Perencanaan Hutan Kota

Perencanaan Hutan Kota

Perencanaan hutan kota, memerlukan suatu pedoman hirarki perencanaan mulai perencanaan nasional yang berupa pedoman garis besar (guide line) hingga perencanaan untuk kota dengan berbagai ukuran. Kriteria perencanaan hutan kota pada berbagai ukuran dapat kita lihat pada tabel berikut (untuk lebih jelas, klik kanan tabel dibawah, lalu save image) :

Tabel Kriteria, Fungsi dan Pengelolaan dalam Perencanaan Hutan Kota

Berikut ini adalah beberapa pendekatan dalam perencanaan hutan kota :

Pendekatan regulatif

Perencanaan pengembangan yang menggunakan pendekatan regulatif ini mendasarkan pada peraturan perundangan yang ada. Di dalam pengembangan hutan kota yang dipergunakan adalah peraturan pemerintah No. 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota. Beberapa kriteria yang dipergunakan untuk perencanaan hutan kota antara lain adalah :

  1. Hutan kota harus dibangun di dalam suatu kota luasnya 10% dari luas kota
  2. Hutan kota harus suatu hamparan lahan yang kompak dengan luasan minimal 0,25 hektar
  3. Hutan kota dapat dibangun di lahan negara atau lahan milik yang ditunjuk sebagai hutan kota dengan penetapan oleh pejabat yang berwenang

Pendekatan kebutuhan esensial makhluk hidup yaitu oksigen

Pendekatan yang dipergunakan dalam perencanaan ini mendasarkan pada berapa oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup yaitu manusia dan hewan. Di samping itu juga beberapa kebutuhan oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran energi dari BBM yang dikonsumsi oleh alat transportasi di kota. Untuk ini menggunakan formula yang dikenalkan oleh Gerrarkis dalam Arifin (1997) sebagai berikut :

Lt = ((Xt + Yt + Zt) m2)/((54)(0,9375))

Dimana :

Lt            : luas hutan kota pada tahun t

Xt            : jumlah kebutuhan oksigen manusia yang menghuni suatu kota pada tahun t

Yt            : jumlah kebutuhan oksigen oleh ternak pada tahun t

Zt            : jumlah kebutuhan oksigen oleh pembakaran BBM pada seluruh kendaraan bermotor di kota pada tahun t

54           : konstanta yang menyatakan bahwa setiap m2 suatu lahan per hari mampu menghasilkan bahan kering sebanyak 54 gram

0,9375   : Nilai konstanta yang menunjukan bahwa setiap 1 gram bahan kering setara dengan produksi oksigen sebanyak 0,9375

Pendekatan dalam menetapkan prioritas pengembangan dalam suatu kawasan

Apabila kita telah memperhitungkan berapa luasan hutan kota yang harus ada dalam suatu kota, maka langkah yang harus dilakukan adalah merencanakan bagian kota mana yang harus yang harus dibangun hutan kota. Pada hakekatnya untuk menetapkan prioritas pembangunan hutan kota ini menggunakan parameter cemaran kualitas udara.

Sesuai dengan kondisi lingkungan di perkotaan yang dipergunakan indikatornya adalah cemaran panas (thermal pollution), cemaran parameter yang menentukan tingkat kesehatan udara dengan menggunakan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Seementara untuk setiap kawasan ditetapkan indeks ketidaknyamanan (discomfortability index). Untuk ini dapat di uraiakn sebangai berikut.

Pendekatan dengan identifikasi adanya pulau panas

Pencemaran yang terjadi di kota dengan adanya gas rumah kaca dan polusi panas yang dihasilkan oleh berbagai sumber cemaran seperti AC, mesin mobil, industri, dan diesel yang ada dalam kota, maka beberapa bagian wilayah diketemukan pulau panas.

Pendekatan dengan menggunakan tingkat kesehatan udara

Dalam Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No 45/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara telah ditetapkan parameter yang diperhitungkan, yaitu Sulfur Dioksida, Carbon Monoksida, Oksidan, Nitrogen Dioksida dan Debu. Kelima parameter ini diamati di setiap kawasan dalam kota selama 24 jam, kemudian dapat diperhitungkan menggunakan formula sebagai berikut.

I = ((Ia – Ib)/(Xa – Xb)) * (Xx – Xb) + Ib

Dimana :

I       : ISPU terhitung

Ia    : ISPU batas atas

Ib    : ISPU batas bawah

Xa   : Ambien batas atas

Xb   : Ambien batas bawah

Xx   : Kadar Ambien nyata hasil pengukuran (dalam ppm atai mg/m3)

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketemukan bahwa angka di atas 70 kualitas udara telah tidak sehat atau berbahaya bagi kesehatan. Pada kawasan yang nilainya di atas 70 perlu segera dibangun hutan kota.

Pendekatan Indeks ketidaknyamanan (discomfortability indeks)

Dalam setiap kawasan dilakukan pengamatan terhadap suhu dan kelembaban. Setelah data diperoleh maka dipergunakan rumus yang diperkenalkan oleh Giles (1990) sebagai berikut.

DI = Ta – 0,55 (1 – 0,01 RH) (Ta – 14,5)

Dimana :

DI    : Discomfortability index

Ta   : Rata-rata suhu udara dalam derajat celcius

RH  : Kelembaban relatif dalam dalam %

Dengan memasukkan data lapangan ke dalam rumus tersebut dapat diketemukan DI-nya. Kemudian dimasukan ke dalam klasifikasi menurut Giles (1990) sebagai berikut.

Tabel Klasifikasi Indeks Ketidaknyamanan

Berdasarkan perhitungan DI ini maka kawasan dalam kota yang DI-nya lebih besar dari 29 harus mendapat prioritas pembangunan hutan kota. Sementara yang nilai DI lebih rendah dari 29 mendapat prioritas kedua dan selanjutnya.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/landscape/perencanaan-hutan-kota

Kesadahan Air

Kesadahan Air

 Air Sadah

Air merupakan kebutuhan yang sangat utama bagi kehidupan manusia, oleh karena itu jika kebutuhan air belum terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitas, maka akan menimbulkan dampak yang besar terhadap aspek kehidupan.

Salah satu parameter dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur Ca+ dan Mg+ dalam air yang biasanya disebut dengan kesadahan air. Kesadahan air tidak berbahaya bagi kesehatan tetapi sangat merugikan karena dapat menyebabkan pemborosan dalam penggunaan sabun karena sabun tidak berbuih, membuat ketel untuk memasak air berkerak, membuat kerusakan pada alat plumbing yang merupakan air panas dan menimbukan adanya kerak pada pipa sehingga mengganggu jalannya air.

Ada beberapa istilah dalam kesadahan air, yaitu :

  1. Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkan adanya garam-garam bikarbonat, seperti Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2 . Kesadahan sementara ini dapat dengan mudah dieliminir yaitu dengan dipanaskan atau dididihkan sehingga membentuk endapan CaCO3 dan MgCO3 atau  dengan pembubuhan kapur tohor.
  2. Kesadahan tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam klorida (Cl) dan sulfat (SO42-) dari kalsium dan magnesium. Kesadahan tersebut tidak dapat dihilangkan hanya dengan cara dipanaskan, tetapi dengan cara pertukaran ion. Cara paling mudah untuk mengetahui air yang selalu digunakan adalah air sadah atau bukan dengan menggunakan sabun. Ketika air yang  digunakan adalah air sadah, maka sabun akan sukar berbuih, kalaupun berbuih, berbuihnya sedikit. Kemudian untuk mengetahui jenis kesadahan air adalah dengan pemanasan. Jika ternyata setelah dilakukan pemanasan, sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang anda gunakan adalah air sadah tetap. Berdasar DEPKES RI 1990 batas kesadahan air maksimum adalah 500 mg/l.

Berikut ini adalah cara mengetahui tingkat kesadahan air, metoda yang digunakan adalah titrasi kompleksometri dengan EDTA atau juga dikenal dengan nama komplekson III.

Bahan yang diperlukan untuk pecobaan ini adalah :

  1. Sampel air
  2. EBT ( Evlocrom Black T)
  3. EDTA ( Etthylene Dianine Tetra Accetate)
  4. Amoniak

Alat yang digunakan adalah :

  1. Labu Erlenmeyer
  2. Injektor
  3. Pipet ukur
  4. Gelas Ukur
  5. Sendok Penyu
  6. Tabung ukur 100 ml

Cara pelaksanaan adalah :

  1. Mengambil air 50 ml air sampel dengan gelas ukur, kemudian masukkan labu Erlenmeyer.
  2. Menambahkan 2 pucuk sendok EBT warnanya merah tua.
  3. Titrasi Amoniak 20 tetes .
  4. Titrasi dengan EDTA sampai warna merah tua berubah menjadi biru kehijauan.
  5. Mencatat volume EDTA  yang digunakan (berapa tetes) sampai warna tadi berubah menjadi biru kehijauan, setiap 20 tetes = 1 ml.

Setelah melakukan percobaan seperti diatas masukan hasilnya kerumus sebagai berikut.

Kandungan (Ca++ + Mg++) =  (1000/v ) x v EDTA x (56/100) x f x 0,1

Keterangan :

  1. v              = volume sampel air
  2. v EDTA   = Volume titrasi EDTA
  3. f               = 1,026

Klasifikasi air menurut kesadahannya adalah :

Pengaruh kesadahan pada air yaitu :

  1. Air sukar berbuih
  2. Menimbulkan kerak / karat pada ketel
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-lingkungan/air-sadah

Pengujian Slump Beton

Pengujian slump beton bertujuan untuk mengetahui kelecakan (consistency) beton segar. Dengan pemeriksaan slump, maka kita dapat memperoleh nilai slump yang dipakai sebagai tolak ukur atau standar kelecakan beton segar.

Arti dari slump beton adalah penurunan ketinggian pada pusat permukaan atas beton segar yang diukur segera setelah cetakan uji slump diangkat.
Sedangkan beton segar adalah beton yang bersifat plastis yang terdiri dari agregat halus, agregat kasar dengan ukuran kurang dari 37,5 mm atau 1½ inchi, semen dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan atau bahan pengisi.

Untuk menguji slump beton terlebih dahulu kita persiapkan alat-alat sebagai berikut :

  1. Cetakan (Kerucut Abram) adalah cetakan yang terbuat dari bahan logam dengan ketebalan 1,15 mm yang tidak lengket dan bereaksi dengan pasta semen. Cetakan harus berbentuk kerucut terpancung dengan diameter dasar 200 mm, diameter atas 100 mm dan tinggi 300 mm. Permukaan dasar dan permukaan atas kerucut harus terbuka dan sejajar satu dengan yang lain serta tegak lurus terhadap sumbu kerucut. Perhatikan gambar dibawah ini (klik kanan, kemudian save image)

    Gambar Kerucut Abram
  2. Tongkat Pemadat adalah tongkat pemadat harus merupakan batang baja yang lurus, penampang lingkaran dengan diameter 16 mm dan panjang sekitar 600 mm, pada ujung batang berbentuk setengah bola berdiameter 16 mm.
  3. Cetok
  4. Mistar pengukur ( penggaris dari baja)
  5. Tatakan untuk dasar cetakan

Setelah kita persiapkan alat-alat tersebut langkah pengujianya sebagai berikut :

  1. basahi cetakan dan letakkan cetakan di atas permukaan yang rata, lembab, dan tidak menyerap air.
  2. Isi corong dengan beton segar. Pengisiaan beton segar dilakukan tiga kali pengisian, pengisian pertama setinggi 60 mm, pengisian kedua 150 mm, dan pengisian ketiga 300 mm.
  3. Padatkan beton segar pada setiap kali pengisian, dengan cara menusuk sebanyak 25 kali dengan tongkat pemadat, usahakan dalam melakukan penusukan secara merata selebar permukaan lapisan dan tidak boleh masuk sampai lapis beton sebelumnya.
  4. Setelah pengisian beton pada lapis ketiga, ratakan hingga rata dengan sisi cetakan dan bersihkan alas sekitar corong dari beton segar yang tercecer.
  5. Setelah itu tungggu sampai 30 detik, kemudian tarik corong ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak keatas.
  6. Setelah pengangkatan corong lalu ukur segera penurunan permukaan atas adukan beton dengan mistar pengukur.

    Gambar Penentuan Nilai Slump

Besar penurunan adukan beton tersebut disebut nilai slump, jadi nilai slum adalah selisih tinggi alat slump dengan tinggi beton setelah penurunan. Nilai slum merupakan ukuran keenceran adonan beton. Semakin besar nilai slump berarti semakin encer adonan beton tersebut.

Karena didalam nilai slump tersebut terdapat sifat workability yaitu kemudahan dalam pengerjaan adukan beton, maka semakin besar nilai slump maka akan semakin mudah dalam pengerjaannya. Pada pekerjaan beton umunya nilai slump berkisar antara 75 mm sampai 150 mm.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bahan-bangunan/pengujian-slump-beton

Perencanaan Bangunan Pelengkap

Perencanaan Bangunan Pelengkap

Bangunan pelengkap adalah bangunan yang dibuat sebagai sarana pendukung saluran irigasi. Ada beberapa bangunan pelengkap salah satunya adalah bangunan silang. Bangunan silang terdiri dari beberapa tipe bangunan antara lain :

Gorong-gorong

Gorong-gorong berupa saluran tertutup, dengan peralihan pada bagian masuk dan keluar. Gorong-gorong akan sebanyak mungkin mengikuti kemiringan saluran. Gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka selama bangunan tidak tenggelam. Gorong-gorong mengalir penuh bila lubang keluar tenggelam atau jika air di hulu tinggi dan gorong-gorong panjang. Kehilangan tinggi energi total untuk gorong-gorong tenggelam adalah jumlah kehilangan pada bagian masuk, kehilangan akibat gesekan ditambah lagi kehilangan pada tikungan gorong-gorong.

Standar Gorong-gorong untuk Saluran Kecil

Bangunan Terjun

Bangunan terjun dapat digabung dengan bangunan-bangunan lain seperti boks, gorong-gorong dan jembatan untuk mengurangi biaya secara keseluruhan.

Bangunan Terjun

Talang

Talang atau flum adalah penampang saluran buatan di mana air mengalir dengan permukaan bebas, yang dibuat melintas cekungan, saluran, sungai, jalan atau sepanjang lereng bukit. Bangunan ini dapat didukung dengan pilar atau kontruksi lain. Talang atau flum dan baja dan beton dipakai untuk membawa debit kecil. Untuk saluran-saluran yang lebih besar dipakai talang beton atau baja. Talang-talang itu dilengkapi dengan peralihan masuk dan keluar. Mungkin diperlukan lindungan terhadap gerusan pada jarak-jarak dekat di hilir bangunan, hal ini bergantung pada kecepatan dan sifat-sifat tanah. Tergantung pada kehilangan tinggi energi tersedia serta biaya pelaksanaan, potongan talang direncana dengan luas yang sama dengan luas potongan saluran, hanya dimensinya dibuat sekecil mungkin. Kadang-kadang pada talang direncana bangunan pelimpah kecil guna mengatur muka air dan debit di hilir talang. Bangunan itu dapat dibuat dari beton atau pipa baja.

Talang

Sipon

Sipon dipakai untuk mengalirkan air lewat bawah jalan, melalui sungai atau saluran pembuang yang dalam. Aliran dalam sipon mengikuti prinsip aliran dalam saluran tertutup. Antara saluran dan sipon pada pemasukan dan pengeluaran diperlukan peralihan yang cocok. Kehilangan tinggi energi pada sipon meliputi kehilangan akibat gesekan, dan kehilanganpada tikungan sipon serta kehilangan air pada peralihan masuk dan keluar. Agar sipon dapat berfungsi dengan baik, bangunan ini tidak boleh dimasuki udara. Mulut sipon sebaiknya di bawah permukaan air hulu dan mulut sipon di hulu dan hilir agar dibuat streamlines. Kedalaman air diatas sisi atas sipon (air perapat) dan permukaan air bergantung kepada kemiringan dan ukuran sipon. Sipon dapat dibuat dari baja atau beton bertulang. Sipon harus dipakai hanya untuk membawa aliran saluran yang memotong jalan atau saluran pembuang di mana tidak bisa dipakai gorong-gorong, jembatan atau talang.

Got Miring

Pada medan terjal di mana beda tinggi energi yang besar harus ditanggulangi dalam jarak pendek dan saluran tersier mengikuti kemiringan medan, akan diperlukan got miring. Got niring ini terdiri dari bagian masuk, bagian peralihan, bagian normal dan kolam olak.

Bagian-bagian dalam Got Miring
Kolam Olak Pada Got Miring

Jalan Inspeksi

Layout petak tersier juga mencakup perencanaan jalan inspeksi dan jalan petani. Operasi dan pemeliharaan saluran dan bangunan di dalam petak tersier membutuhkan jalan inspeksi di sepanjang saluran irigasi sampai ke boks bagi yang terletak paling ujung/hilir. Karena kendaraan yang di pakai adalah sepeda atau sepeda motor, maka lebar jalan inspeksi diambil sekitar 1,5 – 2,0 m. Jalan inspeksi untuk saluran tersier dibangun dengan lapisan dasar dan kerikil setebal 0,20 m supaya cukup kuat. Kerikil terbaik untuk pembuatan jalan adalah bahan aluvial alamiah yang dipilih dari sungai yang mengalir di daerah proyek. Jalan inspeksi untuk saluran tersier dapat juga dibangun dengan lapisan dasar dari sirtu dan/atau Lapis Pondasi Agregat Kelas B setebal 0.20 m supaya kuat. Batu-batu bongkah yang terlalu besar atau kerikil bergradasi jelek hendaknya dihindari. Di daerah-daerah datar atau rawa-rawa sebaiknya tinggi jalan diambil 0,3 – 0,5 m di atas tanah di sekelilingnya.

Jalan petani

Lebar jalan petani sebaiknya diambil 1,5 m agar dapat dilewati alat-alat mesin yang mungkin akan digunakan diproyek. Jika pemasukan peralatan mesin tidak akan terjadi dalam waktu dekat, maka lebar jalan petani sebaiknya diambil 1,0 m. Akan tetapi lebar minimum jembatan orang dianjurkan untuk diambil 1,5 m untuk memenuhi kebutuhan angkutan di masa mendatang. Di daerah-daerah datar atau rawa-rawa, sebaiknya tinggi jalan diambil 0,5 m di atas tanah di sekelilingnya. Jalan-jalan ini direncana bersama-sama dengan perencanaan saluran kuarter. Penggunaan jalan petani dan ukurannya disesuaikan dengan keinginan petani setempat.

Jembatan

Jembatan dipakai hanya apabila tinggi energi yang tersedia terbatas. Kriteria perencanaan berikut dianjurkan untuk jembatan:

  • Jembatan tidak boleh mengganggu aliran air saluran atau pembuang di dekatnya
  • Pelat beton bertulang sebaiknya dibuat dari beton Mutu K 175 (tegangan lentur rencana 40 kg/cm2).
  • Jika dasar saluran irigasi atau pembuang tidak diberi pasangan, maka kedalaman pangkal pondasi (abutment) sebaiknya diambil berturut-turut minimum 0,75 m dan 1,0 m di bawah dasar saluran.
  • Pembebanan jembatan untuk petani dan jalan inspeksi adalah jalan Kelas IV dan peraturan pembebanan Bina Marga (No. 12/1970).
  • Untuk jembatan-jembatan kecil, daya dukung maksimum pondasi tidak boleh lebih dan 2 kg/cm2.
Jembatan Pada Jalan Petani dan Jalan Inspeksi
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/perencanaan-bangunan-pelengkap

Gambar Bagian Bendung

Gambar Bagian Bendung
 1

Tipe-tipe Tata Letak Bendung Saringan Bawah
Geometri Bangunan Pengambilan

Tipe Pintu Pengambilan

Pangkal Bendung
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/gambar-bagian-bendung

Definisi Proyek

Definisi Proyek

 definisi proyek 1

Proyek adalah komplek, tidak rutin, usahanya dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya dan spesifikasi kinerja yang di sign untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Tujuan manajemen Proyek :

  1. Tidak hanya untuk mendapatkan keuntungan (Proyek-proyek yang berorientasi keuntungan terkait dengan perusahaan, jasa dan properti)
  2. Bersifat sosial benefit. (Proyek-proyek yang bergerak pada sektor publik atau pemerintahan)

berdasarkan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa manajer proyek harus mempertimbangkan kapan proyek dimulai   dan kapan proyek dapat diakhiri dalam penjadwalan waktu yang tepat, sehingga proyek akan mempunyai nilai tambah (value added) dan nilai guna (value in use)

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proyek :

  1. Misi Proyek

Berupa penentuan tujuan utama proyek dan menentukan arahan serta aturan umum yang akan digunakan dalam operasionalisasi proyek.

Tujuan :

Memberikan penjelasan kepada seluruh tim anggota proyek yang terlibat dalam operasional proyek

  1. Dukungan Top Manajemen

Berupa kesediaan untuk menyediakan sumber daya dan wewenang demi kesuksesan proyek, karena top manajemen berperan sebagai tutor dan fasilitator dalam mengimplementasikan rencana terhadap tujuan organisasi.

Tujuan

Top manajemen mempunyai komitmen terhadap kesuksesan proyek

  1. Rencana Proyek

Penjadwalan dan rencana kerja yang berupa uraian rincian tentang spesifikasi keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan serta rencana kerja rinci dari tahap ke tahap dalam operasional proyek

Tujuan

  • Untuk menjamin proyek dapat terlaksana dengan efektif
  • Sebagai alat ukur kemajuan operasionalisasi proyek
  • Untuk mengetahui unsur kelayakan secara teknis maupun ekonomis
  1. Konsultasi dengan pelanggan

Memberikan gambaran hasil yang dibutuhkan oleh pelanggan yang akan menjadi pemakai hasil proyek

Tujuan

Untuk memberikan dukungan terhadap pelaksanaan proyek

  1. Pelaksana

Merupakan suatu peran yang menentukan keberhasilan suatu proyek

Tujuan

Untuk melakukan rekrutmen dan seleksi tenaga kerja sesuai dengan keterampilan pelaksanaan proyek

  1. Tugas-tugas teknis

Ketersediaan peralatan, teknologi, dan keahlian yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek

Tujuan

  • Menyediakan tenaga operasionalisasi proyek sesuai dengan kebutuhan
  • Memanfaatkan peralatan teknologi dan keterampilan dalam menjalankan pekerjaan
  1. Kepercayaan Pelanggan

Merupakan kesediaan menerima terhadap hasil kerja proyek

Tujuan

  • Pelanggan akan menerima hasil pekerjaan proyek
  • Menjaga tingkat intensitas hubungan pelaksana proyek dengan pemakai
  1. Pengawasan dan umpan balik

Merupakan pengawasan menyeluruh terhadap seluruh aktifitas disetiap tahapan proyek dalam operasionalisasi proyek

Tujuan

  • Sebagai pembanding antara realisasi dengan rencana
  • Pemimpin proyek agar memiliki kemampuan untuk mengantisipasi masalah
  • Untuk menjaga penilaian pelaksanaan dan memastikan tidak ada satupun pekerjaan yang tertinggal
  1. Komunikasi

Interaksi informasi dan data terkini untuk seluruh pelaku dalam operasional proyek

Tujuan

  • Untuk memfasilitasi masing-masing variabel  penentu kesuksesan proyek
  • Untuk memberikan informasi yang terbaru antara pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek
  1. Pemecahan Masalah

Kemampuan untuk menangani keadaan kritis yang tidak diharapkan

Tujuan

  • Agar mampu mengendalikan jika terjadi penyimpangan dan yang direncanakan
  • Perlunya mekanisme pemecahan masalah yang ditetapkan dalam rencana operasional proyek.
  • Untuk mempermudah manajer proyek dalam mengatasi masalah dan mengatasi masalah potensial yang timbul

Faktor-faktor penentu keberhasilan proyek

  1. Teknologi

Teknologi merupakan bagian dari proyek yang mempunyai dampak besar pada kesuksesan proyek. Teknologi yang digunakan manajemen atau tim proyek antara lain :

  • Mengukur kemajuan proyek
  • Mempunyai ide-ide umum dari teknologi yang dapat mewujudkan sesuatu yang diharapkan
  • Tidak menjadi halangan ketika langkah dan perkembangannya lambat
  1. Organisasi

Faktor-faktor organisasional yang berdampak pada kelangsungan hidup proyek. Faktor-faktor organisasional yang dimaksud diantaranya adalah :

a. Internal competition

Untuk memberikan motivasi tim proyek dan juga sumber daya yang berkualitas

b. Managemen support and the Company’s market strategi

Berperan sebagai penyedia sumber daya, pengarah pelaksanaan proyek dan fasilitator dalam mengimplementasikan tujuan organisasi

  1. Kekuatan-kekuatan Pasar

Persaingan perusahaan di dalam pasar berpengaruh kuat pada kelangsungan proyek baru maupun proyek yang akan datang

  1. Perencanaan

Merupakan faktor penting dari kegagalan dan kesuksesan proyek

Kegunaan :

  • Mengurangi resiko dan meningkatkan kualitas
  • Sebagai dasar perencanaan dan pengorganisasian yang lebih efektif dari pengalaman tim proyek
  1. Tim Proyek

Kemampuan tim dalam melaksanakan kinerja dalam sebuah tim yang akan memiliki komitmen dan spesifikasi sesuai dengan persyaratan yang diperlukan proyek

Tujuan :

  • Memberikan komitmen
  • Antusias
  • Melakukan koordinasi
  • Menyelesaikan konflik yang timbul
  1. Faktor Ekonomi

Merupakan frekuensi perputaran investasi yang dapat menunjukkan kesuksesan dan kegagalan sebuah proyek

Tujuan :

  • Agar proyek mampu mengembalikan invertasi dengan cepat, sedang atau gagal
  • Perusahaan membuat ukuran baku berkaitan dengan kondisi finansial (pendapatan)
  • Melakukan evaluasi setiap akhir proyek
  1. Lain-lain

Faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kesuksesan dan kegagalan dalam sebuat proyek

Contoh :

  • Peraturan pemerintah yang baru
  • Masalah-masalah yang berkaitan dengan hak paten kepemilikan
  • Pengaruh lingkungan baru.

Metodologi manajemen proyek

Merupakan sebuah model untuk menjelaskan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan operasionalisasi proyek.

Kesuksesan proyek ini didukung dengan 3 variabel yaitu :

  1. implementataion process

Kesuksesan operasionalisasi proyek diukur dengan menggunakan variabel

  • Jadwal
  • Anggaran
  • Kepuasan pelanggan
  1. perceived value of project

Persepsi manfaat proyek diukur dengan menggunakan variabel

  • Pemecahan masalah bagi pelanggan
  • Peningkatan pengambilan keputusan
  • Pengaruh positif
  • Peningkatan aktivitas
  1. client statisfaction

Kepuasan pelanggan diukur dengan variabel

  • Pelaksanaan proyek
  • Penggunaan oleh pelanggan
  • Manfaat pelanggan
DIAGRAM METODE MANAJEMEN PROYEK
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/pengelolaan-dan-pengendalian-proyek/definisi-proyek

Administrasi Kontrak dan Keuangan

Administrasi Kontrak dan Keuangan

 Administrasi Kontrak dan Keuangan

Setelah proses pembentukan kontrak selesai menjadi dokumen kontrak, selanjutnya perlu mengelola eksekusi kontrak secara komersial, teknis dan administratif. Di kantor pusat, melalui perencanaan dan pengendalian yang matang kontraktor mengorganisir tenaga ahli dan spesialis untuk mengerjakan desain engineering terinci, pembelian dan subkontrak, sedangkan di lokasi proyek dilakukan persiapan mobilisasi tenaga kerja dan mendirikan fasilitas sementara. Pihak pemilik mulai melengkapi tim proyek dengan personil dan perangkat lain untuk mengelola proyek. Proses pengelolaan administrasi kontrak merupakan interaksi pihak pemilik dengan kontraktor yang meliputi kegiatan :

  1. Mengkaji kelengkapan dokumen yang diisyaratkan
  2. Prosedur komunikasi, surat-menyurat, dan sistem arsip
  3. Pengelolaan pembayaran
  4. Change order dan back charge
  5. Klaim
  6. Pengelolaan

Dokumen yang diisyaratkan

Dokumen yang diisyaratkan harus disiapkan kontraktor (jika perlu disetujui oleh pemilik) dalam dokumen kontrak antara lain:

  1. Tanda jaminan
  2. Jaminan lelang
  3. Jaminan kinerja
  4. Jaminan peralatan
  5. Jaminan pembayaran
  6. Jaminan subkontraktor
  7. Sertifikat asuransi
  8. Asuransi builder all risk
  9. Asuransi transit
  10. Asuransi comprehensive general liability, umumnya dalam kontrak disebutkan

Surat menyurat dan sistem arsip

Sistem pencatatan dan arsip kontrak yang baik dan lengkap memudahkan pencarian kembali, sehingga membantu kelancaran operasional pelaksanaan kontrak dalam hal :

  1. Memantau dan menjaga dipenuhinya pasal-pasal kontrak oleh kedua belah pihak penanda tangan kontrak
  2. Mengetahui apa yang telah dikerjakan di masa lalu
  3. Audit pelaksanaan kontrak sewaktu akhir proyek
  4. Melakukan progress payment, change order, dan back charge
  5. Melakukan korespondensi

Catatan dan arsip kontrak umumnya dikelompokkan menjadi

1. Masa perencanaan dan pembentukan

  • Perencanaan strategi dan jadwal kontrak
  • Prakualifikasi peserta lelang
  • Kerangka acuan dan garis besar lingkup proyek
  • Rancangan kontrak
  • RFP atau dokumen lelang
  • Dokumen proposal peserta lelang
  • Hasil evaluasi proposal
  • Catatan-catatan negosiasi dan penentuan pemenang
  • Dokumen kontrak asli termasuk adendum bila ada
  • Letter of intent

2. Masa eksekusi kontrak, yang penting disini :

  • Dokumen evaluasi status kemajuan pekerjaan
  • Invoice atau faktur dan catatan lain untuk pembayaran berkala
  • Pembayaran butir-butir reimbursable
  • Pengajuan change order
  • Dokumen evaluasi dan persetujuan change
  • Pembayaran change order
  • Dokumen pembayaran back order
  • Dokumen pembayaran serta evaluasi klaim
  • Pembayaran dan sertifikat asuransi
  • Proses dan hasil atau penemuan audit

3. Korespondensi, otorisasi, dan laporan berkala; mengatur hal mengenai surat menyurat seperti format, alamat, laporan berkala, kemajuan proyek (mingguan, bulanan, dll) dan sistem penyimpanan arsip

4. Dokumen keuangan khususnya dana pinjaman seperti prosedur realisasi sampai masalah pembayaran kembali dan laporan penutupan. Biasanya diatur terpisah dari administrasi umum.

Pengelolaan Pembayaran

Perlu memperhatikan keinginan para pihak

  1. Kontraktor tidak akan melakukan pre financing pekerjaan yang telah diserahkan kepadanya sesuai kontrak (tanpa ada pengaturan khusus mengenai masalah itu, seperti bunga dll)
  2. Pemilik hanya akan membayar pekerjaan yang telah selesai pada waktu ditagih, berarti membayar sesuai kinerja

Ada beberapa cara perhitungan pembayaran

1. Biaya yang sesungguhnya telah dikeluarkan

2. Kurun waktu tertentu secara periodic

3. Kemajuan pekerjaan dan kinerja yang telah dicapai

  • Metoda milestone adalah pembayaran dikaitkan dengan milestone siklus proyek, sedangkan jumlahnya diperhitungkan dengan kegiatan yang telah dilakukan untuk mencapai yang bersangkutan dinyatakan sebagai persentase dari total kontrak
  • Metoda milestone dengan persentase penyelesaian; disamping dikaitkan dengan milestone, juga dikaitkan dengan volume pekerjaan

4. Pembayaran berdasarkan perkiraan pengeluaran bulan yang akan datang

Arus Pembayaran Berkala

Change order

Change order adalah perubahan lingkup proyek setelah kontrak ditandatangani. Hal ini tidak dapat dihindari, maka harus dikelola dengan baik karena penambahan mesti meningkatkan biaya. Timbulnya change order bisa jadi dari pemilik, kontraktor atau subkontraktor. Beberapa penyebab perubahan lingkup

  1. Ada informasi baru tentang spesifikasi atau kriteria desain engineering. Pemilik ingin memasukkan kemajuan teknologi itu
  2. Diminta oleh calon organisasi operasi pada saat akhir proyek sewaktu prakomisi
  3. Perubahan karena terungkapnya kondisi yang berbeda dengan hasil pengkajian terdahulu
  4. Kurang jelasnya pasal-pasal kontrak, sehingga menimbulkan interpretasi yang berlainan antara kontraktor dan pemilik
  5. Keinginan mempercepat jadwal

Proses change order

  1. Evaluasi mendalam tentang perlunya perubahan lingkup
  2. Mengkaji dampak yang diakibatkan oleh adanya perubahan lingkup
  3. Mengajukan persetujuan kepada pimpinan proyek bila perubahannya cukup besar
  4. Melakukan tindak lanjut berupa pengawasan dan laporan khusus untuk meyakinkan bahwa perubahan lingkup kerja telah dijalankan sebaik-baiknya

Perlu juga diperhatikan, makin jauh kemajuan proyek maka makin besar dampak dari perubahan lingkup. Terkadang karena kondisi tertentu, kontraktor tidak mengerjakan sebagian porsi pekerjaan yang telah tercantum dalam kontrak. Maka pemilik mengerjakan sendiri atau menunjukkan pihak ketiga, sedang biayanya dibebankan kepada kontraktor, ini disebut sebagai back change

Klaim

Merupakan permintaan atau tuntutan kompensasi uang atau biaya atau jadwal diluar kontrak. Penyebab timbulnya klaim

  1. Material atau peralatan yang cacat
  2. Keadaan lahan diluar perkiraan dan hasil test kurang akurat
  3. Perubahan peraturan yang tidak diduga
  4. Pasal-pasal kontrak yang kurang lengkap dan kurang jelas

Proses menangani klaim

  1. Pencarian fakta yang sesungguhnya telah terjadi
  2. Pengkajian hubungan klaim dengan kontrak
  3. Perkiraan biaya kompensasi
  4. Negosiasi

Pengelolaan keuangan proyek

1. Proyeksi keperluan dana

Faktor yang perlu diperhatikan :

  • Pembayaran material dan peralatan, sesuai dengan ikatan (PO) yang telah ditandatangani
  • Pembayaran periodik kepada kontraktor dan konsultan
  • Pembayaran langsung untuk tenaga kerja/supervisor proyek
  • Kontijensi

2. Meletakkan dasar sistem akuntansi proyek

Faktor yang perlu diperhatikan kebutuhan sepanjang siklus biaya :

  • Untuk mengidentifikasi dan membedakan kegiatan satu dengan yang lain dalam proses perencanaan desain engineering, pengadaan dan konstruksi
  • Pelaporan dan pengendalian kegiatan kantor pusat dan lapangan, seperti engineering (per disiplin) dan konstruksi (per macam pekerjaan)
  • Kegiatan pengadaan sesuai klasifikasi peralatan dan material
  • Pengaturan arsip dan korespondensi
  • Untuk catatan aset pada akhir proyek

Pengadaan pengkodean harus berorientasi untuk pengendalian. Tapi jangan sampai mengubah sistem kode biaya yang sudah ada. Format dan tata letak kode identifikasi yang baik harus dapat memberi informasi maksimal pada tempat minimal dengan beberapa atribut

  • Fungsi; menjelaskan fungsi yang diwakili
  • Area; identifikasi area yang akan dikerjakan
  • Disiplin; menjelaskan macam disiplin pekerjaan
  • Dokumen; nomor dokumen yang berkaitan
  • Macam biaya; menjelaskan macam biaya

3. Operasi keuangan

Menyangkut beberapa hal seperti administrasi dana pinjaman; mengelola pembayaran; pengendalian cash flow.

Operasi keuangan terdiri dari

  • Operasi keuangan yang berkaitan dengan penggunaan dana pinjaman dan/atau dari perusahaan induk
  • Administrasi keuangan yang berkaitan dengan pembayaran atas pekerjaan yang sedang berjalan
  • Pengendalian dana/cash flow, agar jumlah dana yang telah ditentukan tidak dilampaui. Aliran dana dapat diperlakukan sebagai aliran kas atau diperhitungkan nilai tukar

4. Laporan penutupan keuangan membuat “catatan asset”

Jalan keluar untuk mengatasi kesulitan mencatat asset

  • Pengelompokkan biaya pada daftar milik tetap memakai standar perusahaan induk
  • Pengelompokkan biaya pada proyek tetap dititikberatkan untuk pengawasan dan pengendalian proyek
  • Pada akhir proyek, pengelompokkan biaya pada proyek dijabarkan dalam pengelompokkan daftar milik yang standar

5. Menyiapkan data dan pembukuan milik yang standar

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/pengelolaan-dan-pengendalian-proyek/administrasi-kontrak-dan-keuangan