Turap

Turap
Turap

Turap adalah dinding vertikal yang relatif tipis yang berfungsi untuk menahan tanah ataupun menahan masuknya air ke dalam lubang galian. Fungsi turap sama persis seperti dinding penahan tanah.

Perbedaan turap dan dinding penahan tanah, dari segi konstruksi turap lenih ringan dan tipis, sedangkan DPT berat dan besar. Turap pelaksanaan nya cepat, sedangkan DPT relatif lebih lama. Stabilitas turap berdasarkan jepitan pada tanah/angker, sedangkan DPT berdasarkan berat sendiri.

Ada 2 hal yang harus diingat :

  1. Turap tidak cocok untuk menahan timbunan tanah yang sangat tinggi
  2. Turap tidak cocok digunakan pada tanah granular / berbatu

Turap sering digunakan pada konstruksi :

  1. Dermaga turap
  2. Coffer dam
  3. Pemecah gelombang
  4. Penahan tanah

Tipe turap berdasarkan bahan

1. Turap Kayu

  • Digunakan untuk dinding penahan tanah yang tidak tinggi
  • Digunakan pada tanah yang tidak berkerikil
  • Banyak digunakan untuk pekerjaaan sementara; Penahan tebing galian

2. Turap Beton

  • Umumnya dibuat fabrikasi
  • Stabilitas : momen akibat tekanan tanah dan momen pengangkatan
  • Tebal minimum ± 20 cm

3. Turap Baja

  • Konstruksi lebih ringan dibanding beton
  • Mudah dipancang
  • Dapat dibongkar dan dipancang
  • Keawetan tinggi
  • Mudah dilakukan penyambungan

Tipe turap berdasarkan konstruksinya

  1. Dinding turap kantilever
  2. Dinding turap dengan angker
  3. Dinding turap dengan platform
  4. Dinding turap untuk bendungan elak seluler

Gaya lateral pada dinding turap

  1. Tekanan aktif tanah
  2. Tekanan pasif tanah
  3. Ketidakseimbangan muka air
  4. Beban di atas permukaan
  5. Gaya gempa
  6. Benturan gelombang dan tarik kapal

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/turap

Drop Hammer

Drop Hammer
14243

Dalam pembangunan sebuah gedung, pondasi adalah salah satu bagian terpenting untuk  menopang bangunan di atas tanah. Untuk pemasangan pondasi pada bangunan sederhana tidak memerlukan alat bantu, tetapi untuk pemasangan pondasi pada bangunan pencakar langit yang biasanya menggunakan pondasi tiang pancang maka diperlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar, atau pemukul yang hanya dijatuhkan.

Alat pemukul yang berupa pemukul yang hanya dijatuhkan disebut dengan drop hammer atau pemukul jatuh. Drop hammer merupakan pemukul jatuh yang terdiri dari balok pemberat yang dijatuhkan dari atas.

Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya terbuat dari kayu.

Drop Hammer dibuat dalam standar ukuran yang bervariasi antara 500 lb – 3000 lb, dan tinggi jatuh yang digunakan antara 5 ft – 20 ft. Jika energi yang diperlukan besar, perlu hammer dengan berat yang lebih besar dan dengan tinggi jatuh yang besar pula.

Kelebihan dari drop hammer adalah :

  1. Investasi rendah
  2. Mudah dalam pengoperasiannya
  3. Mudah dalam mengatur energi per blow dengan mengatur tinggi

Kelemahan dari drop hammer adalah :

  1. Pekerjaan pemancangan berjalan lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang kecil
  2. Kemungkinan rusaknya tiang akibat tinggi jatuh yang besar
  3. Kemungkinan rusaknya bangunan disekitar lokasi akibat getaran pada permukaan tanah
  4. Tidak dapat digunakan untuk pekerjaan dibawah air

Elemen-elemen dalam sistem pemancangan adalah :

  1. Lead adalah rangka baja dengan dua bagian paralel sebagai pengatur tiang agar pada saat dipancang arahnya benar, jadi leader berfungsi agar jatuhnya pemukul tetap terpusat pada sistem
  2. Ram adalah bagian pemukul yang bergerak ke atas dan ke bawah yang terdiri dari piston dan kepala penggerak.
  3. Anvil adalah bagian yang terletak pada dasar pemukul yang menerima benturan dari ram dan mentransfernya ke kepala tiang.
  4. Bantalan dibuat dari kayu keras atau bahan lain yang di tempatkan di antara penutup tiang (pile cap) dan puncak tiang untuk melindungi kepala tiang dari kerusakan. Bantalan juga menjaga agar energi per pukulan seragam. Bantalan harus dibuat dari material yang kuat ,biasanya dispesifikasikan oleh pabrik pemukul. Semua kayu, tali pengikat, dan bantalan pemukul dari asbes tidak diijinkan untuk di gunakan. Bahan-bahan kurang awet, yang mudah rusak saat pelaksanaan pemancangan akan menyebabkan ketidaktentuan energi pukulan tiang. Pada prinsipnya, semakin tebal bantalan energi yang diterima tiang semakin berkurang.
  5. Topi (helmet) atau drive cap (penutup pancang) adalah bahan yang terbuat dari baja cor yang diletakkan di atas tiang untuk mencegah tiang dari kerusakan saat pemancangan dan untuk menjaga agar as tiang sama dengan as pemukul.

Berikut ini adalah gambar drop hammer :

Gambar Drop Hammer

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/drop-hammer

Pelat Penutup Tiang (Pile Cap)

Pelat Penutup Tiang (Pile Cap)
Pelat Penutup Tiang Pile Cap

Dalam perencanaan pondasi, pelat penutup tiang (pile cap) harus dilakukan dengan teliti dan secermat mungkin. Setiap pondasi pelat penutup tiang (pile cap) harus mampu mendukung beban sampai batas keamanan yang telah ditentukan, termasuk mendukung beban maksimum yang mungkin terjadi.

Di dalam proyek suatu konstruksi, hal yang paling penting salah satunya adalah pondasi dikarenakan berfungsi untuk meneruskan beban struktur di atasnya kelapisan tanah di bawahnya. Ditinjau dari segi pelaksanaan, ada beberapa keadaan dimana kondisi lingkungan tidak memungkinkan adanya pekerjaan yang baik dan sesuai dengan kondisi yang diasumsikan dalam perencanaan meskipun macam pondasi yang sesuai telah dipilih dengan perencanaan yang memadai, serta struktur pondasi yang telah dipilih itu dilengkapi dengan pertimbangan mengenai kondisi tanah pondasi dan batasan-batasan struktur. Jenis pondasi yang sesuai dengan tanah pendukung yang terletak pada kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah adalah pondasi tiang. Pondasi tiang pancang terdiri dari beberapa tiang dalam satu kelompok yang disatukan dengan pile cap, karena momen lentur struktur atas dan beban aksial yang akan didukung pondasi cukup besar. Pile cap dipakai untuk mendistribusikan beban ke seluruh tiang.

Secara umum pelat penutup tiang (pile cap) merupakan elemen struktur yang berfungsi untuk menyebarkan beban dari kolom ke tiang-tiang. Pemakaian pelat penutup tiang (pile cap) pada suatu bangunan, apabila pondasi tiang dipancang pada tanah dasar pondasi yang mempunyai nilai kohesi tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh pelat penutup tiang (pile cap).

Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah pile cap, yang secara tidak langsung tergantung dari jarak tiang. Bila jarak tiang kurang teratur atau terlalu lebar, maka luas denah pile cap akan bertambah besar dan berakibat volume beton menjadi bertambah besar sehingga biaya konstruksi membengkak.

Pile cap biasanya terbuat dari beton bertulang, perancangan pile cap dilakukan dengan anggapan sebagai berikut :

  1. Pile cap sangat kaku.
  2. Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Karena itu, tidak ada momen lentur yang diakibatkan oleh pile cap ke tiang.
  3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu distribusi tegangan dan deformasi membentuk bidang rata.

Hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pile cap adalah pengaturan tiang dalam satu kelompok. Pada umumnya susunan tiang dibuat simetris dengan pusat berat kelompok tiang dan pusat berat pile cap terletak pada satu garis vertikal. Jarak antar tiang diusahakan sedekat mungkin untuk menghemat pile cap, tetapi jika pondasi memikul beban momen maka jarak tiang perlu diperbesar yang berarti menambah atau memperbesar tahanan momen. Jumlah minimum tiang dalam satu pelat penutup tiang umumnya 3 tiang. Bila tiang hanya berjumlah 2 tiang dalam 1 kolom,maka pelat harus dihubungkan dengan kolom lain. Balok sloof dibuat yang melewati pusat berat tiang-tiang ke arah tegak lurus deretan tiang (tegak lurus pelat penutup tiang). Demikian pula, bila pile cap hanya melayani satu tiang,maka dibutuhkan balok sloof yang menghubungkan ke kolom-kolom yang lain. Bila kolom dilayani hanya 1 tiang yang besar, maka bisa tidak digunakan pelat penutup tiang.

Tebal pelat penutup tiang dipengaruhi oleh tegangan geser ijin beton. Tegangan geser harus dihitung  pada potongan terkritis. Momen lentur pada pelat penutup tiang harus dihitung dengan menganggap momen tersebut bekerja pada pusat tiang ke permukaan kolom terdekat. Contoh susunan tiang-tiang dalam pile cap dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Bila kondisi memungkinkan, guna menanggulangi tegangan pada pile cap yang terlalu besar,tiang-tiang sebaiknya dipasang dengan bentuk geometri yang baik. Contoh bentuk geometri perancangan pelat penutup tiang  (pile cap), ditunjukkan pada gambar berikut ini

Bila beban sentris,tiang-tiang didalam kelompoknya akan mendukung beban aksial yang sama. Dalam hitungan, tanah dibawah pile cap dianggap tidak mendukung beban sama sekali. Anggapan-anggapan di atas memungkinkan hitungan beban tiang dan tegangan pada pile cap secara teori elastis.

sumber :
https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/pelat-penutup-tiang-pile-cap

Metode Pelaksanaan Pile Cap

Metode Pelaksanaan Pile Cap

Metode Pelaksanaan Pile Cap

Pile cap merupakan elemen struktur yang berfungsi untuk menyebarkan beban dari kolom ke tiang-tiang. Metode pelaksanaan pile cap adalah sebagai berikut

1. Persiapan

Pekerjaan pile cap diawali dengan pekerjaan persiapan, yaitu menentukan as pile cap dengan menggunakan theodolit dan waterpass berdasarkan shop drawing yang dilanjutkan dengan pemasangan patok as pile cap.

2. Pekerjaan Galian, kedalaman penggalian disesuaikan dengan dimensi pile cap.

3. Pekerjaan Potongan Kepala Bored Pile

Kepala bored pile dibobok sampai dengan elevasi yang diinginkan 40 D (±1m)

4. Pekerjaan Urugan Pasir, Lantai Kerja, Bekisting

Pekerjaan urugan pasir setebal 5 cm dilanjutkan dengan pekerjaan lantai kerja setebal 10 cm. Kemudian pekerjaan bekisting dengan batako putih dilakukan setelahnya.

5. Pekerjaan Penulangan Pile Cap

Penulangan pile cap dikerjakan berdasarkan spesifikasi dan gambar rencana.

6. Pekerjaan pengecoran

Pengecoran menggunakan beton K-350 dengan nilai slump 12 cm.

Penyambungan Tiang Pancang

Penyambungan Tiang Pancang

Penyambungan Tiang Pancang

Jenis sambungan tiang pancang beton pracetak dengan tipe struktur monolit hanya dapat digunakan dengan persyaratan sebagai berikut :

  1. Kedua komponen tiang beton pracetak yang akan disambung mempunyai bentuk dan ukuran penampang yang sama
  2. Ujung-ujung komponen yang akan disambung telah disiapkan pada waktu pelaksanaan pembuatan tiang pancang, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku
  3. Kedua komponen tiang yang akan disambung mempunyai mutu beton dan baja tulangan yang sama
  4. Kedua komponen tiang yang akan disambung harus dalam keadaan lurus dan tidak bengkok.

Struktur sambungan tiang pancang beton pracetak tipe monolit harus kuat memikul beban dan gaya-gaya, baik dalam arah vertikal maupun lateral akibat :

  1. Beban dan gaya-gaya yang bekerja pada pilar atau kepala jembatan
  2. Pemancangan
  3. Deformasi lateral dan vertikal
  4. Gaya lateral akibat timbunan pada oprit
  5. Gaya gesek negatif.

Syarat bahan

1. Beton

  • Mutu beton yang digunakan untuk tiang pancang beton harus mempunyai kekuatan minimum fc’ = 25 MPa (σ’bk = 300 kgf/cm²), sesuai SNI 03-1974-1990;
  • Setiap pembuatan tiang harus didasarkan kepada rencana campuran dengan menggunakan komponen bahan yang memenuhi ketentuan yang berlaku dan selama pelaksanaan pengecoran beton harus diikuti dengan pengendalian mutu. Untuk perkiraan awal proporsi takaran campuran dapat digunakan tabel dibawah ini

Perkiraan Awal Proporsi Takaran Campuran

2. Baja

  • Baja tulangan untuk sambungan tiang pancang beton pracetak harus mempunyai tegangan leleh minimum 410 MPa (BJ 55), bebas dari korosi dan kotoran yang menempel pada baja;
  • Selubung untuk sambungan tiang dibuat dari baja yang mempunyai tegangan leleh minimum 210 MPa (BJ 34);
  • Untuk menjamin tercapainya mutu baja yang disyaratkan, sebelum digunakan baja harus diuji mutunya sesuai dengan SNI 07-2529-1991.
  • Mutu baja disesuaikan dengan spesifikasi AASHTO M 270-04 yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Sifat Mekanis Baja Struktural

3. Epoksi

Untuk menjamin kuat ikat antara beton dan epoksi serta baja dan epoksi, maka epoksi yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang berlaku yaitu :

a. Bahan perekat yang digunakan harus mempunyai daya rekat yang sangat baik dan dapat merekatkan dengan sempurna struktur beton

b. Bahan perekat harus dapat berpenetrasi sampai kedalaman retak yang paling kecil yang terjadi pada struktur dengan sempurna dan untuk itu harus mempunyai suatu kekentalan tertentu seperti disyaratkan pada spesifikasi ini

c. Mempunyai sifat fleksibilitas yang dapat menahan vibrasi yang mungkin terjadi di dalam retakan

d. Tidak boleh menyusut pada waktu mengering

e. Tahan terhadap air hujan, CO2, asam, dan bahan kimia lainnya

f. Persyaratan bahan sesuai dengan AASHTO M 235M sebagai berikut:

  • Viskositas minimum 2,0 Pa.s
  • Waktu pengikatan awal minimum 30 menit
  • Kuat leleh tekan (pada umur 7 hari) minimum 70 MPa
  • Modulus elastisitas tekan minimum 1400 MPa
  • Tegangan tarik (pada umur 7 hari) minimum 50 MPa

g. Sebelum digunakan harus dilakukan pengujian mutu epoksi sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

4. Las

  • Bahan las yang digunakan harus sesuai dengan bahan dasar elemen struktur baja yang akan disambung (seperti BJ 32, BJ 51 atau BJ 52) untuk memastikan bahwa sambungan dapat dipertanggungjawabkan dan merupakan kawat las berselaput hidrogen rendah.
  • Bahan las (kawat las) harus disimpan dalam keadaan kering di dalam tempat yang tertutup. Jika kaleng atau tempat telah dibuka, maka kawat las harus segera digunakan.
  • Pada penyambungan tiang pancang dibutuhkan kawat las yang sesuai agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Elektroda E 60XX digunakan untuk mengelas baja karbon yang mengandung unsur karbon hingga 0,3% (yang termasuk baja ini adalah baja-baja struktur seperti baja-baja profil, baja batangan dan baja pelat). Elektroda E 70XX aplikasinya lebih luas dari seri E 60XX.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/penyambungan-tiang-pancang

Pondasi Tiang Pancang Kayu

Pondasi Tiang Pancang Kayu

Pondasi Tiang Pancang Kayu

Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan. Tiang pancang adalah bagian dari suatu konstruksi pondasi yang terbuat dari kayu, beton, baja yang terbentuk langsing yang di pancang hingga tertanam dalam tanah pada kedalaman tertentu berfungsi untuk menyalurkan beban dari struktur atas melewati tanah lunak lapisan tanah yang keras.

Tiang pancang kayu terbuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah di potong dengan hati-hati biasanya diberi bahan pengawet dan di dorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang sebagai pondasi, tiang pancang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah permukaan air tanah.

Sedangkan pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya akan menunda atau memperlambat kerusakan kayu, akan tetapi tetap tidak dapat melindungi untuk seterusnya,

Tiang pancang kayu sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu.

Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu adalah

  1. Tiang pancang relatif ringan sehingga mudah dalam pengangkutan
  2. Kekuatan tariknya besar sehingga pada waktu di angkat untuk pemancangan tidak menimbulkan kesulitan seperti pada tiang pancang beton precast
  3. Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu tidak dapat masuk lagi ke dalam tanah
  4. Tiang pancang kayu lebih cocok untuk friction pile dari pada end bearing pile karena tekanannya relatif kecil

Kerugian pemakaian tiang pancang kayu adalah

  1. Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian
  2. Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil jika dibandingkan dengan tiang pancang dari beton atau baja, terutama di daerah yang muka air tanahnya sering naik turun
  3. Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang pancang kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut merenyuk, apabila tiang kayu tersebut kurang lurus maka pada waktu dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah yang telah di tentukan.
  4. Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur yang menyebabkan kebusukan.
Contoh Kerusakan Tiang Pancang Kayu

Tiang pancang kayu tidak lepas dari lima metode penting yaitu :

  • Umum
  • Kepala Tiang Pancang
  • Sepatu Tiang pancang
  • Pemacangan
  • Penyambungan

1. UMUM

Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk penampang yang tegak lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya semua kulit kayu harus dibuang.

Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras (sound) dan bebas dari kerusakan, mata kayu, bagian yang tidak keras atau akibat serangan serangga.

Tiang pancang kayu yang menggunakan kayu lunak memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 – 86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, maka dilakukan pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan.

2. Kepala Tiang Pancang

Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang. Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang terendah yang diperkirakan.

Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan ke dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancang paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya keretakan.

3. Sepatu Tiang pancang

Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan.

4. Pemacangan

Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.

5. Penyambungan

Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.

Metode Penyambungan Tiang Pancang Beton Bundar dan Persegi

Metode Penyambungan Tiang Pancang Beton Bundar dan Persegi

Penyambungan Tiang Pancang Beton Bundar dan

1. Struktur

  • Konstruksi sambungan tiang terdiri dari bagian kepala (atas) dan bagian bawah, seperti tampak pada Gambar 1.
  • Pada bagian kepala dan bagian bawah tiang pancang diberi selubung baja yang dibuat secara terfabrikasi.
  • Ukuran selubung baja didasarkan pada dimensi tiang pancang seperti pada tabel 1 untuk penampang bundar dan seperti pada tabel 2 untuk penampang persegi.
  • Selubung baja harus tahan terhadap pukulan selama proses pemancangan.
  • Selubung tiang bawah dan atas harus dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat alur untuk pengelasan.
  • Alur pengelasan harus cukup lebar sehingga lebar dan tebal las mampu menghasilkan kapasitas sambungan yang sekurang-kurangnya sama dengan kapasitas tiang.
  • Dimensi selubung baja tiang pancang bawah dan atas harus sama.

Tabel 1. Ukuran Selubung Baja Bundar
Tabel 2. Ukuran Selubung Baja Persegi
Gambar 1. Konstruksi Sambungan Tiang Pancang Bundar dan Persegi dengan Las

2. Pelaksanaan

a. Persiapan penyambungan

  • Selubung bagian atas dan bawah harus dibersihkan sebelum penyambungan dilakukan;
  • Tiang pancang atas harus terletak dalam satu garis lurus dan sentris dengan tiang pancang yang disambungnya;
  • Setelah selubung baja terpasang dengan baik kemudian tiang bagian kepala dan bagian bawah disatukan menggunakan las;
  • Sistem pengelasan dilakukan sesuai dengan ASTM A 514.

b. Pelaksanaan di lapangan

  • Permukaan baja yang akan dilas harus dibersihkan dari korosi dan lapisan cat dengan sikat kawat baja dan sikat bulu;
  • Untuk lapisan pertama digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah (low hidrogen) dengan Ø 3,25 mm, sedangkan untuk lapisan kedua dan selanjutnya digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah Ø 4 mm;
  • Pada setiap tahapan lapisan las, permukaan las harus dibersihkan dari terak dengan cara digerinda, dibersihkan dengan sikat kawat baja, dan dibersihkan dengan sikat bulu;
  • Pengelasan dengan posisi horizontal merupakan posisi yang sulit sehingga kawat las harus digerakan agak ke atas untuk menahan lelehnya cairan las ke bawah.

c. Pemeriksaan visual

Jenis pemeriksaan secara visual digunakan untuk mendeteksi cacat yang cukup besar di permukaan. Untuk cacat yang relatif kecil pemeriksaan visual dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu, misalnya kaca pembesar dan kadang-kadang memerlukan alat bantu lain, misalnya lampu untuk menyinari bagian-bagian yang akan diperiksa.

Pemeriksaan visual meliputi :

  • Las harus bebas dari cacat retak
  • Permukaan las harus cukup halus
  • Sambungan las harus terbebas dari kerak
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/penyambungan-tiang-pancang-beton-bundar-dan-persegi