Dinding Dari Beton Ringan

Dinding adalah pembatas ruangan pada arah horisontal, memisahkan ruangan-ruangan sesuai fungsinya. Sebutan dinding sering mengacu kepada pasangan bata merah. Pada saat ini dinding tidak hanya terbuat dari bata merah atau kayu namun dapat juga terbuat dari beton campuran busa (foam), styrofoam concrete, beton non pasir, particle boar, gypsum dll.

Bahan penyusun dinding yaitu :

1. Tanah liat

2. Bambu

3. Kayu

4. Papan buatan dari gypsum (partisi)

5. Batu bata

6. Batako

7. Blok dari beton ringan

  • Campuran foam
  • Beton non pasir agregat ringan
  • Styrofoam-concrete panel

Persyaratan sebuah dinding yaitu :

1. Kokoh dan cukup kaku

2. Mampu menjadi isolator suhu

3. Mampu meredam suara

4. Kedap air

5. Diusahakan seringan mungkin

6. Mudah dalam pemasangannya

7. Dapat memberikan bentuk-bentuk dan penampilan yang menarik

Dinding dari tanah liat

Dinding ini sampai sekarang masih digunakan untuk perumahan di beberapa daerah seperti di Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin dll. Sebelum dipasang, tanah liat dicampur air sampai diperoleh sifat plastis sehingga mudah dibentuk. Kemudian tanah dibentuk menjadi blok-blok atau bentuk lainnya yang memudahkan dalam pemasangannya. Tanah dengan bentuk-bentuk tertentu yang masih agak basah disusun sedemikian hingga membentuk dinding. Dinding dari tanah ini memiliki keunggulan dapat menjaga suhu di dalam rumah tetap dingin meskipun di luar ruangan panas. Kelemahan dinding ini adalah sifatnya yang getas sehingga membahayakan pada saat terjadi gempa bumi.

Dinding anyaman bambu

Dinding anyaman bambu digunakan pada rumah-rumah sederhana, biasanya di pedesaan. Dinding berupa anyaman dari bambu yang disayat menjadi bentuk pita, atau anyaman bilah bambu. Dinding ini tidak cukup kaku dan pemasangannya memerlukan penyokong. Dinding anyaman bambu yang dibuat dari bagian kulit akan memiliki kekuatan dan keawetan yang lebih baik dibanding anyaman yang tidak menyertakan kulit bambu. Bangunan rumah dengan dinding bambu biasa disebut dengan bangunan non permanen.

Dinding dari kayu

Dinding kayu dapat berupa papan-papan yang dipasang saling bersebalahan sehingga membentuk dinding, atau dari batang kayu yang ditumpuk dengan perkuatan pada arah vertikal. Papan penyusun dinding dipasang pada arah vertikal maupun horisontal dengan metode penyambungan dan perkuatan tertentu. Dinding kayu dapat memberikan penampilan yang alami, namun memerlukan usaha untuk pengawetan. Teknik penyambungan pada dinding kayu menekankan agar air tidak masuk ke permukaan bagian dalam dinding. Dinding kayu bila menggunakan jenis kayu dengan kualitas baik dapat menjadi lebih mahal dibandingkan dinding pasangan bata. Baik digunakan pada daerah dengan empat musim karena akan awet.

Dinding dari papan gypsum (partisi)

Dinding dari papan gypsum digunakan sebagai pemisah ruangan di bagian dalam gedung tidak sebagai dinding tepi bangunan, sehingga sering disebut sebagai partisi. Papan gypsum akan dilapisi dengan kertas penutup (wallpaper) dengan warna dan tekstur yang bervariasi sehingga memberikan penampilan yang menarik. Bahan gypsum tidak tahan terhadap air maupun kelembaban sehingga harus diusahakan agar selalu kering. Bila terkena air atau kelembaban yang berlebih papan gypsum akan menjadi rapuh. Perkuatan papan gypsum agar dapat kokoh berdiri sebagai dinding menggunakan batang aluminium atau kayu. Papan ini banyak digunakan pada perkantoran atau gedung kuliah karena memberikan keuntungan memudahkan dalam perubahan ruangan dan struktur menjadi ringan.

Dinding Pasangan

Dinding pasangan terbuat dari batu bata merah, campuran semen dan pasir dalam bentuk blok (batako), campuran semen-pasir-foam (busa) dalam bentuk blok, panel dari styrofoam concrete, dll. Ukuran ketebalan dinding bervariasi, pada pasangan bata ditentukan oleh posisi batu penyusunnya. Masing-masing elemen penyusun dinding direkatkan satu dengan lainnya menggunakan campuran semen, pasir, kapur dengan berbagai komposisi sebagai perekat. Sambungan antar elemen penyusun dinding disebut siar. Siar merekatkan pada semua sisi batu bata, posisi vertikal dan horisontal yang disebut siar vertikal dan siar horisontal. Siar horisontal memanjang di atas satu lapisan bata dan menerus sepanjang dinding. Siar vertikal selalu terpotong oleh sebuah bata yang berada di atasnya.

Dinding Pasangan Batako

Batako adalah bahan penyusun dinding yang terbuat dari campuran semen dan pasir dengan komposisi campuran tertentu. Setelah semen, pasir dan air dicampur sehingga tercapai kondisi SSD (sub-surface drainage) campuran dimasukkan ke dalam cetakan dan selanjutnya dipress. Pencetakan batako memberikan bentuk yang memungkinkan terjadinya mekanisme hubungan yang kuat antara satu dengan lainnya dengan bantuan perekat mortar. Bagian tengah batako dapat diberi lubang untuk tulangan sebagai perkuatan dari lapisan paling bawah sampai lapisan paling atas. Penggunaan batako memberikan keuntungan pemasangan yang cepat, diperoleh hasil yang kokoh dan penggunaan sedikit plesteran. Kekurangan; isolator suhu yang kurang baik.

Dinding dari beton ringan

Untuk elemen non struktural bangunan, lebih diinginkan bahan yang ringan dengan kekuatan yang mencukupi saja. Dinding dapat memberikan sumbangan beban mati yang besar, sehingga kecendurungan saat ini diusahakan dinding menggunakan bahan-bahan yang ringan. Adanya beban mati yang ringan akan menguntungkan karena ;

  • Dimensi elemen struktural tidak terlalu besar
  • Fondasi tidak mendukung beban yang terlalu berat
  • Pada analisis gempa, beban mati yang kecil akan membuat struktur lebih tahan menerima gaya gampa

Beton ringan dibuat dengan mengganti agregat kasar (kerikil) dengan bahan lain dengan tujuan mengurangi beratnya.

1. Dinding dari foam-concrete

Foam concrete adalah campuran semen, pasir, air dan bahan khusus yang akan menghasilkan gelembung udara pada saat seluruh bahan tersebut dicampur. Agregat kasar (kerikil) sama sekali tidak dipergunakan. Campuran dengan kadar air tertentu dimasukaan dalam cetakan dan ditekan dangan gaya yang terukur agar udara yang sudah terjebak dalam campuran tidak keluar. Adanya udara (rongga) menjadikan dinding dari foam-concrete baik dalam sebagai isolator suhu, dan ringan. Kemudahan dalam pencetakan akan dapat menghasilkan berbagai ukuran yang dikehendaki. Pemasangan semakin cepat dan memerlukan mortar perekat. Di Amerika dan Eropa dinding dari bahan jenis ini sudah umum digunakan baik pada perumahan massal maupun dinding gedung perkantoran.

2. Dinding dari blok beton ringan non pasir

Beton non pasir adalah beton dengan menghilangkan bahan pasir dalam campurannya. Beton akan menjadi lebih ringan bila kerikil yang digunakan dari jenis batuan yang ringan. Batuan ringan yang digunakan antara lain; blantak (bantak), batu kapur (misalnya di daerah bawuran Gunung Kidul, Batu apung dari NTT, pecahan genting, tanah liat bakar, dll. Campuran dibuat dinding dalam bentuk blok-blok dengan ukuran seperti batako (sekitar 20 x 40 cm), atau dapat juga dicor langsung dengan cetakan menjadi dinding. Penggunaan beton non pasir memerlukan plester penutup yang kedap air sehingga dinding secara keseluruhan menjadi kedap air. Karena adanya rongga dalam dinding mengakibatkan dinding dapat menjadi isolator suhu yang baik dan juga dapat meredam terjadinya gema suara. Dinding dari bahan beton non pasir dapat dilaksanakan dengan cepat sepanjang digunakan metode yang tepat.

3. Dinding dari panel styrofoam concrete

Styrofoam concrete adalah beton dengan campuran semen, pasir, air dan butiran styrofoam sebagai pengganti agregat kasar (kerikil). Styrofoam biasa digunakan sebagai bahan pengaman pada pengemasan barang-barang elektronik maupun peralatan laboratorium. Styrofoam sebagai campuran beton berupa butiran lepas dengan diameter sekitar 4 mm. Karena styrofoam sangat ringan dan menggantikan kerikil yang berat sehingga setelah mengeras styrofoam concrete mempunyai sifat yang sangat ringan. Sifat yang sangat ringan ini memudahkan dalam pengangkutan baik dari lokasi pembuatan maupun pada saat proses pemasangan panelnya menjadi dinding. Sifat ringan juga akan menguntungkan secara struktural. Kemudahan pencetakan dapat menghasilkan ukuran panel sesuai dengan keinginan, bahkan dapat saja satu panel adalah satu luasan dinding secara keseluruhan.

Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan
Dinding Dari Beton Ringan

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-bangunan/dinding-struktur-bangunan

Atap Struktur Bangunan

Atap Struktur Bangunan
Tipe Kuda Kuda

Atap adalah bagian bangunan yang berfungsi sebagai pelindung bagi isi dan pengguna bangunan dari hujan, panas dan dingin. Bahan penutup atap harus mempunyai sifat kedap air sehingga air hujan tidak merembes dan bocor. Bahan penutup atap bisa berupa kayu (sirap), seng, asbes, genting keramik, genting beton, polycarbonat, plat beton, dll. Penutup atap akan didukung oleh struktur  rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan/atau balok. Konstruksi atap memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan baik.

Bagian-bagian atap antara lain :

  • Kuda-kuda
  • Ikatan angin
  • Jurai
  • Gording
  • Sagrod
  • Bubungan
  • Usuk
  • Reng
  • Penutup atap
  • Talang

Kuda-kuda

Kuda-kuda adalah penyangga utama pada struktur atap. Kuda-kuda termasuk dalam klasifikasi struktur framework (truss). Kuda-kuda terbuat dari kayu, bambu, baja, dan beton bertulang. Kuda-kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang maksimal sekitar 12 m. Kuda-kuda bambu pada umumnya mampu mendukung beban atap sampai dengan 10 meter. Baja sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapat mendukung beban atap sampai dengan bentang 75 meter, seperti pada hanggar pesawat, stadion olah raga, bangunan pabrik, dll. Kuda-kuda dari beton bertulang akan baik digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 s.d 12 meter. Pada kuda-kuda dari baja atau kayu diperlukan ikatan angin untuk memperkaku struktur kuda-kuda pada arah horisontal.

Tipe Kuda-Kuda
Tipe Kuda-Kuda

Ada beberapa jenis kuda-kuda yang umum digunakan antara lain :

1. Kuda-kuda jenis 1

Jenis kuda-kuda berikut ini sering digunakan pada bangunan rumah dan digunakan untuk bentang sekitar 3 s.d. 4 meter. Bahan yang digunakan terbuat dari kayu, beton bertulang.

Kuda-Kuda Untuk Bentang 3-4 meter
Kuda-Kuda Untuk Bentang 3-4 meter

2. Kuda-kuda jenis 2

Kuda-kuda jenis ini digunakan untuk bentang sekitar 4 s.d. 8 meter. Bahan yang digunakan terbuat dari kayu, beton bertulang.

Kuda-Kuda Untuk Bentang 4-8 meter
Kuda-Kuda Untuk Bentang 4-8 meter

3. Kuda-kuda jenis 3

Kuda-kuda jenis ini digunakan untuk bentang sekitar 9 s.d. 16 meter. Bahan yang digunakan terbuat bahan dari baja (double angle).

Kuda-Kuda Untuk Bentang 9-16 meter
Kuda-Kuda Untuk Bentang 9-16 meter

4. Kuda-kuda jenis 4

Kuda-kuda jenis ini digunakan untuk bentang lebih dari 20 meter. Bahan yang digunakan terbuat bahan dari baja (double angle).

Kuda-Kuda Untuk Bentang 20 meter
Kuda-Kuda Untuk Bentang 20 meter

5. Kuda-kuda jenis 5

Kuda-kuda jenis ini sering digunakan untuk penggunaan gedung yang memerlukan atap tinggi. Contoh bangunan yang memerlukan atap yang tinggi adalah hanggar, gedung olahraga, ataupun gudang, dll.

Gambar 1 adalah kuda-kuda dengan batang utama berupa batang tersusun dari baja profil siku. Sedangkan gambar 2 adalah kuda-kuda dengan batang utama berupa batang utuh dari profil WF.

Kuda-Kuda Baja
Kuda-Kuda Baja

Perhitungan kuda-kuda

Kuda-kuda harus diperhitungkan agar mampu mendukung beban-beban atap dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang pada saat memasang / memperbaiki atap).

Perhitungan Kuda-Kuda
Perhitungan Kuda-Kuda

Gording

Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi horisontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda.

Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda juga harus  disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia.

Gording terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil WF. Pada gording dari baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan sagrod untuk memperkuat dan mencegah dari terjadinya pergerakan. Posisi sagrod diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang terjadi pada gording.

Gording kayu biasanya memiliki dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d. 2,5 m.

Gording dari baja profil canal (Iight lip channel) umumnya akan mempunyai dimensi; panjang satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 2,5 mm.

Profil WF akan memiliki panjang 6 s.d. 12 meter, dengan tinggi sekitar 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 0,5 cm.

Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau framework yang disebut jurai. Sagrod adalah batang besi bulat terbuat dari tulangan polos dengan kedua ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga pososi bisa digeser (diperpanjang / diperpendek)

Usuk / kaso

Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus gording.

Usuk akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung usuk.

Reng

Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3 m.. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso. Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan. Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada arah tegak lurus usuk dengan jarak menyesuaikan dengan panjang dari penutup atapnya (genteng).

Penutup Atap

Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap. Bahan penutup atap berupa

  • genteng (keramik, tanah bakar, beton)
  • lembaran bergelombang seng atau asbes
  • papan kayu atau sirap
  • lembaran polycarbonat
  • polycarbonat dengan bentuk menyerupai genteng
  • beton bertulang (pada atap datar)

Penutup atap harus mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan.

Bentuk Atap

Atap Datar
Atap Datar
Atap Miring
Atap Miring
Atap Pelana
Atap Pelana
Atap Limasan
Atap Limasan
Atap Tenda
Atap Tenda
Atap gerigi (gergaji) / sawteeth
Atap gerigi (gergaji) /
sawteeth
Atap Limasan Terpatah
Atap Limasan Terpatah
Atap Joglo Tanpa Soko Guru
Atap Joglo Tanpa Soko Guru
Atap Joglo Dengan Soko Guru
Atap Joglo Dengan Soko Guru
Atap Campuran
Atap Campuran
Struktur Atap Sederhana
Struktur Atap Sederhana

 sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-bangunan/atap-struktur-bangunan

Lantai Struktur Bangunan

Lantai Struktur Bangunan
istilah yang terkait dengan lantai

Lantai adalah bagian bangunan berupa suatu luasan yang dibatasi dinding-dinding sebagai tempat dilakukannya aktifitas sesuai dengan fungsi bangunan. Pada gedung bertingkat, lantai memisahkan ruangan-ruangan secara vertikal. Lantai dapat dikategorikan sebagai elemen struktural maupun elemen non-struktural dari suatu bangunan.

Fungsi lantai antara lain :

  1. Memisahan ruangan secara mendatar
  2. Melimpahkan beban kepada balok
  3. Mendukung dinding pemisah yang tidak menerus ke bawah
  4. Meningkatkan kekakuan bangunan, terutama pada bangunan berlantai banyak
  5. Mencegah perambatan suara dan meredam pantulan suara
  6. Isolasi terhadap pertukaran suhu
  7. Pada basement, lantai mencegah masuknya air tanah ke dalam bangunan

Persyaratan lantai meliputi aspek teknis dan ekonomis :

  1. Lantai harus mempunyai kekuatan yang mencukupi untuk mendukung beban
  2. Tumpuan pada dinding / balok harus mencukupi untuk menyalurkan beban sehingga sekaligus dapat memperkaku struktur bangunan
  3. Lantai harus mempunyai masa yang cukup untuk meredam getaran dan mencegah pemantulan suara
  4. Porositas lantai harus tetap mampu menjadi isolasi pertukaran suhu dan kelembaban
  5. Bahan penyusun lantai dapat dipasang dengan cepat
  6. Lantai setelah berfungsi hanya memerlukan perawatan minimal.
  7. Lantai harus awet, dapat terus berfungsi seiring dengan umur rencana bangunan

Beberapa istilah terkait dengan lantai antara lain :

  • Basemant; bagian bangunan (ruangan) yang berada di bawah tanah
  • Sub basement; ruangan di bawah basement
  • Ground floor, lantai pertama di atas permukaan tanah
  • First floor; lantai kedua
  • Storey/story; tingkat: bagian bangunan di antara satu lantai dengan lantai di atasnya
  • Cellar: ruangan bawah tanah yang dimanfaatkan sebagai gudang
istilah yang terkait dengan lantai
istilah yang terkait dengan lantai

Jenis-jenis lantai antara lain :

  • Lantai tanah
  • Lantai kerikil
  • Lantai pasangan batu merah kosongan
  • Lantai pasangan batu merah dengan pengisi
  • Lantai beton tumbuk
  • Lantai beton bertulang
  • Lantai kayu

Jenis penutup lantai antara lain :

1. Lantai ubin/tegel/keramik
  • Ubin semen
  • Ubin batu alam / marmer / granit
  • Ubin keramik (tanah dibakar)
  • Ubin kayu / parket,
  • Karet, PVC, dll
2. Lantai aspal
  • Aspal pulasan
  • Aspal beton
  • Aspal pasir

Lantai sederhana

  • Lantai paling sederhana yang mula-mula dibuat berupa lantai tanah pada bangunan sederhana atau bangunan sementara
  • Tanah dipadatkan secukupnya, kemudian diberi pasir agar tidak melekat / lengket. Permukaan akan menjadi lebih baik bila pasir dicampur kerikil dan ditumbuk
  • Dapat juga di atasnya diberi pasangan bata merah kosongan (tanpa perekat) dan hanya siarnya yang diberi spesi.
  • Apabila diinginkan menjadi lebih kuat, pasangan bata diberi spesi baik pada dasar pasangan bata dan pada siar-siarnya.
Lapisan Pada Lantai
Lapisan Pada Lantai Sederhana

Lantai dari beton tumbuk

  • Lantai dipasang di atas urugan pasir, dengan tebal urugan sekitar 20 cm
  • Campuran beton adalah 1 semen : 3 pasir : 6 kerikil
  • Lantai tidak diplester, namun pada saat masih basah permukaannya dihaluskan. Jika diinginkan diplester, diberikan plester setipis mungkin dan dilakukan pada saat beton masih basah agar tidak terpisah
  • Seteleh selesai dicor, permukaan harus dibasahi / digenangi air sekitar 7 hari untuk menghindari retak / pecah.
  • Untuk bidang lantai yang luas, pengecoran dilakukan dalam kotak-kotak yang kecil untuk mempermudah pelaksanaan dan perawatannya.
Lantai Dari Beton Tumbuk
Lantai Dari Beton Tumbuk

Lantai dengan pasangan ubin / penutup lantai

  • Pada lantai dasar, di atas pasir urug diberi plesteran kemudian spesi untuk merekat ubin
  • Pada lantai-lantai bangunan bertingkat, di atas pelat beton diberi lapisan pasir ± 5 cm, kemudian spesi untuk perekat ubin
  • Jenis ubin / penutup lantai ; tegel, keramik, plastik / PVC, karet, teraso, marmer / granit, papan kayu / parket
  • Pada lantai dengan penutup dari keramik, pemasangan harus dilakukan dengan cara-cara khusus agar keramik tidak meledak atau pecah serentak.

Beberapa jenis penutup lantai antara lain :

  1. Tegel; keramik; marmer/granit; parket; dipasang di atas lapisan pasir menggunakan perekat spesi campuran semen dan pasir. Ukuran dari penutup lantai jenis ini bervariasi, 20×20, 30×30, 30×60, 40×40 dll.
  2. Tegel terbuat dari campuran dan pasir. Cara pembuatan dimulai dengan menuangkan campuran semen khusus ke dalam cetakan, menambahkan campuran semen dan pasir kemudian dipres menggunakan alat khusus. Setelah dipress direndam dalam bak perendaman selama 3 hari, kemudian diangkat dan dikeringkan di rak yang terlindung dari panas matahari langsung.
  3. Marmer dalah bahan alami yang asalnya berupa bongkahan-bongkahan besar yang dipotong dengan alat khusus agar dapat diangkut ke pabrik. Di dalam pabrik selanjutnya dipotong dalam ukuran yang diinginkan dan dipoles / digosok dengan alat sebelum dikirim ke lokasi pembangunan.
  4. Parket adalah penutup lantai berupa papan kayu asli atau kayu lapis dengan ukuran seperti layaknya ubin. Penggunaan penutup lantai parket biasanya untuk memenuhi nilai estetika khusus. Pemasangan diletakan di atas plesteran kedap yang rata dan setelah terpasang harus dilapisi dengan pernis untuk mencegah kontak langsung dengan air.
  5. Aspal, biasanya digunakan pada bengkel-bengkel kerja, ruang pabrik, ruangan olahraga dll.  Ada tiga jenis; aspal pulasan, aspal tuang dan aspal beton. Aspal pulasan dilaksanakan dengan memulaskan aspal panas menggunakan kuas bertangkai pada permukaan lapisan krikil yang sudah dipadatkan. Lantai aspal tuang dilaksanakan dengan menuangkan aspal panas cair ke atas permukaan kerikil yang dipadatkan sehingga dapat masuk ke celah-celahnya. Aspal beton dibuat dengan memasukkan kerikil dan pasir kering ke dalam cairan aspal panas dan selanjutnya dituangkan ke atas permukaan kerikil yang sudah dipadatkan,
  6. Keramik dibuat dari tanah olahan yang kemudian dipress dalam cetakan. Setelah dicetak dan dikeringkan (dianginkan) kemudian dilapisi pada satu sisinya dengan cairan pasta sebagai lapisan mengkilap, dan selanjutnya dibakar dalam tungku. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan keramik adalah kesamaan ukuran dan corak/warna dalam satu seri. Pemasangan keramik memerlukan keahlian khusus terutama untuk menghindari keramik meledak.
  7. Lantai teraso adalah lantai dengan memanfaatkan pecahan batu pualam sebagai bahan campuran dengan semen. Teraso dapat dicetak seperti layaknya ubin tegel, atau dapat pula dicampur dan dituangkan langsung di atas plesteran yang sudah dipersiapkan. Setelah terpasang, baik pada teraso cetakan maupun yang langsung dituang , dihaluskan dan digosok dengan alat penggosok khusus untuk memperoleh permukaan yang mengkilap dan memberikan penampilan yang baik.
  8. Lantai karet dapat diperoleh dalam bentuk gulungan dengan panjang 30m, lebar 1,8m dan tebal 6 s.d. 9 mm. Karet dipasang di atas papan lantai kayu atau beton dengan bahan perekat khusus. Bila digunakan pada papan lantai kayu harus diberi hardboard/plywood agar permukannya menjadi rata.
  9. Penutup lantai khusus yang lain, antara lain PVC, magnesit, fiber dll.

Konstruksi Lantai

Pada konstruksi lantai, akan lebih banyak membahas lantai pada bangunan bertingkat. Konstuksi lantai yang dimaksud adalah lantai dengan konstruksi kayu dan beton bertulang. Pada konstruksi lantai kayu, penutup lantai juga akan menggunakan penutup lantai dari kayu. Beban-beban akan lantai didukung oleh balok-balok dari kayu. Pada konstruksi lantai beton bertulang, penutup lantainya memiliki variasi yang lebih banyak. Pada gedung bertingkat banyak dengan struktur utama dari beton, lantai dapat saja didukung oleh balok beton atau balok baja. Pada gedung bertingkat banyak dengan struktur rangka baja, lantai juga akan didukung dengan balok-balok dari baja.

1. Lantai kayu

Konstruksi lantai kayu biasa digunakan pada rumah atau bangunan kantor maksimal 4 lantai. Penutup lantai kayu menggunakan papan kayu (parket) yang dipasang di atas rangkaian balok-balok dan papan lantai dengan menggunakan penyambung paku dan juga ditanam dalam beton. Selain penutup parket, penutup lantai kayu dapat juga terbuat dari papan yang panjang, dengan tebal 2 s.d. 3 cm yang dipasang di atas balok-balok yang dipasang pada arah lebar dari luasan lantai. Maksud pemasangan adalah untuk memperoleh jarak terkecil sehingga balok yang digunakan sependek mungkin. Pada luasan yang berbeda perlu dilakukan peninjauan tersendiri untuk pemasangan balok-baloknya.

Pemasangan balok diatur sebagai berikut :

  • Pada bagian tepi ruangan (dekat tembok), balok dipasang pada jarak 5 s.d. 10 cm dari tembok agar air dari tembok tidak langsung mengenai balok.
  • Ukuran ruangan setelah dikurangi (2x 5 s.d. 10) dibagi menjadi bagian yang sama dengan jarak sekitar 75 s.d. 100 cm, tegantung dari ukuran balok yang  akan digunakan.
  • Pada beberapa balok dipasang angker pada kesdua sisinya dengan berselang pada setiap balok dalam satu luasan lantai. Hal ini dimaksdukan untuk menghindari gerakan mendatar pada saat lantai dibebani.
  • Pada tembok yang dapat bergerak bebas, (tembok luar) dipasang angker yang melalui dua balok. (angker pengubung). Untuk tembok bagian dalam tidak perlu diberi angker penghubung.
  • Untuk luasan lantai yang cukup besar, perlu dilakukan pemecahan tersendiri dengan perinsip mengusahakan balok yang panjang-panjang tidak terlalu banyak.
Penyusunan balok dengan berbagai luasan
Penyusunan balok dengan berbagai luasan
Penyusunan balok pada luasan yang cukup luas
Penyusunan balok pada luasan yang cukup luas
Perletakan papan lantai tergantung pada pemasangan balok-baloknya. Papan lantai akan tegak lurus dengan balok-baloknya. Bila diinginkan arah papan lantai yang seragam pada seluruh bangunan, maka pemasangan balok tidak bisa mengikuti perinsip mengusahakan jarak terkecil. Pemasangan balok ada 2 macam:
  • Lapisan bersih, bila balok-balok dapat dilihat dari bawah
  • Lapisan kotor, balok-balok tidak dapat dilhat dari bawah
Pemasangan angker juga ada dua macam, mengikuti pemasangan baloknya:
  • Lapisan bersih, angker tidak boleh kelihatan dari bawah
  • Lapisan kotor, posisi angker bebas karena baloknya tidak telihat
Pemasangan Angker
Pemasangan Angker
Jenis Sambungan Untuk Pertemuan Antar Balok
Jenis Sambungan Untuk Pertemuan Antar Balok

Pada pemasangan balok lapisan bersih, ada dua tipe pemasangan:

Papan lantai terlihat dari bawah, sekaigus berfungsi sebagai langit-langit (plafond). Di bawah papan lantai diberi langit-langit (plafond) tersendiri, sehingga akan ada rongga udara. Rongga udara akan berfungsi menahan suara dari atas, menampung debu yang lolos lewat sela-sela antar papan lantai. Rongga udara dapat juga diisi dengan gabus yang berfungsi selain menahan suara juga sebagai penahan suhu. Langit-langit (plafond) dapat juga diletakan di atas balok sedangkan papan lantai diletakkan di atas balok tulangan.

Pemasangan Balok Lapisan Bersih
Pemasangan Balok Lapisan Bersih

2. Lantai beton bertulang

Ada dua jenis plat lantai beton bertulang; cetak di tempat (cast in site) dan pracetak (precast). Lantai beton bertulang cast in site/in situ dicetak secara lengkap pada keranga struktur yaitu balok dan kolom sehingga mebentuk konstruksi gedung. Lantai pracetak tidak memberikan tambahan kekuatan pada strukturnya. Lantai beton bertulang memerlukan perancah/acuan untuk mendukung berat beton basah dan perancah baru dapat dibongkar setelah beton mempunyai kekuatan yang cukup.

A. Jenis pelat beton cetak di tempat (cast in site) :

  • Lantai flush (flush slab
  • Balok dan plat (beam and slab)
  • Plat drop (drop slab)
  • Plat waffle (waffle slab)
Konstruksi Balok dan Lantai
Konstruksi Balok dan Lantai
Konstruksi Flush Slab
Konstruksi Flush Slab
Konstruksi Drop Slab
Konstruksi Drop Slab
Konstruksi Waffle Slab
Konstruksi Waffle Slab

B. Lantai beton pracetak

  • Dibuat dalam unit-unit pracetak
  • Keuntungan; tidak memerlukan perancah/bekisting, campuran dapat dibuat dengan baik, ukuran dapat teliti, waktu pengerjaan menjadi lebih cepat.
  • Pemasangan menggunakan alat berat
  • Lantai jenis ini tidak dapat membentuk kesatuan konstruksi dengan rangka dindingnya
  • Ada batasan jarak antar tumpuan pelat sehingga diperlukan perencanaan yang baik.
  • Jenis lantai pracetak: plat datar masif, plat papan berongga pacetak prategang, plat papan bentuk canal pracetak prategang, plat rusuk berongga pracetak prategang
Lantai Beton Pracetak
Lantai Beton Pracetak

3. Lantai beton perkuatan plat baja

Digunakan bila diinginkan pelaksanaan dalam waktu yang lebih cepat. Struktur lantai menjadi ringan karena betonnya menjadi lebih tipis. Ada dua jenis baja yang digunakan; sheet steel dan cellular steel.

Lantai Beton Dengan Perkuatan Rangkaian Baja Profil Untuk Beban Yang Berat
Lantai Beton Dengan Perkuatan Rangkaian Baja Profil Untuk Beban Yang Berat
Lantai Beton Dengan Perkuatan Lembaran Baja
Lantai Beton Dengan Perkuatan Lembaran Baja
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-bangunan/lantai-struktur-bangunan