Pengukuran Poligon

Pengukuran Poligon

Poligon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis lurus sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik atau poligon. Pada pekerjaan pembuatan peta, rangkaian titik poligon digunakan sebagai kerangka peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang telah tertentu letaknya di tanah yang sudah ditandai dengan patok, dimana semua benda buatan manusia seperti jembatan, jalan raya, gedung maupun benda-benda alam seperti danau, bukit, dan sungai akan diorientasikan. Kedudukan benda pada pekerjaan pemetaan biasanya dinyatakan dengan sistem koodinat kartesius tegak lurus (X,Y) di bidang datar (peta), dengan sumbu X menyatakan arah timur – barat dan sumbu Y menyatakan arah utara – selatan. Koordinat titik-titik poligon  harus cukup teliti mengingat ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang akan dipetakan sangat tergantung pada ketelitian dari kerangka peta.

Menurut bentuknya, poligon dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Poligon Terbuka

Poligon terbuka adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik akhirnya berbeda. Jenis-jenis poligon terbuka adalah :

  1. Poligon terbuka terikat sempurna
  2. Poligon terbuka terikat sepihak
  3. Poligon terbuka tidak terikat

2. Poligon Tertutup

Poligon tertutup adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik akhirnya mempunyai posisi yang sama atau berhimpit, sehingga poligon ini adalah suatu rangkaian tertutup. Berdasarkan fungsinya, poligon dibedakan menjadi ;

  1. Poligon untuk keperluan kerangka peta, syaratnya harus memiliki titik–titik yang cukup baik, dalam arti menjangkau semua wilayah.
  2. Poligon yang berfungsi sebagai titik-titik pertolongan untuk mengambil detail lapangan.

Untuk memudahkan dalam memahami sudut-sudut yang ada dalam pengukuran poligon, maka perlu dijelaskan hal-hal sebagai berikut :

  1. Sudut dalam adalah selisih antara dua arah (jurusan) yang berlainan.
  2. Azimuth (sudut arah) adalah sudut yang dihitung terhadap arah utara magnetis, dan arah ini berhimpit dengan sumbu Y pada peta.

Unsur-unsur yang dicari dalam pengukuran poligon adalah semua jarak dan sudut (Di, βi). Kedua unsur ini telah cukup untuk melukis poligon di atas peta, jika kita tidak terikat pada sistem koodinat yang ada dan tidak menghiraukan orientasi pada poligon tersebut.Agar poligon tersebut terarah (tertentu orientasinya), maka perlu salah satu sisi diketahui sudut arahnya (azimuth).

Untuk memperoleh azimuth tiap sisi poligon, syaratnya harus diketahui azimuth awalnya (α1). Penentuan azimuth awal dapat dicari dengan langjah-langkah sebagai berikut :

  1. Sumbu I theodolit diatur dalam keadaan vertikal (gelembung nivo seimbang), dan bacaan sudut horisontal menunjukkan angka 00˚00’00” pada arah magnetis bumi.
  2. Putar theodolit dan arahkan ke titik P2 pada bacaan biasa, kemudian balikkan teropong pada keadaan luar biasa (LB) dan bacalah sudut yang dibentuk dengan arah titik.

Penentuan azimuth awal (α1) dihitung dengan rumus :

α1 = (HB2 + (HLB2 – 180°)) / 2

Untuk azimuth-azimuth selanjutnya dihitung dengan rumus :

a. Untuk pengukuran searah jarum jam :

α2 = α1 + 180º – ( β2 ± ∆fβ)

α3 = α2 + 180º – ( β3 ± ∆fβ)

b. Untuk pengukuran berlawanan jarum jam :

α2 = α1 – 180º + ( β2 ± ∆fβ)

α3 = α2 – 180º + ( β3 ± ∆fβ)

Agar titik koodinat dapat diketahui dalam sistem koodinat yang ada, maka poligon perlu diikat (dihubungkan) dengan titik yang diketahui koodinatnya atau titik tetap (X1, Y1). Koodinat di sini dihitung dari unsur-unsur jarak dan sudut arah sebagai berikut :

X2 = X1 + D sin α1 ± ∆fx

Y2 = Y1 + D cos α1 ± ∆fy

Keterangan :

α = azimuth

D = jarak

β = sudut dalam

∆fx = koreksi sumbu x

∆fy = korekai sunbu y

Kemudian untuk titik-titik berikutnya (titik P3) dihitung dari titik P2, titik P4 dihitung dari titik P3, dan seterusnya.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur-tanah/pengukuran-poligon

Peralatan Ukur Tanah

Peralatan Ukur Tanah
 theodolit

A. Peralatan Utama

Peralatan utama yang digunakan dalam ilmu ukur tanah adalah theodolit dan waterpass.

1. Theodolit

Saat ini pesawat theodolit memiliki dua varian yaitu theodolit biasa dan theodolit digital. Yang membedakan antara kedua theodolit tersebut adalah pada pembacaan sudutnya baik sudut horisontal maupun sudut vertikal, sedangkan bagian-bagian yang lain dan cara pengoperasiannya tetap sama.

Penggunaan alat theodolit adalah untuk mendapatkan data-data yang nantinya diperlukan dalam pembuatan peta situasi yang diantaranya adalah tinggi alat, bacaan benang (benang atas, benang tengah, benang bawah), sudut horizontal dan sudut vertikal.

Fungsi dari bagian-bagian yang terdapat pada pesawat theodolit adalah sebagai berikut :

  1. Teropong, berfungsi untuk membidik obyek pengukuran pada pengukuran poligon maupun situasi (membidik rambu/jalon).
  2. Visier, berfungsi untuk alat bantu bidikan kasar untuk mempercepat bidikan obyek.
  3. Klem teropong, berfungsi untuk mengunci teropong terhadap sumbu II (terkunci pada arah vertikal).
  4. Alat pelindung lingkaran vertikal, berfungsi untuk melindungi skala vertikal.
  5. Sekrup pengatur fokus teropong, berfungsi untuk memperjelas obyek yang dibidik.
  6. Sekrup pengatur ketajaman benang, berfungsi untuk memperjelas benang pada lensa (benang atas, benang tengah, benang bawah).
  7. Lensa okuler (pengamat), berfungsi untuk mengamati obyek bidik dan mengamati bacaan benang (pada rambu ukur).
  8. Dudukan lampu, berfungsi untuk menempatkan lampu apabila sinar matahari kurang terang (cuaca gelap).
  9. Sekrup penggerak halus vertikal, berfungsi menempatkan bacaan benang pada obyek (rambu) secara halus.
  10. Reflektor, berfungsi untuk memantulkan cahaya menuju mikroskop bacaan sudut vertikal dan horisontal (pada theodolit digital bagian ini tidak ada).
  11. Klem aldehide horisontal, berfungsi untuk mengunci perputaran teropong arah horisontal.
  12. Ring piringan horisontal, merupakan skala sudut datar sehingga dapat dibaca bacaan sudut datar, dapat juga digunakan untuk menempatkan posisi sudut 00˚00’00”.
  13. Klem sumbu repetisi, berfungsi untuk mengunci ring piringan horisontal sehingga ring piringan horisontal tidak mengikuti perputaran teropong arah horisontal (jika ingin langsung didapat sudut azimuth, maka ring ini dikunci setelah pesawat diarahkan ke utara kompas, kemudian klem aldehide horisontal dibuka).
  14. Nivo kotak, berfungsi untuk mengetahui posisi pesawat benar-benar datar (sumbu I vertikal).
  15. Sekrup A,B,C, berfungsi untuk mengatur nivo kotak maupun nivo tabung agar sumbu I vertikal.
  16. Plat dasar theodolit, berfungsi untuk tempat landasan pesawat theodolit sehingga posisinya stabil.
  17. Teropong obyektif, berfungsi untuk menangkap obyek yang dibidik sehingga bisa dibaca pada lensa okuler.
  18. Mikrometer, berfungsi sebagai skup penunjuk skala pembacaan sudut horisontal dan vertikal pada bacaan menit dan detik (00’00”), setelah teropong diklem atau dikunci dan arah pesawat sudah tepat pada obyek.
  19. Sekrup pengatur ketajaman sudut, berfungsi untuk memperjelas pembagian skala lingkaran tegak dan datar. Pada theodolit digital bagian ini tidak ada, karena bacaan sudut terdapat pada layar yang letaknya pada sisi luar pesawat.
  20. Mikroskop bacaan lingkaran vertikal dan horisontal, berfungsi untuk membaca skala sudut tegak dan datar (pada theodolit digital bagian ini tidak ada).
  21. Centering optik, berfungsi untuk mengecek kadudukan pesawat agar berada tepat di atas patok.
  22. Dudukan kompas, berfungsi untuk menempatkan kompas.
  23. Sekrup pengatur fokus centering optik, berfungsi untuk mengatur centering optik sehingga sumbu I (pesawat) tepat di atas patok.
  24. Nivo tabung, berfungsi untuk mengetahui apakah pesawat sudah benar-benar datar .
  25. Sekrup penggerak halus aldehide horisontal, berfungsi untuk menggerakkan pesawat arah horisontal secara halus setelah klem aldehide horisontal dikunci.
  26. Sekrup penggerak halus ring piringan horizontal.
theodolit
theodolit

2. Waterpass

Fungsi dari bagian-bagian yang terdapat pada pesawat waterpass adalah sebagai berikut :

  1. Sekrup pengatur ketajaman diafragma, berfungsi untuk mengatur ketajaman benang diafragma (benang silang).
  2. Lensa pembacaan sudut horisontal, berfungsi untuk memperbesar dan memperjelas  bacaan sudut horisontal.
  3. Sekrup A,B,C, berfungsi untuk mengatur kedataran pesawat (sumbu I vertikal).
  4. Sekrup pengatur fokus teropong, berfungsi untuk memperjelas obyek yang dibidik.
  5. Teropong, berfungsi untuk menempatkan lensa serta peralatan yang berfungsi untuk meneropong atau membidik obyek pengukuran.
  6. Pelindung lensa obyektif, berfungsi untuk melindungi lensa obyektif dari sinar matahari secara langsung.
  7. Lensa obyektif, berfungsi untuk menerima obyek yang dibidik.
  8. Klem aldehide horisontal, berfungsi untuk mengunci perputaran pesawat arah horisontal.
  9. Sekrup penggerak halus aldehide horisontal, berfungsi untuk menggerakkan pesawat arah horisontal secara halus setalah klem aldehide horisontal dikunci agar kedudukan benang pada pesawat tepat pada obyek yang dibidik.
  10. Sekrup pengatur sudut, berfungsi untuk mengatur landasan sudut datar.
  11. Visier, berfungsi sebagai alat bantu bidikan kasar untuk mempercepat pembidikan obyek.
  12. Plat dasar Waterpass, berfungsi sebagai landasan pesawat.
waterpas
waterpas

B. Peralatan Bantu

Peralatan bantu yang selalu digunakan selama pelaksanaan pengukuran tanah adalah :

  1. Tripod (statip), berfungsi untuk menempatkan pesawat.
  2. Baak ukur (rambu), berfungsi sebagai obyek oleh pesawat untuk mendapatkan data-data bacaan benang.
  3. Jalon, berfungsi sebagai alat bantu memegang baak ukur.
  4. Patok, berfungsi untuk memberi tanda pada titik ukur atau pada titik bantu.
  5. Rol meter, berfungsi untuk mengukur jarak langsung pada pengukuran penyipat datar.
  6. Meteran, berfungsi untuk mengukur tinggi pesawat.
  7. Unting-unting, berfungsi untuk menempatkan sumbu I pada patok
  8. Kompas, berfungsi untuk menunjukkan arah utara kompas.
  9. Payung, berfungsi untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung maupun terpaan hujan.
  10. Alat tulis, berfungsi untuk mencatat hasil pembacaan di lapangan.
tripod
tripod
rambu ukur
rambu ukur
jalon
jalon
patok
patok
rol meter
rol meter
meteran
meteran
unting-unting
unting-unting
kompas
kompas
payung
payung
alat tulis
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur-tanah/peralatan-ukur-tanah

Pelabuhan Udara

Pelabuhan Udara

 Pelabuhan Udara 1

Pelabuhan udara adalah tempat di daratan yang dipersiapkan untuk penempatan, pendaratan, dan pemberangkatan pesawat terbang beserta penumpangnya. (didukung oleh fasilitas keselamatan penerbangan dan layanan penumpang).

Sejarah Transportasi Udara :

1930 – 1950 = Pertumbuhan kurang pesat

Setelah 1950 = Pertumbuhan penggunaan pesawat terbang meningkat hingga mencapai 13% pertahun

Persentase angkutan udara terhadap total angkutan

Transportasi udara merupakan :

  • cermin taraf kehidupan masyarakat
  • cermin tingkat kesibukan / kepentingan
  • cermin nilai ‘waktu’ mahal (time is money)
  • menunjukkan perhitungan jarak dalam  satuan waktu tempuh
Transportasi udara berpengaruh terhadap beberapa hal yaitu :

  1. kehidupan ekonomi,
  2. sosial kemasyarakatan,
  3. sistem Hankam,
  4. politik,
  5. budaya,
  6. Iptek,
  7. informasi/ komunikasi,
  8. lain-lain.

Dasar pertimbangan pemilihan transportasi udara yaitu :

  1. tingkat kepentingan,
  2. waktu / jarak,
  3. biaya,
  4. kenyamanan.
Pertimbangan keamanan menjadi syarat mutlak

Beberapa jenis transportasi udara yaitu :

  • angkutan umum
  • angkutan massal
  • angkutan jarak sedang / jauh
  • angkutan khusus (militer)
  • angkutan pribadi
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) – badan khusus PBB bertujuan antara lain :

  1. Menjamin keselamatan dan pertumbuhan penerbangan sipil yang wajar
  2. Mendorong disain pesawat dan pengoperasian untuk perdamaian
  3. Mendorong pengembangan jalur udara, bandar udara, fasilitas navigasi untuk penerbangan internasional
  4. Memenuhi kebutuhan manusia akan transportasi udara yang cepat, aman, nyaman
  5. Mencegah pemborosan ekonomi akibat persaingan yang tidak wajar
  6. Menjamin hak2 negara2 untuk melakukan penerbangan internasional
  7. Menghindarkan diskriminasi
  8. Mempromosikan keselamatan penerbangan & navigasi internasional
  9. Meningkatkan pengembangan aeronautika sipil internasional
  10. Menjalin komunikasi antar anggota, dengan dikeluarkannya Aerodromes Annexe 14
Ada 2 jenis angkutan udara yaitu :

  1. General Aviation : pertanian, penyemprotan hama, instruksional, survai, pemetaan, dan lain-lain.
  2. Air Carrier : penerbangan komersial untuk penumpang oleh perusahaan penerbangan
Layanan penerbangan ada 2 macam yaitu :

  1. Domestic flight: melayani penerbangan antar pulau / antar kota dalam satu negara
  2. International flight: melayani penerbangan antar negara

Jenis (mesin) pesawat :

1. Piston engine aircraft : dijalankan dengan tenaga propeller – mudah sekali dikenali dari baling-balingnya

2. Turbin power aircraft : pesawat jet; yang masih dikelompokkan lagi dalam:

a. Turbo prop : mesin jet berpropeller dilengkapi turbin seperti F27 (Fokker 27)

b. Turbo jet : tanpa propeller, khusus dari turbinnya

c. Turbo fan : Turbo jet ditambah kipas yang biasanya diletakkan di depan mesin jet

Data perencanaan lapangan terbang yaitu :

  • Ukuran (size)
  • Berat (weight)
  • Kapasitas (capacity)
  • Panjang landasan pacu (runway’s length)

Berat pesawat menentukan :

  • tebal perkerasan runway
  • tebal perkerasan taxiway
  • tebal perkerasan apron
  • panjang runway untuk take off
  • panjang runway untuk landing
Tampak Depan

Bentangan sayap dan panjang badan pesawat mempengaruhi :

  • ukuran apron
  • ukuran hanggar
  • susunan gedung-gedung terminal
  • lebar landasan pacu
  • lebar landasan hubung
  • jarak landasan pacu – landasan hubung
  • jari-jari manuver
Airport System

Airport System adalah keseluruhan dari segala sesuatu yang ada di pelabuhan udara.
Sistem ini terdiri atas:
  •  Land side : urusan daratan di airport
  •  Air side : urusan penerbangan di airport
  •  En route : penerbangan di angkasa; jadi bukan bagian dari airport lagi

Komponen Berat Pesawat :

1. Berat Kosong Operasi (Operating Weight Empty) :

Adalah berat seluruh pesawat termasuk awak pesawat (tidak termasuk payload dan bahan bakar)

2. Berat Muatan (Payload) :

Adalah berat seluruh muatan yang menghasilkan pendapatan seperti penumpang, bagasi, surat-surat dan barang muatan lainnya

3. Berat Bahan Bakar Kosong (Zero Fuel Weight) :

Adalah berat yang mana di atas batas berat itu tambahan berat haruslah berupa bahan bakar. Saat pesawat miring ke samping, cairan bahan bakar tidak terkumpul ke satu sisi.

4. Muatan Struktur Maksimum (Maximum Structural Payload) :

Adalah beban maksimum yang boleh (diizinkan) diangkut pesawat terbang, baik berupa penumpang, barang muatan, atau gabungan keduanya.

5. Muatan Maksimum (Maximum Payload) :

Biasanya lebih kecil dari Maximum Structural Payload (mengingat susunan/ batasan ruangan)

6. Maximum Structural Landing Weight (Bobot Pendaratan Struktur Maksimum) :

Bobot ini adalah kemampuan struktur pesawat dalam pendaratan.

7. Maximum Structural Take Off Weight (Bobot Lepas Landas Struktur Maksimum) :

Bobot maksimum yang diperbolehkan pada saat lepas landas.

Gambar Situasi Bandara Adisucipto Yogyakarta
Denah Bandara Adisucipto
Konfigurasi Apron Bandara Adisucipto Yogyakarta

Beberapa jenis pesawat dan spesifikasinya

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bandara/pelabuhan-udara

Bandar Udara

Bandar Udara

Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang dan / atau bongkar muat kargo dan / atau pos serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai perpindahan antar moda transportasi.

Unsur-unsur dalam penyelenggaraan transportasi udara :

  1. Bandar Udara (Airport)
  2. Pesawat Udara (Aircraft)
  3. Maskapai Penerbangan (Airlines)
  4. Jalur Penerbangan (Airways)

Fasilitas Pokok Bandar Udara :

  1. Fasilitas Sisi Udara
  2. Fasilitas Sisi Darat
  3. Fasilitas Navigasi Penerbangan
  4. Alat Bantu Pendaratan Visual
  5. Komunikasi

Fasilitas Penunjang Bandar Udara :

  1. Penginapan / hotel
  2. Penyediaan toko dan restoran
  3. Fasilitas penempatan kendaraan bermotor
  4. Fasilitas perawatan pada umumnya
  5. Fasilitas pergudangan
  6. Fasilitas perbengkelan pesawat udara
  7. Fasilitas hanggar
  8. Fasilitas pengelolaan limbah
  9. Fasilitas Lainnya yang menunjang secara langsung atau  tidak langsung kegiatan Bandar Udara
Fasilitas Sisi Udara :

  1. Runway
  2. Taxiway
  3. Apron
  4. Runway Strip
  5. Fasilitas PKP-PK
  6. Marka dan rambu
Fasilitas Sisi Udara

Fasilitas Sisi Darat (Landside Facility) :

  1. Bangunan terminal penumpang
  2. Bangunan terminal kargo
  3. Bangunan operasi
  4. Menara pengawas lalu lintas udara (ATC tower)
  5. Bangunan VIP
  6. Bangunan meteorologi
  7. Bangunan SAR
  8. Jalan masuk (access road)
  9. Depo pengisian bahan bakar pesawat udara
  10. Bangunan administrasi / perkantoran
  11. Marka dan rambu
Peralatan Pemeliharaan :

  1. Wheel Tractor
  2. Rotary Mower
  3. Grass Collector
  4. Runway Sweeper
  5. Pushback Tractor
  6. Dump Truck
  7. Handy Mower
  8. Pick Up
  9. Workshop Equipment and Tools
  10. Water Tank Car
Peralatan Sisi Darat :

  1. Avio Bridge
  2. AC
  3. Escalator
  4. Elevator / Lift
  5. Conveyer Belt

Penataan Kawasan Bandara

  • RI (Rencana Induk Bandar Udara)
  • KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan)
  • BKK (Batas Batas Kawasan Kebisingan)
  • DLKR (Daerah Lingkungan Kerja)
  • AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)

Rencana Induk Bandara

  • Pedoman pembangunan dan pengembangan fasilitas bandar udara
  • Pedoman pembuatan tata guna lahan dan tata letak fasilitas bandar udara
  • Pedoman dalam penyusunan kajian untuk mengantisipasi dampak lingkungan hidup
  • Pedoman dalam penyusunan rancangan awal dan RTT fasilitas bandar udara
  • Pedoman bagi pemerintah daerah setempat, instansi terkait maupun masyarakat dalam pengembangan wilayah di sekitar bandar udara
Rencana Induk Bandar Udara Adisutjipto

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

TUJUAN :

  • Keamanan dan keselamatan penerbangan
  • Perlindungan terhadap komunitas masyarakat dari resiko jatuhnya pesawat udara

IMPLEMENTASI :

  • Building height regulation
  • Pembatasan ketinggian benda tumbuh
  • Kegiatan yang berpotensi membahayakan keselamatan penerbangan

Radius K.K.O.P sejauh 15 km dari RWY

Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara

TUJUAN :

Perlindungan terhadap kegiatan operasional bandar udara dalam rangka penyelenggaraan keamanan dan keselamatan penerbangan

IMPLEMENTASI :

  • Jenis lokasi yang direkomendasikan untuk digunakan bagi alat bantu navigasi penerbangan
  • Pengaturan kegiatan yang dilarang karena berpotensi mengganggu peralatan alat bantu navigasi

Luas daerah D.L.Kr adalah sama dengan Rencana Induk bandar udara.

Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK)

TUJUAN :

Perlindungan terhadap komunitas masyarakat dari suara bising mesin pesawat.

IMPLEMENTASI :

  • Jenis penggunaan lahn yang direkomendasikan
  • Bantuan terhadap konstruksi bangunan (soundproofing), agar memenuhi persyaratan lingkungan

Radius B.K.K adalah sepanjang 7 – 15 km dari RWY

Kondisi Eksisting
Konsep Keselamatan Penerbangan
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bandara/bandar-udara

Konstruksi Bendung

Konstruksi Bendung

Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun.

Klasifikasi Bendung :

A. Bendung berdasarkan fungsinya dibagi tiga :
  • Bendung penyadap
  • Bendung pembagi banjir
  • Bendung penahan pasang
B. Struktur bendung :
  • Bendung tetap
  • Bendung gerak
  • Bendung kombinasi
  • Bendung kembang kempis
  • Bendung bottom intake

Bangunan air adalah prasarana fisik yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya air.

Bangunan pelimpah gergaji adalah bagian dari bangunan air, misalnya bendung atau pelimpah bendungan yang berfungsi untuk melewatkan debit aliran sungai secara terkendali, tata letak bangunan dibuat bergigi seperti gergaji guna meningkatkan kapasitas pelimpahan dengan jalan memperpanjang lebar efektif pelimpah.

Bendung tipe gergaji adalah bendung tetap dengan tata letak mercu pelimpah menyerupai gigi gergaji guna diperoleh lebar efektif pelimpah yang lebih panjang.

Bendung Tempo Dulu
Bendung Sekarang

Ada beberapa bagian dalam bendung yaitu

  • Bangunan Tubuh Bendung
  • Bangunan Intake
  • Bangunan Pembilas
  • Bangunan Perlengkapan

Mercu Bendung yaitu bagian teratas tubuh bendung dimana aliran dari udik dapat melimpah ke hilir. Fungsinya sebagai penentu tinggi muka air minimum.

Mercu Bendung

Bentuk mercu bendung tetap :

  • Mercu bulat dengan satu  atau dua jari-jari pembulatan
  • Mercu tipe ogee, SAF
  • Mercu ambang lebar
Bentuk Mercu Bendung Tipe Ogee
Mercu Bendung Tipe Bulat
Mercu Ambang Lebar

Bentuk mercu bendung yang lazim digunakan di Indonesia yaitu bentuk mercu bulat. Hal ini dikarenakan:

  • Bentuknya sederhana
  • Lebih tahan terhadap benturan batu gelundung
  • Tahan terhadap goresan atau abrasi

Tinggi Mercu Bendung

Tinggi mercu bendung (p), yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik/dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu.

Dalam menentukan tinggi mercu bendung maka harus mempertimbangkan terhadap :

  • Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan
  • Kebutuhan tinggi energi pembilasan
  • Tinggi muka air genangan yang akan terjadi
  • Kesempurnaan aliran pada bendung dll.

Tinggi mercu bendung dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan minimum 0,5 H

Panjang Mercu Bendung

Panjang mercu bendung atau disebut pula lebar bentang bendung yaitu, jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya.

Bangunan intake

Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen.

Terdiri dari lantai/ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar penempatan pintu, saringan saqmpah, jembatan pelayan, raumah pintu, dan perlengkapan lainnya.

Bangunan Intake

Bangunan pembilas

Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak di dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake.

Pintu Pembilas
Pilar Pembilas

Bangunan Penahan Batu

Bangunan penahan batu adalah suatu bangunan yang ditempatkan di udik bangunan pembilas bendung yang berfungsi untuk menahan material batu.

Bangunan Penahan Batu

Proses pengerjaan bendung

1. Proses excavation untuk saluran bendungan

2. Proses perencanaan; pengukuran bendung

3. Pembuatan abutment untuk dinding bendung pembilas

4. Penggalian untuk dasar bendung

5. Saluran pondasi bendungan setelah excavation yang disebut batu serpentine


sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/konstruksi-bendung