Metode Sand Cone Test


 Tujuan

Untuk memeriksa kepadatan di lapangan pada lapisan tanahatau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan. Memperoleh stabilitas tanah dan memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Bertujuan untuk mengetahui kepadatan dari suatu tanah dilapangan secara langsung dengan membandingkan berat isi kering lapangan dengan berat isi kering pada laboratorium. 

Dasar Teori

Sand cone test adalah pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan tanah yang mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir bebas. Pasir Ottawa yang digunakan adalah lolos saringan no.10 dan tertahan di saringan no.200. Metode ini hanya terbatas untuk lapisan atas tanah yaitu antara 10 – 15 cm. Sand cone adalah untuk pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan pada lapisan tanah atau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan. Pengujian yang diuraikan hanya berlaku terbatas pada ukuran butiran tanah dan batuan tidak lebih dari 5 cm diameternya.Yang dimaksud dengan kepadatan lapangan adalah berat kering per satuan isi. 
Pemadatan dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran udara dari pori-pori tanah dengan salah satu cara mekanis. Cara mekanis yang digunakan di lapangan biasanya dengan menggilas, sedangkan dilaboratorim dengan cara menumbuk atau memukul. Daya pemadatan ini tergantung pada kadar air, meskipun digunakan energi yang sama, nilai kepadatan yang akan diperoleh akan berbeda-beda. Pada kadar air yang cukup rendah tanah sukar dipadatkan, sedangkan pada kadar air yanag cukup tinggi nilai kepadatannya akan menurun, sampai suatu kadar air tinggi sekali sehingga air tidak dapat dikeluarkan dengan pemadatan.  

Pada pemadatan dengan kadar air yanag berbeda-beda akan didapat nilai kepadatan yang berbeda pula. Sehingga kadar air tertentu akan didapat keadaan yang paling padat (angka pori yang paling rendah). Kadar air dimana tanah mencapai keadaan yang paling padat disebut kadat air optimum. Untuk menentukan kadar air optimum ini biasanya dibuat grafik hubungan antara kadar air dan berat isi kering. Berat isi kering ini digunakan untuk menentukan kadar air optimium dimana mencapai keadaan paling padat, dapat dilakukan percobaan pemadatan di lapanga dan percobaan pemadatan di laboratorium.Dengan nilai kadar air yang optimum yang didapat dari percobaan ini, maka kita dapat memadatkan tanah sehingga tanah tersebut akan mempunyai:

 a)     Kekuatan yang lebih besar
 b)     Kompresibilitas dan daya rembesan yang lebih kecil
 c)     Ketahanan yang relatif lebih besar terhadap pengaruh air
Prosedur atau langkah dalam pemeriksaan sand cone yaitu:
1)    Pemeriksaan Berat Volume Uji
2)    Pemeriksaan Volume Kerucut
3)    Pemeriksaan Kepadatan Tanah di Lapangan

Dalam pengujian sand cone ini, diperlukan hubungan antara Kadar air dan kepadatan dari suatu contoh tanah yang diperiksa. Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari keadaan padat ke dalam keadaan semi padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air dimana transisi dari keadaan semi padat ke dalam keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis, dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair. Batas- batas ini dikenal juga sebagai batas-batas atterberg.

Kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat pemadatan yang dapat dicapai oleh suatu tanah. Lee dan Sedkamp (1972) telah mempelajari kurva-kurva pemadatan dari 35 jenis tanah. Tingkat pemadatan diukur dari berat volume kering yang dipadatkan. Bila air ditambahkan pada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah atau pelumas pada partikel – partikel tanah karena adanya air, partikel – partikel tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih Adanya penambahan kadar air justru cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air tersebut kemudian menempati ruang – ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel – partikel padat dari tanah. Kadar air dimana berat volume kering maksimum tanah dicapai disebut kadar air maksimum. Selain kadar air, faktor – faktor yang mempengaruhi pemadatan adalah jenis tanah dan usaha pemadatan.

Jenis tanah yang diwakili oleh distribusi ukuran butiran, bentuk butiran tanah, berat spesifik bagian padat tanah. Selain itu jumlah serta jenis mineral lempung yang ada pada tanah mempunyai pengaruh besar terhadap harga berat volume kering maksimum dan kadar air optimum dari tanah tersebut. Pada kadar air yang lebih rendah, adanya tegangan terik kapiler pada pori – pori tanah mencegah kecenderungan partikel tanah untuk bergerak dengan bebas untuk menjadi lebih padat. Kemudian tegangan kapiler tersebut akan berkurang dengan bertambahnya kadar air sehingga partikel – partikel menjadi mudah bergerak dan menjadi lebih padat. Bila usaha pemadatan persatuan volume tanah berubah. Kurva pemadatan juga akan berubah. Satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah kepadatan lapangan (berat isi kering). Karena walaupun nilai CBR telah memenuhi standar, namun jika kepadatan lapisannya masih belum baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat terjadi dan penyebaran beban ke lapis tanah di bawahnya akan menjadi kurang baik, serta berpotensi terjadi konsentrasi tegangan pada bagian tertentu dalam lapisan tanah tersebut yang dapat mengakibatkan kegagalan lapis tanah dasar pondasi secara keseluruhan.

Menentukan Berat Isi Tanah uji sand cone pada STA 01+400 dengan melakukan penggalian kurang lebih 10,60 cm pada plat alat Sand Cone dengan volume lubang 2,095 cm3, material dari penggalian tersebut di masukkan ke wadah/kantong plastik yang tertutup lalu di timbang, berat tempat + tanah basah = 4.765 gr kemudian menimbang pasir + corong+ botol = 7.830 gr lalu meletakkan corong ke bawah di atas plat corong dan membuka kran pelan-pelan dengan memasukkan pasir yang sudah di dalam botol sampai mengisi lubang tersebut = 4.382 gr, lalu menimbang sisa pasir+corong+ botol = 3.448 gr. Kemudian diambil tanah sedikit dari kaleng untuk penentuan berat isi tanah (w3/v) = 2.272 gr/cm3

Menentukan Berat Isi Pasir  dilakukan dengan cara meletakkan alat dengan botol di bawah pada dasar yang rata, tutup kran isi corong pelan-pelan dengan pasir. Kemudian kran di buka isi botol sampai penuh dan di jaga agar selama pengisian corong selalu paling sedikit setengahnya kemudian kran di tutup dan dibersihkan kelebihan pasir di atas kran dan ditimbang (Gs) = 1.359 gr.

Menentukan Berat Pasir Dalam Corong dengan cara mengisi botol pelan-pelan dengan pasir secukupnya dan menimbang berat pasir di dalam corong 7.830 gr, lalu meletakkan alat dengan corong di bawah pada plat corong, pada dasar yang rata dan bersih, kemudian membuka kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir, lalu kran di tutup dan menimbang alat sisa pasir 3.448 gr, lalu menghitung berat pasir dalam corong 4.382 gr.


Peralatan dan bahan 

1.    Ember untuk tempat pasi
2.    Kertas untuk corong pasir 
3.    Peralatan lain seperti : sendok, kuas, sendok dempul, dan peralatan untuk menentukan kadar air.
4.    Neraca digital dengan ketelitian 0,1 gram. 
5.    Pasir laut (pasir putih) 
6.    Alat pengujian sand cone
7.    Palu untuk alat Bantu pembuat lubang dalam tanah 
8.    Pahat untuk mencongkel tanah 
9.    Botol transparan kapasitas 1 galon 
10.  Kerucut dengan diameter 16.5 Cm11.   Oven pengering tanah sample pengujian


           
Prosedur Kerja

1.    Mencari Volume Corong 
a     Timbang berat corong logam dan sebagai perlengkapannya  
b     Letakan corong dengan logam diatas dan buka krannya 
c     Isi dengan air sampai keluar dari keran 
d     Tutup kerannya dan buang air yang kelebihan 
e     Timbang corong logam dan perlengkapannya yang sudah terisi air. 
f      Berat air = volume botol (W2 –W1) 

2.    Mencari berat air pasir sebagai berikut 
a     Letakan corong logam dengan lubang diatasnya 
b     Tutup keran dan isi corong dengan pasir  
c     Buka keran dan juga supaya corong selalu terisi pasir minimal   setengahnya dan isi sampai corong logam terisi penuh. 
d    Titup keran dan buang kelebihan pasir 
e    Timbang alat dan pasir (W3) 
f      Berat pasir (W3 – W1) 
g     Berat isi pasir 

3. Tentukan jumlah pasir yang dibutuhkan untuk mengisi corong dengan penuh sebagai berikut:1)        Timbang botol dan pasir (W4)   
a     Isi alat dengan pasir sampai penuh, sampai pasir berhenti mengalir
b     Tutup keran dan timbang botol dan sisa pasir (W5) 
c    Pasir yang dibutuhkan untuk mengisi corong dengan penuh (W4 –W5) Siapkan permukaan tanah yang akan diuji dengan membuat rata permukaaan tanah setempat.
d     Tempatkan alat diatas permukaan yang sudah rata dan beri tanda padalubang pelat. 

4.     Angkat lat tersebut dan buat lubang pada tanda dengan hati – hati.

5.    Tempatkan lagi alat pada tempat semula dan buka keran dan birkan pasir mengalir samapi berhenti, kemudian tutup kerannya.

6.    Timbang berat tanah hasil galian (W7). 

7.    Timbang berat alat dan pasir (W6)


sumber : https://geezaliori20.blogspot.com/2017/04/sand-cone-test.html

Metode Pemboran ( Boring ) Hand Bor


Tujuan

Tujuan dilakukan hand boring adalah untuk pengambilan contoh tanah asli untuk pemeriksaan labulaturium untuk mengetahui nilai sifat-sifat teknis dari tanah.


Landasan Teori

Pengujian ini merupakan cara kerja membuat lubang pada tanah dengan alat bor tangan dengan ukuran tertentu, dan dengan tenaga manusia.  Tujuan pengeboran ini adalah untuk mendapatkan atau mendiskripsikan susunan lapisan tanah. Dari pengeboran ini dapat dilakukan pengambilan tanah sebagai bahan untuk penelitian tanah selanjutnya di laboratorium.

Pemboran tanah adalah pekerjaan paling umum dan paling akurat dalam survey geoteknik lapangan. Pemboran tanah yang dimaksud adalah pembuatan lubang kedalam tanah dengan menggunakan alat bor manual maupun alat bor mesin, untuk tujuan berikut :

  1. Mengidentifikasi jenis tanah sepanjang kedalaman lubang bor, yang dilakukan terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari mata bor atau core barrel, 
  2. Untuk memasukkan alat tabung pengambil contoh tanah asli di kedalaman yang dikehendaki, untuk mengambil contoh tanah asli, 
  3. Untuk memasukkan alat uji penetrasi baku (Standart Penetration Test, STP) di kedalaman yang dikehendaki, 
  4. Untuk memasukkan alat-alat uji lainnya di kedalaman yang dikehendaki.

Pemboran pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan alat bor tangan. Prinsip percobaan ini adalah untuk memperoleh sampel pada suatu kedalaman tertentu guna diteliti lebih lanjut pada percobaan di laboratorium. Pemboran dilakukan untuk mendapatkan gambaran visual setiap kelipatan kedalaman 20 cm.

Dalam percobaan ini diambil contoh tanah terganggu (disturbed sample) dancontoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample). Disturbed sample adalahcontoh tanah yang diambil tanpa ada usaha yang dilakukan untuk melindungistruktur asli tanah tersebut. Undisturbed sample adalah contoh tanah yang masihmenunjukkan sifat asli tanah. Contoh undisturbed ini secara ideal tidakmengalami perubahan struktur, kadar air, dan susunan kimia. Contoh tanah yang benar-benar asli tidak mungkin diperoleh, tetapi untuk pelaksanaan yang baik maka kerusakan contoh dapat dibatasi sekecil mungkin.

Pekerjaan teknik tidak dapat dipisahkan dari tanah, karena tanah dalam teknik sipil berfungsi sebagai pondasi dan bahan bangunan, oleh karena itu pemahaman tentang sifat-sifat tanah menjadi sangat penting. Sebelum dipergunakan dalam pekerjaan Teknik Sipil, sudah tentu kita harus mengetahui terlebih dahulu sifat-sifat tanah dilokasi pekerjaan yang bersangkutan. Penyelidikan sifat tanah pada umumnya dilakukan dengan cara mengambil contoh tanah dari lapangan untuk kemudian diselidiki di Laboratorium. Penyelidikan sifat tanah akan dikerjakan dalam percobaan lain sebagai kelanjutan dari percobaan ini. Diharapkan agar sifat yang diselidiki di laboratorium mencerminkan sifat-sifat tanah tersebut dilapangan, maka contoh tanah yang diselidiki harus berada dalam pada kondisi aslinya dilapangan (tidak terganggu). Untuk itu contoh tanah diambil secara Undistrubed dari lapangan. Salah satu tujuan percobaan ini adalah mengambil contoh tanah dari berbagai kedalaman di lokasi yang telah ditentukan untuk diselidiki sifat-sifatnya dalam percobaan yang lain.


Methode Pemboran

Prosedur yang paling murah dan paling baik dalam pemboran adalah wash boring, rotary drilling dan auger drilling. Lubang dangkal sampai kedalaman 10 ft (3,05 meter) biasa dibuat dengan auger. Untuk melakukan pengeboran yang lebih dalam digunakan metode-metode lain.


Wash Drilling (bor dengan air)

Alat ini merupakan peralatan yang paling primitif yang biasa digunakan dalam pemboran dengan air (Mohr 1943) meliputi :

  1. Pipa dengan panjang 5 ft dan diameter 21/2 inchi, yang disebut dengan pipa pelindung (casing), yang berfungsi sebagai penyangga dinding lubang. 
  2. Beban memancangkan pipa pelindung ke dalam tanah. 
  3. Derek untuk menangani beban dan pipa pelindung. 
  4. Pipa/selang karet penghubung dipasang di antara kepala swivel dan ujung atas pipa pengunci dan di ujung bawah pipa dipasang mata bor. 
  5. Bak penampung air dan pompa tangan atau berbahan bakar.

Untuk memulai pekerjaan pemboran dengan air, terlebih dahulu ditegakkan derek dan selanjutnya dipancang pipa pelindung yang panjangnya 5 ft sedalam 4 ft ke dalam tanah. Diujung atas pipa pelindung dipasang tee dengan gagangnya pada posisi horizontal, dan sebuah pipa pendek dimasukkan dalam arah horizontal kedalam gagang tee tersebut. Bak air diletakkan di bawah ujung pipa pendek tersebut dan diisi oleh air. Pipa  pencuci (wash pipa) diangkat ke posisi vertikal dengan menggunakan tali yang ditarik oleh tangan dan melalui sebuah katrol yang berada di puncak derek dan selanjutnya diturunkan ke dalam pipa pelindung. Pompa dijalankan dan air mengalir dari bak melewati kepala swivel masuk ke dalam pipa pencuci dan akhirnya sampai ke mata bor serta ruang diantara pipa pencuci dan pipa pelindung. Sementara proses pemboran berjalan, pembor mengamati warna dan kondisi umum campuran tanah dan air yang keluar melalui lubang bor. Bilamana ada perubahan yang menyolok, maka pemberian air dihentikan dan diambil contoh tanah dengan split-spoon. Contoh tanah semacam ini diambil pada setiap kedalalman 5 ft andaikata karakter tanah nampaknya tidak berubah.


Rotary Drilling

Gambaran pokok rotary drilling dengan pemboran dengan air, hanya saja batang bor dan mata bor diputar secara mekanik ketika pembuatan lubang dilakukan. Mata bor memiliki wadah air tempat keluarnya air dari mata bor masuk ke dalam ruang di luar mata bor. Penekanan batang ketika sedang berputar dikerjakan secara mekanik dan hidraulik. Batang tersebut diganti dengan tabung sample tanah bilamana diinginkan pengambilan contoh.


Auger Drilling

Pemboran yang dangkal biasanya acapkali dikerjakan dengan auger. Cara kerjanya, auger dibenamkan tak seberapa ke dalam tanah dan selanjutnya ditarik beserta tanah yang melekat padanya. Tanah tersebut diambil untuk diteliti, auger tersebut kembali dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian diputar ke bawah. Apabila lubang tersebut tidak bias terus terbuka sehingga dapat dimasuki auger karena disekeliling sisi-sisinya tertekan atau karena dinding runtuh, maka harus dipergunakan pipa pelindung yang berdiameter sedikit lebih besar daripada diameter auger. Pipa pelindung ini harus dipancang sampai kedalaman tak lebih dari kedalaman puncak dari contoh yang berikutnya dan harus dibersihkan dengan memakai auger tersebut. Kemudian auger dimasukkan ke dalam lubang yang sudah bersih dan diputar bke bawah ke dasar pipa pelindung untuk memperoleh contoh tanah. Auger boring dapat dilaksanakan pada pasir yang terletak di bawah muka air tanah karena pasir tersebut tidak melekat pada auger.


Desikripsi Visual

Selain dengan penyelidikan di laboratorium, perlu untuk mengetahui beberapa sifat tanah secara visual, jenis kedalaman tanah dan kekuatan tanah. Tentu saja deskripsi tanah macam ini adalah kasar, namun demikian deskripsi visual ini penting untuk memberi gambaran secara umum sifat tanah di lokasi pengamatan warna dan keadaan tanah (homogeny atau tidak) bias dengan mudah diamati secara kasar.

Catatan mengenai jenis-jenis tanah/klasifikasi tanah di lapangan diantaranya :
Pasir dan kerikil, merupakan agregat tak berkohesi yang tersusun dari fragmen sub-angular, agaknya berasal dari batuan atau mineral yang belum mengalami perubahan. Partikel berukuran sampai 1/8 inchi dinamakan pasir, dan yang berukuran 1/8 inchi sampai 8 inchi disebut kerikil. Fragmen-fragmen bergaris tengh lebih besar dari 8 inchi dikenal sebagai bongkah (bouldres).
Hardpan, merupakan tanah tahanannya terhadap penetrasi alat pemboran besar sekali. Sebagian besar harpan dijumpai dalam keadaan bergradasi baik, luar biasa pada dan merupakan agregat partikel mineral yang kohesif.

Lanau an-organik, merupakan tanah berbutir halus dengan plastisitas kecil biasanya mengandung butiran (rock flour), sedangkan yang plastis mengandung partikel berwujud serpihan dan dikenal sebagai lanau plastis. Karena teksturnya yang halus, lanau an-organik sering dianggap lempung, tetapi sebenarnya dapat dibedakan tanpa pengujian laboratorium. Jika diguncang dalam telapak tangan, selapis lanau an-organik jenuh akan mengeluarkan air sehingga permukaanya akan nampak mengkilat. Selanjutnya dikelukkan di antara jari tangan, permukaannya kembali pudar/tak berkilat. Prosedur ini dikenal sebagai uji goncangan. Setelah kering, lapisan menjadi rapuh dan debu dapat dikelupas dengan menggosokkan pada jari. Lanau relatif bersifat kedap air, namun dalam keadaan lepas lanau dapat naik ke lubang pengeboran atau lubang galian seperti layaknya suatu cairan kental. Tanah paling tidak stabil, menurut kategori ini, dikenal secara setempat dengan nama yang berbeda-beda, misalnya : Hati sapi (bull’s liver).

Lanau organik, merupakan tanah agak plastis, berbutir halus dengan campuran partikel-partikel bahan organic terpisah secara halus. Mungkin pula dijumpai adannya kulit-kulit dan fragmen tumbuhan yang meluruh sebagian. Warna tanah bervariasi dari abu-abu terang ke abu-abu sangat gelap, disamping itu mungkin mengandung H2S, CO2, serta berbagai gas lain hasil peluruhan tumbuhan yang akan memberikan bau khas pada tanah. Permeabilitas lanau organic sangat rendah sedangkan compressibilitasnya sangat tinggi.

Lempung, merupakan agragat partikel-partikel yang berukuran microskopic dan sub-microscopic yang berasal dari pembusukkan kimiawai unsur-unsur penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas. Permeabilitas lempung sangat rendah. Untuk lempung yang keadaan plastisnya ditandai dengan wujudnya yang bersabun atau seperti terbuat dari lilin, serta amat keras. Pada kadar air yang lebih tinggi (basah) lempung tersebut bersifat lengket.
Lempung organic, adalah lempung yang sebagian sifat-sifat fisis pentinggnya dipengaruhi oleh adanya bahan organik yang terpisah. Dalam keadaan jenuh lempung organic cenderung bersifat sangan compressible, tetapi pada keadaan kering kekuatannya (strength) sangat tinggi. Warnanya biasanya abu-abu tua atau hitam, disamping itu mungkin berbauh menyolok.

Gambut (peat), adalah agregat agak berserat yang berasal dari serpihan macroskopik dan microskopik tumbuh-tumbuhan. Warnanya bervariasi antara cokelat terang dan hitam. Gambut juga compressible sehingga hamper selalu tidak mungkin menopang pondasi. Berbagai macam teknik telah dicoba pengembangannya dalam rangka mendirikan tanggul tanah di atas lapisan gambut tanpa resiko runtuh, namun penurunan (settlement) tanggul semacam ini tetap cenderung besar serta berlanjut dengan laju yang makin berkurang selama bertahun-tahun.

Seandainya suatu tanah tersusun dari dua jenis tanah yang berbeda, maka campuran yang terbanyak (dominan) dinyatakan sebagai kata benda, sedangkan yang lebih sedikit atau kurang men bonjol dikatakan sebagai kata sifat. Misalnya pasir kelanuan, menyatakan tanah yang mengandung banyak pasir, sedankan lanau hanya berjumlah sedikit saja. Lempung kepasiran adalah tanah yang memperilihatkan sifat-sifat sebuah lempung tetapi mengandung sedikit pasir. Secara kualitatif sifat-sifat agregat pasir dan kerikil diungkapkan oleh istila-isitilah : lepas (loose), sedang (medium), dan padat (density), sedangkan untuk lempung digunakan istilah : keras (hard), kaku (stiff), sedang (medium) dan lunak (soft).

Data warna lapisan tanah dari beberapa pengeboran yang berdekatan, memperkecil resiko melakukan kesalahan dalam mengoreksi catatan pengeboran. Warna juga sebagai petunjuk bagi perbedaan nyata perilaku (karakter) tanah misalnya, jika lapisan paling atas suatu lempung terbenam berwarna kekuning-kuningan atau cokelat, dan lebih kaku daripada lapisan lempung di bawahnya, maka mungkin hal tersebut terjadi karena lapisan pempung tersebut tersingkap dalam suatu jangka waktu tertentu sehingga kering dan disertai proses pelapukan oleh cuaca. Istilah-istilah seperti : burik, marbled, specled digunakan untuk membedakan warna-warna gelap atau lusuh dikaitkan dengan tanah-tanah organik.

Dalam kondisi geologi tertentu, tanah akan dijumpai dengan ciri-ciri perwujudannya yang khas atau luar biasa, misalnya berupa struktur lubang akar atau stratifikasinya yang nyata dan teratur. Karena ciri-ciri tersebut, maka tanah di lapangan dapat dengan mudah didefenisi dan diuraiakan sebagian dari bahan-bahan tersebut.

Till, adalah endapana glasial tak berlapis dari lempung, lanau, pasir, kerikil dan bongkah. Bahan termaksud meliputi sebagian permukaan batuan di daerah-daerah yang glasier selama jaman es.

Tuff, adalah agregat halus yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh air atau angina berasal dari mineral berukuran kecil atau partikel batuan yang disemburkan dari gunung api ketika meletus.

Loess, adalah endapan kohesif seragam yang terbawa oleh tiupan angina, biasanya antara 0,01 dan 0,05 mm. Kohesi ditimbulkan adanya bahan pengikat yang terutama mengandung kalsium/gamping atau lempung.

Lempung Varved, terdiri dari atas lapisan-lapisan lanau an-organik berwarna agak abu-abu yang diselang-selingi oleh lapisan-lapisan lempung berwarna agak gelap.

Bentonit, adalah lempung dengan kadar ”montmorilonit” yang tinggi. Kebanyakan bentonit terbentuk dari perubahan kimiawi abu vulkanik. Bila berhubungan dengan air, bentonit kering akan mengembang lebih besar disbanding lempung kering lainnya, sedangkan bentonit jenuh akan menyusut lebih banyak ketika dikeringkan.

Masing-masing istilah tersebut di atas digunakan untuk pengklasifikasikan tanah di lapangan dan melingkup beraneka ragam bahan yang berbeda jenisnya. Kecuali itu pemilihan istilah yang berkaitan dengan sifat kekakuan dan kepadatan sangat bergantung kepada orang yang melakukan pengujian tanah tersebut.


Peralatan dan Bahan

  1. Mata bor 
  2. Stang bor 
  3. Kunci T pemutar 
  4. Stang Pemutar 
  5. Tabung contoh 
  6. Stick apparatus 
  7. Kop penahan 
  8. Palu 10 kg 
  9. Kunci pipa 
  10. Meteran


Prosedur

  1. Sambung mata bor dengan stang bor dengan kuat 
  2. Gunakan stang pemutar untuk mulai pengeboran tanah 
  3. Lakukan pengangkatan setelah dirasa mata bor penuh kurang lebih 10 sampai 15 cm 
  4. Catat kedalaman pengeboran dan lakukan diskripsi tanah secara visual 
  5. Lakukan pekerjaan ini berulang kali 
  6. Amati kedalaman setiap pengambilan tanah ini , jenis tanah, warna tanah dan keadaannya sertamuka air bila ada 
  7. Lakukan pengambilan contoh sesuai dengan keperluan atau pada setiap pergantian lapisan dengan cara : 
  8. Ganti mata bordengan stick apparatus 
  9. Pasang tabung contoh dengan dongkrak yang dipasangkan pada angker danambang, atau Pasang kop penahan dan lakukan pemukulan dengan palu untuk mengambil contoh tanah sampai dengan tabung terisi penuh dengan tanah. 
  10. Penekanan tabung harus lebih kecil atau sama panjangnya dengan tabung 
  11. Bukastick apparatus dan buang sedikit tanah pada ujungnya dan segera ditutup dengan paraffin kedua ujung-ujungnya. 
  12. Beri label nama lokasi titik bor dan kedalaman contoh tanah yang diambil.



sumber : https://geezaliori20.blogspot.com/2017/04/pemboranboring.html

Metode Standard Penetration Test ( SPT )


Standart Penetration Test (SPT)


Tujuan

Untuk mengetahui kedalam lapisan tanah keras serta sifat daya dukung setiap kedalaman.


Dasar Teori

SPT (Standard penetration test) adalah salah satu jenis uji tanah yang sering digunakan untuk mengetahui daya dukung tanah selain CPT. SPT dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah dan disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm (1 ft) vertikal. dilakukan dengan memukul sebuah tabung standar kedalam lubang bor sedalam 450 mm menggunakan palu 63,5 kg yang jatuh bebas dari ketinggian 760 mm, Yang dihitung adalah jumlah pukulan untuk melakukan penetrasi sedalam 150 mm. Jumlah pukulan yang digunakan adalah pada penetrasi sedalam 300 mm terakhir. Sewaktu melakukan pengeboran inti, jika kedalaman pengeboran telah mencapai lapisan tanah yang akan diuji, mata bor dilepas dan diganti dengan alat yang disebut tabung belah standar (Standar Split barrel sampler). Setelah tabung ini dipasang, bersama-sama dengan pipa bor, alat diturunkan sampai ujungnya menumpu lapisan tanah dasar, dan kemudian dipukul dari atas.


Dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis tanah secara visual

Dapat digunakan untuk mendapatkan parameter tanah secara kualitatif melalui korelasi empiris Keunggulan SPT Profil kekuatan tanah tidak menerupakan Dalam sistem beban jatuh ini, digunakan palu dengan beban 140 lb (63,5 kg) yang dijatuhkan secara berulang dengan ketinggian 30 in (0,76 m). Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut setebal 6 in (150 mm) untuk masing-masing tahap.

Tahap pertama dicatat sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap kedua dan ketiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan /0,3 m atau pukulan per foot(ft)). Uji SPT dilakukan pada setiap 2m pengeboran dan dihentikan pada saat uji SPT N diatas 60 N berturut turut sebanyak 3 kali.

Merupakan singkatan dari standard penetration test, merupakan salah satu uji tanah yang paling sering dilakukan, dilakukan dengan menjatuhkan batangan besi (pemukul) ke bor yang ada di dalam tanah, dan menghitung jumlah pukulan yang diperlukan untuk memperdalam lubang bor sedalam 15 cm. Semakin banyak pukulan yang diperlukan, semakin keras tanah yang sedang diteliti, dan dapat disimpulkan juga semakin besar phi ataupun kohesi dari tanah tersebut.

SPT Merupakan singkatan dari standard penetration test, merupakan salah satu uji tanah yang paling sering dilakukan, dilakukan dengan menjatuhkan batangan besi (pemukul) ke bor yang ada di dalam tanah, dan menghitung jumlah pukulan yang diperlukan untuk memperdalam lubang bor sedalam 15 cm. Semakin banyak pukulan yang diperlukan, semakin keras tanah yang sedang diteliti, dan dapat disimpulkan juga semakin besar phi ataupun kohesi dari tanah tersebut

Standart Penetration Test (SPT) dilakukan untuk mengestimasi nilai kerapatan relatif dari lapisan tanah yang diuji.Untuk melakukan pengujian SPT dibutuhkan sebuah alat utama yang disebut Standard Split Barrel Sampler atau tabung belah standar.Alat ini dimasukkan ke dalam Bore Hole setelah dibor terlebih dahulu dengan alat bor.Alat ini diturunkan bersama-sama pipa bor dan diturunkan hingga ujungnya menumpu ke tanah dasar.Setelah menumpu alat ini kemudian dipukul (dengan alat pemukul yang beratnya 63,5 kg) dari atas.

Pada pemukulan pertama alat ini dipukul hingga sedalam 15 cm.Kemudian dilanjutkan dengan pemukulan tahap kedua sedalam 30 cm dan dilanjutkan sedalam 45. Pukulan kedua dan ketiga inilah muncul nilai "N" yang merupakan manifestasi jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk membuat tabung standar mencapai kedalaman 45 cm.

Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah, disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut setebal 150 mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan/0,3 m).

Teknik pemboran yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk mendapatkan hasil uji SPT yang baik. Teknik pemboran yang umum digunakan adalah teknik bor bilas (wash boring), teknik bor inti (core drilling) dan bor ulir (auger boring). Peralatan yang digunakan pada masing-masing teknik pemboran harus mampu menghasilkan lubang bor yang bersih untuk memastikan bahwa uji SPT dilakukan pada tanah yang relatif tidak terganggu Bila digunakan teknik bor bilas maka mata bor yang digunakan harus mempunyai jalan air melalui samping mata bor dan bukan melalui ujung mata bor.

Apa bila air yang dipompakan melalui batang pancang kedasar lubang keluar dari ujung mata bor maka aliran air dari ujung mata bor tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pelunakan\ganguan pada dasar lubang bor, yang pada gilirannya akan menghasikkan nilai N yang lebih rendah dari pada yang seharusnya.


Peralatan


1)   Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya;
2)   Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya;
3)   Split barrel sampler
4)   Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ±1%.
5)   Alat penahan (tripod);
6)   Rol meter;
7)   Alat penyipat datar;
8)   Kerekan;
10) Kunci-kunci pipa;
11) Tali yang cukup kuat untuk menarik palu;
12) Perlengkapan lain.




Prosedur Percobaan



Persiapan pengujian

1) Lakukan persiapan pengujian SPT di lapangan dengan tahapan sebagai berikut:
2) Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor;
3) Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada di atas penahan;
4) Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan pengujian dari bekas-bekas pengeboran;
5) Pasang split barrel samplerpada pipa bor, dan pada ujung lainnya disambungkan dengan pipa bor yang telah dipasangi blok penahan;
6) Masukkan peralatan uji  SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai kedalaman pengujian yang diinginkan;
7) Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45 cm.


Prosedur pengujian


1) Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut:
2) Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada interval sekitar 1,50 m s.d 2,00 m atau sesuai keperluan;
3) Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang telah dibuat sebelumnya (kira-kira 75 cm);
4) Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan 
5) Ulangi 2) dan 3) berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm;
6) Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm yang pertama;
7) Ulangi 2), 3), 4) dan 5) sampai pada penetrasi 15 cm yang ke-dua dan ke-tiga;
8) Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm:
- 15 cm pertama dicatat N1
- 15 cm ke-dua dicatat N2
- 15 cm ke-tiga dicatat N3
Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2+ N3.  Nilai N1 tidak diperhitungkan karena masih kotor bekas pengeboran;
9) Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambah pengujian sampai minimum 6 meter;
10) Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah batuan.


sumber : https://geezaliori20.blogspot.com/2017/03/standart-penetration-testspt.html