapkan
Lanau
Lunak
Mudah diremas dengan jari
Jika diremas dengan air akan terasa seperti tepung beras
Mudah diremas dengan tekanan yang kuat pada jari-jari tangan
Lempung
Sangat lunak
Meleleh diantara jari-jari tangan ketika diremas
Jika diremas dengan air akan terasa seperti sabun
Lunak
Dapat diremas dengan tekanan jari yang kuat
Keras
Dapat diremas dengan tekanan jari yang kuat
Kaku
Tidak dapat diremas dengan jari, dapat digencet dengan ibu jari



PERALATAN

Alat bor terdiri dari : 
1)        stang bor secukupnya 
2)        kunci mata bor 
3)        T + engkol2 
Alat sampling terdiri dari : 
1)        Tabung sampel 
2)        Stick aparat + kunci yang sesuai 
Alat Vane terdiri dari : 
1)        Mata Vane + koupling 
2)        Stang vane secukupnya + kepala 
3)        Torsimeter4)Perlengkapan : 
1)        Kunci pipa 
2)        Parafin 
3)        Obeng / spatula 
4)        Kompor 
5)        Dongkrak & angker 
6)        Panci


 Prosedur Kerja

A.       Pengambilan Contoh Tanah Asli 
1)        Contoh tanah asli diambil pada setiap interval tertentu. 
2)        Pada kedua sisi lubang bor dipasang angker tempat dudukan rangka dongkrak. 
3)    Dasar lubang dibersihkan dari runtuhan tanah (memakai tangan kalau memungkinkan). 
4)        Mata bor dilepas dari stangnya dan diganti dengan stick aparat untuk memasang tabung sampel. 
5)        Ukur panjang tabung sampel kemudian tabung sampel dimasukkan ke dalam lubang bor hingga dasar lubang. 
6)        Pada bagian atas dari stangnya dipasang kepala untuk dudukan alas martil. 
7)        Tekan dengan cara memukul dudukan alas dengan martil sampai tabung sample terisi penuh. 
8)        Setelah tabung sampel penuh stang diputar 180 derajat untuk memutuskan tanah dibagian bawah tabung sampel kemudian ditarik ke atas dan dikeluarkan dari lubang. 
9)        Segera lepaskan tabung sampel dari stangnya lalu dibersihkan. Tanah pada kedua ujungnya dikorek sedikit kemudian ditutup dengan parafin cair yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian diberi label.

 B.       Vane Shear Test     
1)    Stel alat Vane yang terdiri dari mata vane (bagian bawah), kopling stang dan kepala (connection). 
2)    Masukkan alat Vane ke dalam lubang bor, di tekan/ dipukul hingga mata sampai kopling benar-benarmasuk ke dalam tanah asli.
3)    Dengan menggunakan kunci pas, putar stang bolak-balik hingga bagian stang terbebas dari pengaruh gesekan tanah.  
4)    Pasang torsi meter lalu putar perlahan-lahan searah dengan putaran jarum jam hingga terjadi keruntuhan yang ditunjukkan oleh menurunnya bacaan jarum hitam dari torsimeter sedangkan jarum merah menunjukkan bacaan maksimum kemudian catat bacaan tersebut.

Sumber : https://geezaliori20.blogspot.com/2017/04/vane-shear-testvst.html

Daftar Seluruh Produk

Daftar Seluruh Produk
karena banyak alat-alat yang tidak tercantum didalam daftar ini
maka harap langsung menghubungi kami untuk menanyakan alat-alat yang bapak / ibu butuhkan 

0813 2006 6151 ( Biand )
Telepon sekarang < klik link ini
Whatsapp sekarang < klik link ini 


Metode Batas Plastis/Plastic Limits (PL)



Tujuan

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan batas plastis suatu tanah (batas besarnya kadar air (wp), pada contoh tanah, dari kondisi semi plastis menjadi plastis dalam persen)


Landasan Teori

Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya. Plastisitas disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung dalam tanah. Istilah plastisitas menggambarkan kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan bentuk pada volume yang konstan tanpa retak-retak atau remuk.

Bergantung pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat, atau padat. Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut konsistensi. Konsistensi bergantung pada gaya tarik antara partikel mineral lempung. Sembarang pengurangan kadar air menghasilkan berkurangnya tebal lapisan kation yang menyebabkan bertambahnya gaya tarik partikel. Bila tanah dalam kedudukan plastis, besarnya jaringan gaya antar partikel akan sedemikian hingga partikel bebas menggelincir antara satu dengan yang lain, dengan kohesi yang tetap terpelihara. Pengurangan kadar air menghasilkan pengurangan volume tanah.

Atterberg (1911) memberikan cara untuk menggambarakan batas-batas konsitensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan hubungan kadar air tanah.  Batas-batas tersebut adalah batas cair(liquid limits), batas plastis(plastic limits), dan batas susut(shrinkage limits).

Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung.

Batas plastis (ASTM D-4318, 1998) didefinisikan sebagai kadar air di dalam tanah pada fase antara plastis dan semi padat. seperti telah diuraikan sebelumnya, apabila kadar air di dalam tanah berkurang, maka tanah menjadi lebih keras dan memiliki kemampuan untuk menahan perubahan bentuk. Perubahan tanah dari cair menjadi padat tersebut akan melalui fase yang dinamakan semi padat. Pengujian batas plastis dimaksudkan untuk menentukan besarnya kadar air di dalam contoh tanah pada saat tanah akan berubah dari fase plastis menjadi fase semi padat atau sebaliknya. 

Untuk mengklasifikasikan tanah digunakan distribusi ukuran butir. Namun pada tanah halus yaitu lanau dan lempung tidak ada hubungan langsung antara ukuran dan sifatnya. Oleh karena itu untuk menyatakan sifat dan mengklasifikasikannya maka dibuatlah batas-batas konsistensi yang juga disebut sebagai batas-batas Atterberg.

Batas-batas Atterberg terdiri atas Batas Cair (Liquidity Limit), Batas Plastis (Plasticity Limit), dan Batas Susut (Shrinkage Limit). Konsistensi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat kohesif partikel tanah dan kadar air yang terkandung di dalamnya.

Disebut konsistensi karena dibutuhkan kedudukan fisik tanah pada kadar air tertentu untuk tetap melekat dan tetap pada kondisinya. Jika batas konsistensinya dilewati maka tanah yang sebelumnya berada pada keadaan padat dapat berubah pada keadaan plastis, semi-plastis, dan cair.

Pada pengujian yang ada tanah yang dipakai harus melewati ayakan No. 40 ini berarti pengujian hanya bisa dilakukan pada tanah berbutir halus seperti lanau dan lempung. Dari praktikum yang dilakukan, diketahui bahwa saat kadar air pada conto uji meningkat maka jumlah pukulan pada alat casagrande menurun.  Jadi jika ingin pukulan pada alat casagrande lebih sedikit berarti air yang ada semakin banyak dan juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan saat terdapat air di dalam pori-pori tanah maka tanah berubah konsistensinya sehingga lebih mudah untuk bergerak dan juga diakibatkan lantai casagrande yang licin karena adanya air.

Pengujian dilakukan 4 kali agar mendapatkan 2 titik di bawah 25 pukulan dan 2 titik di atas 25 pukulan, hal ini dilakukan agar dalam pembuatan kurva aliran(flow curve) lebih mendekati kondisi tanah yang ada. Casagrande (1932) telah menyimpulkan bahwa tiap-tiap pukulan dari alat uji batas cair adalah bersesuaian dengan tegangan geser tanah sebesar kira-kira 1 g/cm2 (~0,1 kN/m2). Oleh karena itu, batas cair dari tanah berbutir halus adalah kadar air dimana tegangan tanahnya adalah kira-kira 25 g/cm2 (~2,5kN/m2). Maka dari itu batas cair ditentukan pada 25 pukulan alat casagrande.

Pada batas plastis sendiri jika digelintir hingga 3 mm dan terjadi retakan maka batas plastisitas tanah sudah terlampaui. Pada keadaan plastis suatu tanah pada kadar air tertentu akan memiliki gaya kohesif yang besar dan kadar air yang tepat sehingga partikel tanah dapat tergelincir tanpa berubah dari keadaan plastis. Ketika kadar air lebih sedikit maka partikel tanah tidak mempunyai bidang lincir yang cukup sehingga bisa terjadi retakan atau meninggalkan keadaan plastisnya.

Indeks  plastisitas atau plasticity index(PI) merupakann interval kadar air dimana tanah masih bersifat plastis. Oleh karena itu, indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan tanah. Jika tanah mempunyai PI tinggi, maka tanah mengandung banyak butiran lempung. Jika PI rendah seperti lanau, sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering. Batasan mengenai indeks plastisitas, sifat, macam tanah, dan kohesi diberikan oleh Atterberg terdapat dalam Tabel 


Tabel Indeks Plastisitas dan Macam Tanah

PI
Sifat
Macam Tanah
Kohesi
0
<7
7-17
>17
Non Plastis
Plastisitas Rendah
Plastisitas Sedang
Plastisitas Tinggi
Pasir
Lanau
Lempung Berlanau
Lempung
Non kohesif
Kohesif Sebagian
Kohesif
Kohesif


Tanah berbutir halus yang mengandung mineral lempung sangat peka terhadap  perubahan kandungan air. Atterberg telah menentukan titik-titik tertentu berupa batas cair (Liquid Limit, LL), batas plastis (Plastic Limit, PL) dan batas kerut/susut (Shrinkage Limit, SL). 

Dengan mengetahui nilai konsistensi tanah maka sifat-sifat plastisitas dari tanah juga dapat diketahui. Sifat-sifat plastisitas dinyatakan dengan harga indek plastisitas (Plasticity Index, IP) yang merupakan selisih nilai kadar air batas cair dengan nilai kadar air batas plastis (IP=LL – PL).

Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap perubahan kadar air dan mempunyai sifat kembang susut yang besar, serta besar  pengaruhnya terhadap daya dukung atau kekuatan tanah.

Indeks plastis merupakan gambaran dari keadaan tanah dalam keadaan plastis. Indeks plastis dihitung berdasarkan indeks cair dikurangi dengan indeks plastis. Selisih perhitungan tersebut sebagai indeks plastisitas tanah, kecuali terjadi kondisi sebagai berikut:

Jika batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan, indeks plastisitas dinyatakan dengan: NP (non plastis)
Jika batas plastis sama atau lebih besar dari batas cair, indeks plastisitas dinyatakan juga dengan: NP (non plastis).


Alat

  1. Cawan porselen.
  2. Pestel (penumbuk/penggerus) dengan kepala karet atau terbungkus karet.
  3. Spatula.
  4. Pelat kaca (30 cm × 30 cm).
  5. Saringan No. 40.
  6. Batang kawat ø 3 mm untuk ukuran pembanding.
  7. Air suling.
  8. Alat-alat pemeriksaan kadar air (oven, timbangan, gelas ukur, dan desikator)


Prosedur Percobaan

  1. Taruhlah contoh tanah dalam cawan porselen, campur air sedikit demi sedikit, aduk sampai benar-benar merata. Kadar air tanah yang diberikan adalah sampai tanah bersifat cukup plastis dan dapat mudah dibentuk menjadi bola dan tidak terlalu melekat pada jari, bila ditekan dengan jari.
  2. Remas dan bentuklah menjadi bentuk bola atau bentuk ellipsoida dari contoh tanah seberat sekitar 8 gram (diameter 13 mm). Gilinglah bola uji ini di atas pelat kaca yang terletak pada bidang mendatar di bawah jari-jari tangan dengan tekanan secukupnya sehingga akan terbentuk batang-batang yang diameternya rata. Gerakan menggiling tanah gunakan kecepatan kira-kira tiap ½ detik satu gerakan maju mundur.
  3. Bila pada penggilingan diameter batang telah menjadi sekitar 3 mm (bandingkan dengan batang kawat pembanding) dan ternyata batang ini masih licin, ambil dan potong-potong menjadi 6 atau 8 bagian; kemudian remas seluruhnya antara ibu jari dan jari-jari lain dari kedua tangan sampai homogen.
  4. Selanjutnya giling lagi seperti tadi. Jika digiling menjadi batang berdiameter 3 mm, ternyata batang masih licin, ulangi lagi remas menjadi bentuk bola lagi dan giling lagi, dst sampai batang tanah tampak retak-retak dan tidak dapat digiling menjadi batang yang lebih kecil (meskipun belum mencapai diameter 3 mm). 
  5. Segera masukkan batang adonan tanah tersebut ke dalam cawan dan tutuplah. Selanjutnya lakukan pemeriksaan kadar air.


sumber : https://geezaliori20.blogspot.com/2017/04/batas-plastisplastic-limits-pl.html

Metode Sand Cone Test


 Tujuan

Untuk memeriksa kepadatan di lapangan pada lapisan tanahatau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan. Memperoleh stabilitas tanah dan memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Bertujuan untuk mengetahui kepadatan dari suatu tanah dilapangan secara langsung dengan membandingkan berat isi kering lapangan dengan berat isi kering pada laboratorium. 

Dasar Teori

Sand cone test adalah pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan tanah yang mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir bebas. Pasir Ottawa yang digunakan adalah lolos saringan no.10 dan tertahan di saringan no.200. Metode ini hanya terbatas untuk lapisan atas tanah yaitu antara 10 – 15 cm. Sand cone adalah untuk pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan pada lapisan tanah atau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan. Pengujian yang diuraikan hanya berlaku terbatas pada ukuran butiran tanah dan batuan tidak lebih dari 5 cm diameternya.Yang dimaksud dengan kepadatan lapangan adalah berat kering per satuan isi. 
Pemadatan dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran udara dari pori-pori tanah dengan salah satu cara mekanis. Cara mekanis yang digunakan di lapangan biasanya dengan menggilas, sedangkan dilaboratorim dengan cara menumbuk atau memukul. Daya pemadatan ini tergantung pada kadar air, meskipun digunakan energi yang sama, nilai kepadatan yang akan diperoleh akan berbeda-beda. Pada kadar air yang cukup rendah tanah sukar dipadatkan, sedangkan pada kadar air yanag cukup tinggi nilai kepadatannya akan menurun, sampai suatu kadar air tinggi sekali sehingga air tidak dapat dikeluarkan dengan pemadatan.  

Pada pemadatan dengan kadar air yanag berbeda-beda akan didapat nilai kepadatan yang berbeda pula. Sehingga kadar air tertentu akan didapat keadaan yang paling padat (angka pori yang paling rendah). Kadar air dimana tanah mencapai keadaan yang paling padat disebut kadat air optimum. Untuk menentukan kadar air optimum ini biasanya dibuat grafik hubungan antara kadar air dan berat isi kering. Berat isi kering ini digunakan untuk menentukan kadar air optimium dimana mencapai keadaan paling padat, dapat dilakukan percobaan pemadatan di lapanga dan percobaan pemadatan di laboratorium.Dengan nilai kadar air yang optimum yang didapat dari percobaan ini, maka kita dapat memadatkan tanah sehingga tanah tersebut akan mempunyai:

 a)     Kekuatan yang lebih besar
 b)     Kompresibilitas dan daya rembesan yang lebih kecil
 c)     Ketahanan yang relatif lebih besar terhadap pengaruh air
Prosedur atau langkah dalam pemeriksaan sand cone yaitu:
1)    Pemeriksaan Berat Volume Uji
2)    Pemeriksaan Volume Kerucut
3)    Pemeriksaan Kepadatan Tanah di Lapangan

Dalam pengujian sand cone ini, diperlukan hubungan antara Kadar air dan kepadatan dari suatu contoh tanah yang diperiksa. Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari keadaan padat ke dalam keadaan semi padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air dimana transisi dari keadaan semi padat ke dalam keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis, dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair. Batas- batas ini dikenal juga sebagai batas-batas atterberg.

Kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat pemadatan yang dapat dicapai oleh suatu tanah. Lee dan Sedkamp (1972) telah mempelajari kurva-kurva pemadatan dari 35 jenis tanah. Tingkat pemadatan diukur dari berat volume kering yang dipadatkan. Bila air ditambahkan pada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah atau pelumas pada partikel – partikel tanah karena adanya air, partikel – partikel tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih Adanya penambahan kadar air justru cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air tersebut kemudian menempati ruang – ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel – partikel padat dari tanah. Kadar air dimana berat volume kering maksimum tanah dicapai disebut kadar air maksimum. Selain kadar air, faktor – faktor yang mempengaruhi pemadatan adalah jenis tanah dan usaha pemadatan.

Jenis tanah yang diwakili oleh distribusi ukuran butiran, bentuk butiran tanah, berat spesifik bagian padat tanah. Selain itu jumlah serta jenis mineral lempung yang ada pada tanah mempunyai pengaruh besar terhadap harga berat volume kering maksimum dan kadar air optimum dari tanah tersebut. Pada kadar air yang lebih rendah, adanya tegangan terik kapiler pada pori – pori tanah mencegah kecenderungan partikel tanah untuk bergerak dengan bebas untuk menjadi lebih padat. Kemudian tegangan kapiler tersebut akan berkurang dengan bertambahnya kadar air sehingga partikel – partikel menjadi mudah bergerak dan menjadi lebih padat. Bila usaha pemadatan persatuan volume tanah berubah. Kurva pemadatan juga akan berubah. Satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah kepadatan lapangan (berat isi kering). Karena walaupun nilai CBR telah memenuhi standar, namun jika kepadatan lapisannya masih belum baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat terjadi dan penyebaran beban ke lapis tanah di bawahnya akan menjadi kurang baik, serta berpotensi terjadi konsentrasi tegangan pada bagian tertentu dalam lapisan tanah tersebut yang dapat mengakibatkan kegagalan lapis tanah dasar pondasi secara keseluruhan.

Menentukan Berat Isi Tanah uji sand cone pada STA 01+400 dengan melakukan penggalian kurang lebih 10,60 cm pada plat alat Sand Cone dengan volume lubang 2,095 cm3, material dari penggalian tersebut di masukkan ke wadah/kantong plastik yang tertutup lalu di timbang, berat tempat + tanah basah = 4.765 gr kemudian menimbang pasir + corong+ botol = 7.830 gr lalu meletakkan corong ke bawah di atas plat corong dan membuka kran pelan-pelan dengan memasukkan pasir yang sudah di dalam botol sampai mengisi lubang tersebut = 4.382 gr, lalu menimbang sisa pasir+corong+ botol = 3.448 gr. Kemudian diambil tanah sedikit dari kaleng untuk penentuan berat isi tanah (w3/v) = 2.272 gr/cm3

Menentukan Berat Isi Pasir  dilakukan dengan cara meletakkan alat dengan botol di bawah pada dasar yang rata, tutup kran isi corong pelan-pelan dengan pasir. Kemudian kran di buka isi botol sampai penuh dan di jaga agar selama pengisian corong selalu paling sedikit setengahnya kemudian kran di tutup dan dibersihkan kelebihan pasir di atas kran dan ditimbang (Gs) = 1.359 gr.

Menentukan Berat Pasir Dalam Corong dengan cara mengisi botol pelan-pelan dengan pasir secukupnya dan menimbang berat pasir di dalam corong 7.830 gr, lalu meletakkan alat dengan corong di bawah pada plat corong, pada dasar yang rata dan bersih, kemudian membuka kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir, lalu kran di tutup dan menimbang alat sisa pasir 3.448 gr, lalu menghitung berat pasir dalam corong 4.382 gr.


Peralatan dan bahan 

1.    Ember untuk tempat pasi
2.    Kertas untuk corong pasir 
3.    Peralatan lain seperti : sendok, kuas, sendok dempul, dan peralatan untuk menentukan kadar air.
4.    Neraca digital dengan ketelitian 0,1 gram. 
5.    Pasir laut (pasir putih) 
6.    Alat pengujian sand cone
7.    Palu untuk alat Bantu pembuat lubang dalam tanah 
8.    Pahat untuk mencongkel tanah 
9.    Botol transparan kapasitas 1 galon 
10.  Kerucut dengan diameter 16.5 Cm11.   Oven pengering tanah sample pengujian


           
Prosedur Kerja

1.    Mencari Volume Corong 
a     Timbang berat corong logam dan sebagai perlengkapannya  
b     Letakan corong dengan logam diatas dan buka krannya 
c     Isi dengan air sampai keluar dari keran 
d     Tutup kerannya dan buang air yang kelebihan 
e     Timbang corong logam dan perlengkapannya yang sudah terisi air. 
f      Berat air = volume botol (W2 –W1) 

2.    Mencari berat air pasir sebagai berikut 
a     Letakan corong logam dengan lubang diatasnya 
b     Tutup keran dan isi corong dengan pasir  
c     Buka keran dan juga supaya corong selalu terisi pasir minimal   setengahnya dan isi sampai corong logam terisi penuh. 
d    Titup keran dan buang kelebihan pasir 
e    Timbang alat dan pasir (W3) 
f      Berat pasir (W3 – W1) 
g     Berat isi pasir 

3. Tentukan jumlah pasir yang dibutuhkan untuk mengisi corong dengan penuh sebagai berikut:1)        Timbang botol dan pasir (W4)   
a     Isi alat dengan pasir sampai penuh, sampai pasir berhenti mengalir
b     Tutup keran dan timbang botol dan sisa pasir (W5) 
c    Pasir yang dibutuhkan untuk mengisi corong dengan penuh (W4 –W5) Siapkan permukaan tanah yang akan diuji dengan membuat rata permukaaan tanah setempat.
d     Tempatkan alat diatas permukaan yang sudah rata dan beri tanda padalubang pelat. 

4.     Angkat lat tersebut dan buat lubang pada tanda dengan hati – hati.

5.    Tempatkan lagi alat pada tempat semula dan buka keran dan birkan pasir mengalir samapi berhenti, kemudian tutup kerannya.

6.    Timbang berat tanah hasil galian (W7). 

7.    Timbang berat alat dan pasir (W6)


sumber : https://geezaliori20.blogspot.com/2017/04/sand-cone-test.html