Produsen, Distributor, Importir & Supplier Peralatan Laboratorium Teknik Sipil Indonesia,
Jual alat uji Tanah, Jual alat uji Beton, jual alat uji Batuan, jual alat uji Semen, jual alat uji aspal, jual alat uji pertambangan dan jual alat uji General lainnya
Testing Equipment For : Soil, Concrete, Aggregate, Asphalt, Cement, Mining & General Machine
Kami akan selalu berusaha untuk selalu memberikan pelayanan terbaik, karena kepuasan dan kepercayaan konsumen prioritas utama bagi kami
Pengertian kadar air ada 2 hal, kandungan air yang terdapat dalam kayu, biasanya dinyatakan dalam persen dari berat kayu kering oven sedangkan kadar air kayu atau bahan berkayu dapat dinyatakan berdasarkan berat kayu kering oven atau berat kayu basah.
Ada beberapa jenis kayu antara lain :
1. Kayu keras (daun lebar)
Kelompok kayu yang berasal dari gol. Berbiji tertutup (angiospermal) yang pada umumnya berdaun lebar dengan ciri-ciri kayu memiliki pori-pori dan pembuluh serta struktur anatomi yang kompleks.
2. Kayu lunak (daun jarum)
Kelompok kayu yang berasal dari gol.berbiji terbuka (gimuospermal) yang pada umumnya berdaun jarum dengan ciri-ciri kayu terdiri dari trakeida longitudinal dengan struktur anatomi yang relatif lebih sederhana.
Kayu gubal merupakan bagian terluar dari kayu yang berbatasan dengan kulit dan merupakan bagian batang yang masih hidup berisi zat makanan cadangan biasanya berwarna terang.
Mata kayu adalah salah satu cacat pada kayu gergajian yang merupakan tempat munculnya cabang atau ranting yg berbentuk bulat atau lonjong.
Persyaratan-persyaratan dalam struktur kayu harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku.
2. Analisis dengan komputer, harus menunjukkan prinsip cara kerja program dan harus ditunjukkan dengan jelas data masukkan serta penjelasan data keluaran.
3. Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk analisis teoritis.
4. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekakuan unsur-unsurnya.
5. Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus mengikuti persyaratan berikut ini :
Struktur yang dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan atau percobaan yang cukup aman.
Tanggung jawab atas penyimpangan,dipikul oleh perencana yang bersangkutan.
Perhitungan atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang ditunjuk oleh pengawas lapangan yang terdiri dari ahli-ahli yg diberi wewenang menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut.
Penanggung jawab perhitungan adalah perencana yang bertanggungjawab terhadap hasil perencanaan.
Kuat tekan kayu adalah nilai yang digunakan untuk mengetahui kelas kuat kayu. Kelas kuat kayu adalah tolok ukur yang akan kita gunakan di lapangan untuk menentukan dimensi kayu dan harus didasarkan pada pembebanan yang bekerja.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kuat tekan kayu searah serat dan kategori kelas kayu. Benda uji yang harus disiapkan adalah balok kayu dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 200 mm. Sedangkan alat yang digunakan adalah stopwatch, mesin uji tekan kayu, kaliper.
Tahap pengujian antara lain :
Lakukan pengukuran dimensi kayu. Lakukan 3 kali pengukuran untuk mendapatkan ukuran yang akurat.
Letakkan benda uji pada mesin uji tekan kayu.
Berikan pembebanan dengan kecepatan sekitar 0,6 mm/menit.
Catatlah beban maksimum yang terjadi dan lama pembebanan.
Gambarlah sketsa benda uji setelah dilakukan pembebanan
3. PUBI 1982 tabel 37-3 “ Berat jenis ( kering udara ) kurang atau sama dengan 0.3. Kekuatan Tekan mutlak kurang dari 650 kg/cm2. Kekuatan tekan mutlak lebih dari 425 kg/cm2.” Jadi kayu termasuk kayu kelas kuat III.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-kayu/pengujian-kuat-tekan-kayu
Dari kajian teknis, maka diputuskan untuk memilih pembangunan infrastruktur sebagai pemicu pembangunan pulau-pulau lainnya yaitu dengan pembangunan enam buah jembatan yang menghubungkan ke-tujuh pulau dengan panjang 2264 meter.
Pembangunan ke-enam jembatan dimulai bulan Oktober tahun 1993 dan selesai secara bertahap mulai tahun 1996 sampai dengan bulan Januari 1998. Ke-enam jembatan ini memiliki bentang dan konstruksi yang berbeda satu sama lain yaitu: Jembatan #1 Cable-Stayed, bentang utama 350 m (642 m); Jembatan #2 Balance Cantilever Single Box Girder, bentang utama 160 m (420 m); Jembatan #3 Segmental Concrete Box Girder, bentang utama 45 m (270 m); Jembatan #4 Balance Cantilever Double Box Girder, bentang utama 145 m (365 m); Jembatan #5 Arch Bridge, bentang utama 245 m (385 m) dan Jembatan #6 Segmental Concrete Box Girder, bentang utama 45 m (180 m).
Struktur Jembatan
Cable-Stayed terdiri dari 2 element utama, pylon dan sistem kabel. Pylon pada struktur jembatan modern sering terbuat dari beton dikarenakan bahan dari beton murah. Bentuk kabel pada pylon dapat menerus melalui pylon atau diangkerkan pada pylon. Sistem kabel terdiri dari kawat baja termasuk sistem angker, sistem proteksi dan sistem proteksi cuaca luar.
Pylon
Cara pelaksanaan jembatan ini menggunakan pylon yaitu dengan memanfaatkan peralatan Climbing Form. Secara umum dapat digambarkan bahwa untuk membuat kaki pylon, climbing form ini selalu bertumpu pada bagian yang sudah buat sebelumnya. Pada saat bertumpu pada bagian kaki pylon yang ada, dilakukan pengerjaan bagian dimuka/didepan atau di atasnya dan setelah selesai serta beton sudah cukup kuat, climbing form dipindahkan pada bagian yang baru dibuat dan seterusnya menumpu pada bagian ini, dan kemudian kembali untuk mengerjakan bagian dimukanya dan seterusnnya. Cara demikian juga yang dilakukan untuk pekerjaan lantai kendaraan. Peralatan kerja untuk lantai kendaraan pada kedua jembatan kembar ini biasanya disebut dengan Traveller Formwork, namun dasar cara kerja dan prosedurnya sama dengan cara kerja climbing form.
Cable Type
Berupa untai kawat galvanis (galvanized wire rope), galvanized locked coil, galvanized strand dan batang, stands atau kawat yang digrouting. Biasanya untuk struktur cable-stayed di dunia saat ini, sistem yang disukai terdiri dari kabel penggantung yang terbuat bundel dari 20 sampai 80 strands yang disusun paralel, setiap strand terdiri dari 7 wires (kawat) yang dipuntir bersama-sama. Strand 7 wires tersebut adalah yang biasanya digunakan pada struktur beton pratekan dan banyak tersedia dipasaran dan mudah disimpan.
Proteksi Karat
Sistem proteksi jembatan berupa pelapisan epoxy pada pipa polyethylene. Ruang kosong antara pipa polyethylene dan kabel diinjeksi dengan grouting cementitious. Kemudian pipa polyethylene dibungkus dengan polyvinyl flouride tape yang awet (PVF) untuk melindungi dari radiasi ultraviolet.
Angker Kabel
Menurut kuantitas kabel, angker akan bervariasi. Untuk jembatan tertentu, dengan sedikit kabel penggantung, akan besar gaya kabelnya, sehingga dengan demikian jembatan dengan sedikit kabel penggantung cenderung sistem angkernya besar dan rumit pada hubungan dengan tower dan bangunan atas. Untuk maksud pemeriksaan dan perbaikan, karena konsentrasi gaya pada angker atau transfer melalui angker sangat besar. Pemeliharaan sistem proteksi dari angker menjadi perioritas utama. Hal ini berlaku pada jembatan Batam-Toton yang jumlah kabel strand penggantung berkisar antara 31 strand sampai dengan 91 strand untuk satu bundel.
Komponen Utama Inspeksi
Pembungkus kabel
Kabel dibungkus dengan polyethylene High-density telescopic pipe dengan neoprene boots dan dengan damper internal dan external pada ujung angker
Sistem Damping
internal maupun external. Cara operasi dan cara penyesuaian dari sistem ditentukan oleh pabrik pembuat dan harus menjadi bagian dari manual pemeliharan jembatan.
Angker Kabel
Angker kabel harus diperiksa terutama menyangkut hal-hal berikut :
Ketahan rembesan air dari penutup (boot) neoprene pada ujung pipa-pipa pengarah.
Jika tersedia lubang air, periksa drainase ruangan antara pipa-pipa pengarah dan transisi. Ruangan ini harus sering diperiksa kemungkinan terjadi penimbunan air.
Proteksi korosi dari sistem angker. Permukaan baja yang ter-ekspos harus diperiksa kekerasan sistem cat (pelindung). Galur (thread) dari bagian yang bergerak termasuk juga ring, mur, kepala baut dan lain sebagainya, yang biasanya diproteksi dengan grease atau oli lainnya, harus diperiksa untuk menyakinkan konituitas pelumasan.
Sistem damping internal harus diperiksa sesuai dengan rekomendasi fabrik pembuat.
Kabel
Bergelombangnya kabel dapat menunjukan kerusakan atau putusnya kawat baja atau terjadinya distorsi yang di akibatkan selama proses pelaksanaan.
Prosedur Pemeliharaan dan Rehabilitasi
Kabel
Kabel penggantung baja yang digrouting sesungguhnya tidak memerlukan pemeliharan. Pada strand yang dilindungi dengan grouting di dalam duct, pemeliharaan lebih ditujukan pada pemeliharaan sistem proteksinya saja. Jika strand rusak akibat korosi atau keadaan lainnya, keseluruhan kabel harus diganti. Di dalam manual operasi harus juga dicantumkan cara yang harus diikuti dalam penggantian kabel penggantung (stay cable).
Proteksi Kabel
Meliputi juga pengecatan pembungkus kabel baja atau pembungkusan kembali dari pembungkus polyethylene kabel. Pemeliharan ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan lokasi. Biasanya, pengecatan kembali dari pembungkusan baja diperlukan setiap 15 sampai 20 tahun.
Proteksi Angker dan Sistem Damping
Setiap kerusakan pada sistem kedap air dari pipa pengarah dan koneksi pipa transisi harus segera diperbaiki. Pelapisan proteksi harus sesuai dengan spesifikasi dari pelapis asli. Sedangkan prosedur pemeliharaan untuk sistem damping harus mengikuti rekomendasi pabrik pembuat.
Penyesuaian Gaya Kabel Penggantung
Jika perilaku jangka panjang dari jembatan dilaporkan berbeda dengan asumsi perencanaan, penyesuaian gaya kabel penggantung diperlukan. Inspeksi harus juga meliputi pengamatan untuk menentukan deformasi dari struktur akibat beban mati dan lendutan akibat beban hidup. Hal ini akan memungkinkan dapat mengevaluasi besaran rangkak, shrinkage dan kekakuan yang diasumsikan. Prosedur detail untuk penyesuaian gaya penggantung harus dibuat dan disajikan dalam manual pemeliharaan. Pengembangan prosedur ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari bagian perencanan.
Vibrasi
Perbaikan perilaku vibrasi ini dalam bentuk pemasangan sistem damping adalah cara termurah dan secara nyata dapat memperbaiki performance dari jembatan cable-stayed. Penyebab utama vibrasi adalah gaya angin dan air hujan yang mengenai kabel.
Penggantian Kabel
Umumnya disebabkan oleh kombinasi antara lingkungan dengan tingkat salinitas tinggi dan tingginya humiditi. Pada program penggantian kabel penggantung, elemen jembatan lainnya seperti sistem deck harus dimasukan sebagai bagian perbaikan.
Kendala – Kendala di Lapangan
Strand rusak akibat korosi
Kondisi lingkungan yang tidak cocok, menyebabkan cat cepat rusak.
Pelapisan proteksi harus sesuai dengan spesifikasi dari pelapis asli. Sedangkan prosedur pemeliharaan untuk sistem damping harus mengikuti rekomendasi pabrik pembuat.
Harus dilakukan pengecekan karena deformasi dari struktur akibat beban mati dan lendutan akibat beban hidup
Vibrasi berlebihan dari kabel-kabel penggantung dapat menyebabkan kerusakan pada keseluruhan jembatan. Penyebab utama vibrasi adalah gaya angin dan air hujan yang mengenai kabel.
Apabila sistem proteksi kabel tidak baik bukan tidak mungkin perlu adanya penggantian kabel penggantung.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-2/sistem-traveller-jembatan-barelang
Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk melewatkan lalu lintas yang terputus pada kedua ujungnya akibat adanya hambatan berupa: sungai / lintasan air, lembah, jalan / jalan kereta api yang menyilang dibawahnya. Struktur bawah jembatan adalah pondasi. Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas yang diijinkan.
Hal Hal Yang Harus Diperhitungkan Dalam Pembuatan Pondasi
Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal
Jenis tanah dan daya dukung tanah
Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat
Alat dan tenaga kerja yang tersedia
Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan
Waktu dan biaya pekerjaan
Pemilihan Letak Jembatan
Pilih Bentang Terpendek
Hindari Lokasi Belokan Sungai
Hindari Tinggi Abutment yang Tinggi
Bangunan Pelengkap Jembatan
1. Sayap Jembatan
Fungsi : Menahan tebing sungai dan pangkal jembatan
2. Krib
Fungsi : Mengarahkan & mengurangi hantaman air pada sayap & pangkal jembatan yang terletak di belokan sungai.
3. Oprit Fungsi : Jalan masuk ke Jembatan & Tanjakan maksimum 12%
Jenis Konstruksi & Batasan Jembatan yang “Biasa” atau“Disarankan” di PPK :
Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal
Jenis tanah dan daya dukung tanah
Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat
Alat dan tenaga kerja yang tersedia
Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan
Waktu dan biaya pekerjaan
Catatan : Jembatan dengan jenis konstruksi khusus & panjang bentang diluar keempat jenis diatas, perlu persetujuan dari KMT.
Ada beberapa jenis konstruksi yaitu :
1. Jembatan Gelagar Besi Lantai Kayu
Kelebihan :
Harga Murah (jika ada kayu di desa setempat)
Konstruksi Sederhana
Kekuatan Gelagar (besi) Terjamin
Perawatan Mudah & Murah
5.Gelagar Besi Awet (jika terlindung dari karat)
Kekurangan :
Kayu Lantai Sering Lapuk (apalagi kualitas kayu rendah)
Kenyamanan Lalu Lintas Kurang
2. Jembatan Beton Bertulang
Kelebihan :
Awet (tidak mengenal istilah lapuk seperti kayu)
“Relatif” Tidak Perlu Perawatan
Nyaman bagi Lalu Lintas
Harga murah jika dikaitkan dengan umur pakai/manfaat yang panjang krn kualitas baik
Kekurangan :
Harga Mahal jika kualitas jelek shg umur pakai pendek
Konstruksi Lebih Rumit
Perlu Pengawasan Ketat untuk Menjamin Kualitas Beton
Pondasi Perlu Lebih Kuat (beban konstruksi lebih berat)
Lebih Sulit dalam Perbaikan, jika ada kerusakan
Kesalahan dalam “pengecoran” Sulit Diperbaiki
3. Jembatan Gantung
Kelebihan :
Bentang Cukup Panjang
Harga Murah
Konstruksi Sederhana
Pelaksanaan Mudah
Kabel Baja “Awet”
Tidak Ada Pekerjaan “Pondasi di Air atau Pilar”
Kekurangan :
Kayu Lantai Mudah Lapuk (apalagi jika kualitas kayu rendah)
Hanya bisa untuk Kend Roda 2 (untuk bisa kend roda 4 harus ada perhitungan yang rumit)
Kurang Nyaman (kondisi yang bergoyang)
4. Jembatan Gelagar & Lantai Kayu
Kelebihan :
Harga Murah (apalagi jika ada kayu di desa setempat)
Konstruksi Sederhana
Pelaksanaan Mudah
Pemeliharaan Cukup Mudah
Kekurangan :
Kayu Kurang Awet atau Mudah Lapuk (apalagi jika kualitas kayu rendah)
Sedikit Kurang Nyaman bagi Lalin
Pondasi Jembatan
3 Jenis Pondasi Jembatan yang “Biasa” atau “Disarankan” di PPK :
1. Pondasi Langsung
Bahan pasangan batu kali atau beton bertulang
Cocok untuk jenis tanah yang sedang hingga keras
2. Pondasi Pancang Sederhana
Bahan tiang dari beton bertulang atau kayu
Cocok untuk jenis tanah yang lunak
3. Pondasi Sumuran
Bahan dari adukan beton
Cocok untuk jenis tanah berpasir dimana tanah keras agak dalam
Penjangkaran Tanah (Ground Anchor)
Metode pemboran ini dilakukan di dalam tanah pondasi yang baik terdiri dari lapisan berpasir, lapisan kerikil, lapisan berbutir halus ataupun batuan yang lapuk, serta suatu bagian yang menahan gaya tarik seperti campuran semen dengan kabel baja atau semen dengan batang baja dimasukkan ke dalam lubang hasil pemboran tersebut, kemudian disertai suatu gaya tarik setelahnya untuk memperkuat konstruksinya.
1. Tipe Jangkar
Penjengkaran dengan tahanan geser
Penjangkaran dengan plat pemikul
Penjangkaran gabungan
2. Metode Penjangkaran
Metode penjangkaran dengan grouting
Metode penjangkaran dengan lubang bertekanan (jangkar PS)
Metode penjangkaran dengan penekanan (jangkar baji)
Metode penjangkaran plat
Metode jangkar UAC
3. Metode Penjangkaran Prategang Pratekan dengan Grouting
3 Bagian Penting Penjangka- Anchorage- Free stressing (unbonded) length- Bond length
Grouting
Material Tendon
Spacers & Centralizers
Toleransi
1. Denah
Abutmen atau pilar (diukur dari garis perletakan) 2.0 cm
Baut angker bila telah digrouting 0.5 cm
2. Posisi akhir pusat ke pusat perletakan
Panjang bentang 1.0 cm
Jarak melintang dari perletakan – perletakan 0.5 cm pada tiap abutmet atau pilar
3. Elevasi Permukaan
Permukaan abutment atau pilar + 2.0 cm
Permukaan atas balok landasan balok + 0.5 cm
4. Penahan Horizontal
Titik pusat perletakan sampai ke permukaan dinding 0 + 0.5 cm
5. Perletakan
Elevasi / Permukaan + 0.5 cm
Lokasi 2.0 cm
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-2/struktur-jembatan
Jembatan kabel terbagi dalam dua macam disain yang berbeda yaitu “suspension bridge” dan “cable stayed bridge”. Struktur jembatan cable stayed menggunakan sistem kabel, kabel tersebut ditarik dari struktur jalur jalan ke tower tunggal (pylon) untuk diikat dan ditegangkan.
STRUKTUR
Struktur utama dari jembatan Cable stayed terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yaitu : bagian angker (anchored section), bagian bebas (freedom section) dan bagian antara (transition section).
A. Type stay cables
1. Unbonded stay cable Disebut unbonded stay cable bila Soket/tabung angker diisi dengan gemuk (grease) dan wedges mentransfer penuh gaya/beban ke kabel. Type ini cocok untuk konstruksi jembatan cable stayed dengan berbagai panjang bentang.
2. Bonded stay cable Disebut bonded stay cable bila soket angker pada type ini digrouting dengan menggunakan semen. Wedges akan mentransfer beban tahap pertama berupa gaya/beban mati dan sebagian beban tahap kedua, Grouting akan mentransfer sebagian dari beban tahap kedua dan beban hidup penuh. Angker yang diikat (bonded) dapat meningkatkan ketahanan terhadap kelelahan (fatiq) dan ketahanan terhadap tegangan yang terjadi pada suatu konstruksi jembatan (termasuk jembatan kereta api dan jembatan dengan bangunan atas yang ringan) di lokasi dengan cuaca yang buruk atau sering terjadinya angin topan/badai.
B. Bagian bebas (freedom section)
Perlindungan karat pada masing-masing kawat tunggal (monostrand) di kabel terdiri dari epoxy-coating atau galvanisasi, gemuk, dan lapisan polyethylene (PE coating). Seluruh kawat dibungkus dan dilindungi dengan lapisan luar HDPE (High-density polyethylene). Kumpulan kabel dilindungi oleh pipa (HDPE stay pipe) yang mempunyai ketahanan terhadap lingkungan seperti anti retak, anti penuaan dan lain-lain serta anti getaran yang disebabkan oleh angin, hujan sesuai standar Technical Condition for Hot-extruding PE Protection High Strength Wire Cable of Cable-stayed Bridge GB/T18365-2001 dan High Density Polyethylene Compounds for Construction Cable CJ/T3078-1998.
C. Bagian angker (Anchored section)
Terdapat dua kombinasi angker yaitu angker hidup pada kedua ujung dan angker hidup pada salah satu ujung serta angker mati pada ujung kabel yang lain. Bagian angker terdiri dari anchor head, socket, sealing device dan lock device.
D. Bagian antara (Transition section)
Bagian transisi terdiri dari damping device, cable hoop dan waterproof device.
Alat peredam (Damping Device) diletakkan pada bagian ujung keluar dari pipa pengarah dan dibuat dari karet kenyal serta menyekat kabel pada struktur dengan tujuan untuk meredam getaran yang terjadi pada kabel tersebut
Simpai kawat menjaga keleluasaan kabel agar terbentuk kompak untuk meningkatkan kekakuan dari kabel secara keseluruhan
Waterproof device menghubungkan stay cables ke struktur dan menjaga rembesan air kedalam kabel.
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN (TESTING AND INSPECTION)
Karakteristik angker dari stay cable system (sebagai contoh dalam hal ini produk OVM250 China) mengikuti “the National Standard, Anchorage, Grip and Coupler for Prestressing Tendons, GB/T14370-2000 yang mana harus dicapai efisiensi η > 95% dan ε > 2%.
Terhadap angker dan kawat prategang dilakukan pengujian kelelahan (fatique test) pada tegangan sampai dengan 250 N/mm² (diatas tegangan 0,45 σь) untuk ketahanan atas lebih dari 2 (dua) juta load cycles sesuai FIP standard, Recommendations for Stay Cable Design, Testing and Installation.
Stay cables harus terlihat baik performancenya pada kondisi tegangan rendah (0,15 – 0,45 σь) serta terjamin baik karakteristiknya pada pengujian performance dari angker.
METODE PEMASANGAN
Terdapat berbagai cara pemasangan stay cables yang tergantung kondisi lapangan, serta hambatan ruang dan waktu. Berikut ini dijelaskan dua methode utama sebagai berikut :
a). Pertama kali, PE strands ditempatkan dan distress. Kemudian damping device dan strands hoop dipasang pada tempatnya. Terakhir, segmen selubung HDPE dipasang satu demi satu dengan sambungan HDPE kemudian di sekat pada ceruk pipanya.
b). Kawat prategang ditempatkan setelah selubung luar HDPE terpasang Pertama, selubung HDPE dibentuk dahulu dengan panjang sesuai kebutuhan. Kemudian selubung pengarah yang dikaitkan dengan sebuah kawat prategang (strand) ditarik masuk keposisinya dengan menggunakan mesin penarik mini untuk kemudian dipasang pada tempatnya. Selanjutnya kawat-kawat prategang yang diperlukan, ditempatkan dalam stay pipa HDPE, selanjutnya distress satu per-satu sampai selesai.
Kawat-kawat prategang dari stay cable system di pasang satu persatu. Kabel dan angker harus di rangkai pada konstruksi dilapangan secara benar. Kabel tunggal prategang harus dicoating dengan epoxy, kemudian diberi gemuk dan di Hot Extruded dengan HDPE coating di pabrik. Oleh sebab itu tidak diperlukan lagi perlindungan korosi tambahan. Gulungan kawat prategang dibawa kelapangan kemudian dipotong sesuai kebutuhan untuk di rangkai/dipasang. Kawat prategang yang telah siap tersebut diangkat dengan hati-hati dan cepat untuk kemudian distress.
Tahapan pemasangan PC Girder dapat digambarkan sebagai berikut :
Tempatkan crane mengapung dekat Tower, pasang bagian bawah Tower;
Pasang sejumlah segmen Girder baja pada Tower secara balance cantilever;
Tempatkan crane didekat Tower;
Diarah darat, girder dipasang bertahap menuju arah tower;
Girder lanjutan dipasang dari arah tower ke arah darat;Demikian juga pasang girder dari Tower ke arah Tower yang lain
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-2/jembatan-cable-stayed
Bangunan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya untuk menerima beban-beban yang diberikan bengunan atas dan kemudian menyalurkan kepondasi, beban tersebut selanjutnya disalurkan ke tanah oleh pondasi.
Abutment adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung pilar – pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup (Angin, kendaraan, dll) dan mati (beban gelagar, dll) pada jembatan.
End Dam = Akhir jembatan
Top of Roadway = Jalan
Bearing Seat = Pengunci
Battered pile = Tumpuan / Penyangga
Pile = Penyangga
Bagian – bagian dari Battred pile
Battered pile di gunakan untuk memberikan tekanan terhadap kekuatan horizontal. Juga dikenal sebagai penjepit tiang, memacu tiang.
Pelaksanaan pembuatan pier head/ pile cap dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pembuatan bekisting, pembesian, dan pengecoran. Pengecoran dilakukan dalam dua tahap, yaitu bagian bawah pier dan bagian atas pier.
Setelah bekisting selesai dikerjakan, dilakukan pekerjaan pembesian yang meliputi pemasangan/ pengelasan besi WF pengikat tiang pancang, pembesian tulangan pilar bagian bawah, pilar samping, dan pilar bagian atas. Setelah semua tulangan terpasang, tahap berikutnya adalah pekerjaan pengecoran.
Loading dari dek diterapkan untuk abutment melalui bantalan. Maksimum beban bantalan vertikal diperoleh dari analisis dek. Beban ini, bersama-sama dengan jenis pengekangan yang dibutuhkan untuk mendukung geladak, akan menentukan jenis bantalan yang disediakan.
Elastomer Bearing Pads / Bantalan adalah karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara jembatan dengan pondasi utama.
Sifat elastomer ‘utama’ ini tidak mutlak berperilaku sebagai ‘sendi’ atau ‘roll’ murni, tapi dalam aktual fisik di lapangan, jembatan yang menggunakan tipe tumpuan seperti ini berperilaku layaknya bertumpuan sendi-roll murni dalam pemodelan (komputer). Memang ada banyak ‘tambahan’ komponen selain tumpuan utama untuk mencapai keadaan tersebut dan perilakunya menyerupai mekanika sendi-roll.
Set lengkap tumpuan elastomeric untuk jembatan antara lain sbb :
Elastomeric bearing utama (menahan displacement vertikal; sedikit displacement horisontal dan kemampuan rotasi-sesuai desain)
Seismic buffer (menahan displacement horisontal berlebih arah memanjang jembatan)
Anchor bolt (menahan uplift yang mungkin terjadi pada salah satu tumpuan pada saat gempa)
Bahan elastomeric bearing sendiri terbuat dari karet yang biasanya sudah dicampur dengan neoprene (aditif yang memperbaiki sifat karet alam murni) dan didalamnya diselipkan berlapis2 pelat baja dengan ketebalan dan jarak tertentu untuk memperkuat sifat tegarnya.
Biasanya tumpuan karet tersebut dipasang setelah pengecoran slab beton untuk lantai selesai (setelah beton kering), guna menghindari translasi dan rotasi awal yang timbul akibat deformasi struktur jembatan oleh beban mati tambahan.
Karena sifat karet yang lebih rentan terhadap panas dan fluktuasi cuaca, biasanya dalam kurun waktu tertentu tumpuan2 ini dicek oleh pemilik dan bila perlu di replace dengan unit yang baru.
Untuk jembatan baja dengan bentang lebih dari 60 meter biasanya tipe ini sudah jarang digunakan karena keterbatasannya.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-jembatan-2/abutment-jembatan