Pemeriksaan Lendutan Jalan dengan Alat Benkelman Beam


A.   MAKSUD DAN TUJUAN

Metode ini digunakan sebagai pegangan dalam pengujian perkerasan jalan dengan alat  Benkelman Beam yaitu dengan cara mengukur gerakan vertikal pada permukaan lapis jalan melalui pemberian beban roda yang diakibatkan oleh beban tertentu.
Tujuan dari pemeriksaan Benkelman Beam ini adalah untuk memperoleh data lapangan yang akan bermanfaat pada :

  1. Penilaian struktur perkerasan
  2. Perbandingan sifat-sifat struktural sistem perkerasan yang berlainan.

 B.   BENDA UJI

Permukaan aspal di jalan raya


C. PERALATAN

1. Truk dengan spesifikasi standar sebagai berikut :

–          Berat kosong truk (5 ± 01) Ton
–          Jumlah as 2 buah, dengan roda belakang ganda
–          Beban masing-masing roda belakang ban ganda yaitu (4,08 ± 0,045) Ton atau (9000 ± 100) Lbs
–          Ban dalam kondisi baik dan dari jenis kembang halus (zig-zag) dengan ukuran 25,4 x 50,8 cm atau 10 x 20 inchi
–          Tekanan angin ban (5,5 ± 0,0) kg/cm2 atau (80 ± 1) Psi
–          Jarak sisi kedua bidang kontak ban dengan permukaaan jalan antara 10-15 cm atau 4-6 inchi
2. Alat timbang muatan praktis yang dapat dibawa kemana-mana (Portable Weight Bridge) kapasitas 10 Ton.

  1. Alat Benkelman Beam terdiri dari dua batang yang mempunyai panjang total standar (366 ± 0,16) cm yang terbagi menjadi 3 bagian dengan perbandingan 1 : 2 sumbu 0 dengan perlengkapan sebagai berikut :

–          Arloji pengukur (dial Bouge) berskala mm dengan ketelitian 0,01 mm
–          Alat penggetar (Buzzar)
–          Alat pendatar (Waterpass)

  1. Pengukur tekanan yang dapat mengukur tekanan angin ban minimum 5 kg/cm2 atau 80 Psi.
  2. Termometer (5oC-70oC) dengan perbandingan skala 10C atau (40F-140F) dengan pembagian skala 1oF.
  3. Rol meter 30 m dan 3 m (100ft dan 10ft).
  4. Formulir lapangan dan hardboard).
  5. Minyak arloji pengukur dan alkohol murni untuk membersihkan batang arloji pengukur.
  6. Perlengkapan keamanan bagi petugas dan tempat pengujian :

–          Tanda batas kecepatan lalu lintas pada saat melewati tempat pengujian pada ditempatkan ±50 m didepan dan dibelakang truk.
–          Tanda penunjuk lalu lintas yang dapat dilewati.
–          Tanda lampu peringatan terutama bila pengujian malam hari.
–          Tanda pengenal kain yang dipasang pada truk dibagian depan dan belakang.
–          Tanda pengaman lalu lintas yang dipegang oleh petugas.
–          Pakaian khusus petugas yang warnanya dapat dilihat jelas oleh pengendara.


D. PELAKSANAAN

  1. Memasang batang pengukur Benkelman Beam sehingga menjadi sambungan kaku.
  2. Dalam keadaan batang pengukur terkunci, menempatkan Benkelman Beam pada bidang datar, kokoh dan rata misalnya pada lantai.
  3. Mengatur kaki sehingga Benkelman Beam dalam keadaan datar.
  4. Menempatkan alat penyetel pada alat yang sama dan mengatur sehingga alat berada dibawah tumit batang (TB) dari batang pengukur, kemudian mengatur landasan sehingga batang menjadi datar dan mantap.
  5. Melepaskan pengunci (P) atau batang pengukur atau menurunkan ujung batang perlahan-lahan hingga TB terletak pada penyetel.
  6. Mengatur arloji pengukur (AP2) Benkelman Beam pada kedudukannya hingga ujung arloji pengukur bersinggungan dengan batang pengukur, kemudian dikunci dengan kuat.
  7. Mengatur arloji pengukur alat penyetel (AP1) pada dudukannya hingga ujung batang arloji bersinggungan dengan batang pengukur tepat diatas TB kemudian dikunci dengan erat.
  8. Mengatur kedudukan batang arloji pengukur Benkelman Beam dan batang arloji alat penyetel, sehingga batang arloji dapat bergerak ± 5 mm
  9. Dalam kedudukan seperti h diatur kedua jarum arloji pengukur pada angka nol.
  10. Menghidupkan alat penggetar, kemudian menurunkan plat penyetel dengan memutar skrup pengatur, sehingga arloji pengukur pada formulir yang sudah tersedia dapat dibaca.
  11. Melakukan seperti j berturut-turut pada setiap penurunan batang arloji pengukur 0,25 mm sampai mencapai penurunan, mencatat pembacaan arloji pada setiap penurunan tersebut.
  12. Dalam keadaan kedudukan seperti k, menaikkan penyetel berturut-turut pada setiap kenaikan batang arloji pengukur 0,25 mm sampai mencapai kenaikan 2,5 mm (tumit batang kembali pada kedudukan normal).
  13. Hasil pembacaan arloji Benkelman Beam dikalikan dengan faktor skala batang Benkelman Beam (perbandingan jarak antara tumit batang sampai sumbu nol terhadap jarak antar sumbu nol sampai belakang ujung belakang batang pengukur) untuk alat Benkelman Beam yang umum digunakan dengan faktor perbandingan 1 : 2 maka pembacaan arloji tersebut dikalikan dengan 2.
  14. Jika pembacaan arloji Benkelman Beam berbeda dengan hasil pembacaan pada arloji alat penyetel berarti ada kemungkinan kesalahan pada alat seperti gesekan pada sumbu yang terlalu besar atau peluru-peluru sumbu yang terlalu longgar.
sumber : https://tekniksipil.id/pemeriksaan-lendutan-jalan-dengan-alat-benkelman-beam/

Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar

1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis agregat kasar serta kemampuannya menyerap air. Besarnya berat jenis yang diperiksa adalah untuk agregat dalam keadaan kering, berat kering permukaan jenuh ( Saturated Surface Dry ), berat jenis semu ( Apparent ).

Keterangan :
– Berat jenis ( Bulk Specific Grafity ) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suatu suhu tertentu.
– Berat jenis kering permukaan ( SSD ) yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
– Berat jenis semu ( Apparent Specific Grafity ) ialah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
– Penyerapan adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.

2. PERALATAN
– Timbangan kapasitas 5 Kg dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat
– penggantung keranjang.
– Keranjang kawat
– Bak perendam
– Oven, dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai ( 110 ± 5 )°C
– Alat pemisah contoh
– Saringan No. 4
– Pan

3. BENDA UJI
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 diperoleh dari alat pemkisah contoh atau cara perempat, sebanyak kira – kira 2, 25 Kg.

4. PROSEDUR PERCOBAAN
– Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan – bahan lain yang melekat pada permukaan.
– Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 105°C sampai berat tetap.
– Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama satu jam, kemudian menimbang dengan ketelitian 0,5 gram ( Bk ).
– Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama ( 24 ± 4 ) jam.
– Keluarkan benda uji dari dalam air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang ( SSD ), untuk butiran yang besar pengering harus satu persatu.
– Timbang benda uji kering permukaan jenuh ( Bj ).
– Letakkan benda uji dalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan menentukan beratnya dalam air ( Ba ).
– Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan ke suhu standar ( 25°C ).

5. PERHITUNGAN
– Berat jenis ( Bulk Specify Gravity ) = Bk/(Bj-Ba)
– Berat jenis SSD = Bk/(Bj-Ba)
– Berat jenis semu = Bk/(Bk-Ba)
– Penyerapan ( Arbsorbsi ) = (Bj -Bk )/Bk x 100 %

Dimana :
Bk = Berat Benda Uji Kering Oven ( gram )
Bj = Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh ( gram )
Ba = Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh di dalam Air ( gram )

6. LAPORAN
hasilnya dilaporkan dalam Form. PB – 0202 – 76, dengan bilangan desimal sampai dua angka di belakang koma.

7. HASIL PENGAMATAN

TABEL HASIL PEMERIKSAAN BERAT JENIS
DAN
PENYERAPAN AIR
AGREGAT KASAR

PB – 0202 – 76

PEMERIKSAAN I II RATA – RATA
Berat Benda Uji Kering Oven ( Bk ) 2, 250 2,250 2, 250
Berat Benda uji Kering Permukaan Jenuh ( SSD ) ( Bj ) 2, 496 2, 350 2, 423
Berat Benda Uji di dalam Air ( Ba ) 1, 472 1,384 1, 428
Berat Jenis ( Bulk ) Bk/(Bj-Ba) 2, 197 2,329 2, 263
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh Bj/(Bj-Ba) 2, 437 2, 432 2, 434
Berat Jenis Semu ( Apparent ) Bk/(Bk-Ba) 2, 892 2, 598 2, 745
Penyerapan ( Arbsorption ) (Bj-Bk)/Bk x 100 % 10, 93 % 4, 44 % 7, 68 %

8. PENGOLAHAN DATA

I. – Berat Jenis ( Bulk ) = Bk/(Bj-Ba) = (2,250)/(2,496 -1,472) = 2, 197

– Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh = Bj/(Bj-Ba) = (2,496)/(2,496 -1,472) = 2, 437

– Berat Jenis Semu ( Apparent ) = Bk/(Bk-Ba) = (2,250)/(2,250 -1,472) = 2, 892

– Penyerapan ( Arbsorption ) = (Bj-Bk)/Bk x 100 % = (2,496 – 2,250 )/(2,250) x 100 %

= 10, 93 %

II. – Berat Jenis ( Bulk ) = Bk/(Bj-Ba) = (2,250)/(2,350 -1,384) = 2, 329

– Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh = Bj/(Bj-Ba) = (2,350)/(2,350 – 1,384) = 2, 432

– Berat Jenis Semu ( Apparent ) = Bk/(Bk-Ba) = (2,250)/(2,250 – 1,384 ) = 2, 892

– Penyerapan ( Arbsorption ) = (Bj-Bk)/Bk x 100 % = (2,350 – 2,250 )/(2,250) x 100 %

= 7, 685 %

9. GAMBAR PERALATAN

10. KESIMPULAN
percobaan “ Berat Jenis dan Penyerapan Air pada Agregat Kasar “, maka dapat disimpulkan bahwa Agregat Kasar yang diperiksa memiliki Berat Jenis rata – rata sebesar 2, 434. Dan memiliki nilai Penyerapan rata – rata sebesar 7, 685 %.

sumber : 
https://ikanbodoh.wordpress.com/2014/04/16/pemeriksaan-berat-jenis-dan-penyerapan-agregat-kasar-2/

Metode Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus


1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis ( Bulk Specific Grafity ) agregat halus serta kemampuannya menyerap air. Besarnya berat jenis yang diperiksa adalah untuk agregat dalam keadaan kering, berat kering permukaan jenuh ( Saturated Surface Dry ), berat jenis semu

( Apparent Specific Grafity ).

Keterangan :
– Berat jenis ( Bulk Specific Gravity ) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suatu suhu tertentu.
– Berat jenis kering permukaan ( SSD ) yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
– Berat jenis semu ( Apparent Specific Gravity ) ialah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
– Penyerapan adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.

2. PERALATAN
– Timbangan.
– Kerucut terpancung ( Cone ) diameter bagian atas ( 40 ± 4 ) mm dan diameter bagian dalam ( 90 ± 3 ) mm, tinggi ( 75,3 ± 3 ) mm. Yang terbuat dari logam.
– Batang penumbuk.
– Oven.
– Piknometer ( Labu Ukur ) 500 ml.
– Saringan No. 4.
– Nampan

3. BENDA UJI
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 diperoleh dari alat pemisah contoh sebanyak kira – kira 500 gram.

4. PROSEDUR PERCOBAAN
– Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu 110°C, sampai berat tetap. Yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 ( tiga ) kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut – turut, tidak mengalami perubahan berat lebih besar dari 0, 1 %. Dinginkan pada suhu ruang kemudian rendam dalam air selama ±24 jam.
– Buang air perendam secara hati – hati, jangan ada butiran yang hilang, menebarkan agregat di atas talam, keringkan di udara panas dengan cara membolak – balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh.
– Pemeriksaan kedaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda ke dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, kemudian angkat kerucut terpancung. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh, tetapi masih dalam keadaan tercetak.
– Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh, masukkan 500 gram benda uji ke dalam piknometer. Masukkan air suling sampai 90 % isi piknometer, putar sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya. Untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, atau dapat juga dilakukan dengan merebus piknometer.
– Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan ke suhu standar 25°C.
– Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.
– Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0, 1 gram ( Bt ).
– Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu ±110°C sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji.
– Setelah benda uji dingin, kemudian timbanglah ( Bk ).
– Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian dengan suhu standar 25°C ( B ).

5. PERHITUNGAN
– Berat jenis ( Bulk Specify Grafity ) = Bk/(B+500-Bt)
– Berat jenis SSD = 500/(B + 500 – Bt)
– Berat jenis semu = Bk/(B+ Bk – Bt)
– Penyerapan ( Absorbsi ) = (500 -Bk )/Bk x 100 %
Dengan :
Bk = Berat benda uji Kering Oven
Bt = Berat labu Ukur + air
B = Berat labu Ukur + Air
500 = Berat Benda Uji dalam Keadaan Kering Permukaan

6. LAPORAN
Hasilnya dilaporkan dalam form PB – 0203 – 76, dengan bilangan desimal sampai dua angka di belakang koma.

7. HASIL PENGAMATAN

TABEL
HASIL PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR PADA AGREGAT HALUS
PEMERIKSAAN I II RATA – RATA
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh ( SSD ) ( 500 ) 500 – –
Berat Benda Uji Kering Oven ( Bk ) 487, 7 – –
Berat Piknometer diisi Air ( 25°C ) 868 – –
Berat Piknometer + Benda Uji ( SSD ) + Air ( 25°C ) (Bt ) 1089 – –
Berat Jenis ( Bulk Specify Grafity ) Bk/(B+500-Bt) 1, 748 – –
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh 500/(B + 500 – Bt) 1, 792 – –
Berat Jenis Semu ( Apparent Specific Grafity ) Bk/(B+ Bk – Bt) 1, 828 – –
Penyerapan ( Arbsorption ) (500 -Bk )/Bk x 100 % 2, 52 – –

8. PENGOLAHAN DATA
– Berat Jenis ( Bulk Specify Grafity ) = Bk/(B+500-Bt) = (487,7)/(868 + 500 – 1089)= 1, 748

– Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh = 500/(B + 500 – Bt) = 500/(868 + 500 – 1089) = 1, 792

– Berat Jenis Semu ( Apparent Specific Grafity ) = Bk/(B+ Bk – Bt) = (487, 7)/(868+ 487,7 – 1089)= 1,828

– Penyerapan ( Arbsorption ) = (500 -Bk )/Bk x 100 % = (500 -487,7 )/(487,7) x 100 %
= 2, 52 %

9. KESIMPULAN
Jadi, berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan didapatkan bahwa Agregat Halus tersebut memiliki nilai Berat Jenis ( Bulk ) sebesar 1,748 dan memiliki nilai Penyerapan ( Arbsorption ) sebesar 2,52 %.

sumber : https://ikanbodoh.wordpress.com/2014/04/16/pemeriksaan-berat-jenis-dan-penyerapan-agregat-halus/

Metode Pengujian Batas Cair Tanah (Liquid Limit)

A. Tujuan 

 Mencari kadar air pada batas antara keadaan cair dengan cara Cassagrandee, yang akan digunakan untuk menentukan sifat dan klasifikasi tanah.

rangkumantekniksipil.blogspot.com

 B. Dasar Teori 

Batas cair tanah adalah keadaan antara cair dan plastis/keadaan air tanah bisa diputar 25 kali ketukan dengan alat Cassagrande, tanah sudah dapat merapat (sebelumnya terpisah dalam jalur yang dibuat dengan solet). Batas cair didefinisikan sebagai kadar air yang paling rendah dimana tanah berada dalam keadaan cair atau suatu keadaan dimana tanah berubah dari keadaan cair menjadi plastis. Batas cair dalam persen berat kering, dimana kedua penampang tanah yang hampir bersentuhan tetapi tidak saling melimpahi satu terhadap yang lain. 

 C. Alat dan Bahan 

1. Alat batas cair standart (Atterberg) 
2. Alat pembuat alur (grooving tool) 
3. Spatula 
4. Botol, berisi air suling (botol semprot) 
5. Mangkuk porselin 
6. Tin box/cawan 
7. Desicator 
8. Oven 
9. Neraca 

 D. Cara Kerja 

  1. Siapkan mangkok batas cair, bersihkan dari lemak atau kotoran yang menempel dengan menggunakan eather. 
  2. Atur ketinggian jatuh mangkuk, dengan cara sebagai berikut : 
  3. - >>Kendurkan kedua baut penjepit, lalu putar handel/tuas pemutar sampai posisi mangkuk mencapai tinggi jatuh setinggi 10 mm. 
  4. - >>Untuk menentukan tinggi jatuh mangkuk, kendurkan baut belakang, angkat mangkuk masukkan bagian ujung tungkai pemutar alur ASTM tepat masuk diantara dasar mangkuk dan alasnya, kencangkan kembali baut bagian belakang. 
  5. Ambil sampel tanah sekitar 100 gram yang lolos saringan no.40 lalu letakkan didalam mangkuk porselin. 
  6. Tambahkan air suling sedikit demi sedikit, aduklah sampel tanah tersebut menggunakan spatula sampai homogeny. 
  7. Setelah mendapat campuran yang homogeny, ambil sampel tanah tersebut, masukkan kedalam mangkuk alat batas cair. Ratakan permukaannya sehingga sejajar dengan dudukan alat. Bagian yang paling tebal harus ± 1 m. 
  8. Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkuk tersebut, gunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis tengah mangkuk secara simetris dengan posisi tegak lurus permukaan mangkuk. 
  9. Putarlah tuas/handel pemutar dengan kecepatan 2 putaran perdetik (dalam 1 detik mangkuk jatuh 2 kali) sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang ½ “ (12.5 mm). Catat jumlah pukulan yang terjadi untuk mencapai kondisi yang bersinggungan tersebut. 
  10. Ambil sebagian benda uji dari mangkuk tersebut dengan menggunakan spatula, masukkan ke dalam cawan, tentukan kadar ai tanah. 
  11. Ulangi prosedur pengujian mulai dari prosedur no. 4 s/d no.7 dengan variasi penambahan air yang berbeda. 

E. Pembahasan 

      Batas cair tanah yaitu jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah.Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah dalam keadaan alami. 

   Pada hasil percobaan menggunakan Cassagrande di peroleh data cawan 1 timbang kosong mempunyai berat 6,7 gr, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 38,7 gr, dan setelah dioven beratnya menjadi 30,6 gr. Pada cawan 2 timbang kosong mempunyai berat 6,7 gr, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 20,2 gr, dan setelah dioven beratnya menjadi 17,4 gr. Pada cawan 3 timbang kosong mempunyai berat 6,5 gr, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 30 gr, dan setelah dioven beratnya menjadi 25,6 gr. Pada cawan 4 timbang kosong mempunyai berat 5,7 gr, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 25,4 gr, dan setelah dioven beratnya menjadi 22 gr. 

    Dari hasil percobaan cassagrande (batas cair) diperoleh data kadar air (Ka) untuk cawan 1 = 33,89%, cawan 2 = 26,17%, cawan 3 = 23,04% dan cawan 4 = 20,86%. Dengan ketukan masing-masing sebesar 12,15,34 dan 37. Pada kadar air % sampel tanah pada cawan 1 akan mengalami perubahan konsistensi dari plastis menjadi cair. 

      Pengolahan tanah seharusnya pada kandungan air tanah yang tepat, yaitu tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diadsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti. 

    Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah. Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. tekstur kasar mempu menahan air yang lebih kecil daripada tanah yang teksturnya halus.. (Hardjowigeno, S., 1987)

rangkumantekniksipil.blogspot.com


F. Kesimpulan 

        Bahwa nilai batas cair tanah (Liquid Limit) dapat dilihat dari besaran kadar air dalam persen yang ditentukan dari 25 pukulan pada pengujian batas cair maka nilai kadar air tersebut dapat dilihat dari grafik yang telah dibuat yaitu

        Dari peroleh persamaan grafik tersebut bahwa semakin kecil ketukan maka makin banyak kadar airnya, sebaliknya semakin banyak ketukannya maka semakin sedikit kadar airnya.

sumber : http://rangkumtekniksipil.blogspot.com/2017/07/metode-pengujian-batas-cair-tanah.html

SIfat Beton

SIfat Beton
Faktor Air Semen

Beton adalah campuran antara air, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), dan juga semen. Beton mempunyai sifat antara lain kekuatan, berat jenis, modulus elastisitas, kerapatan air, ketahanan terhadap aus, cuaca, zat kimia, dll

Kekuatan beton

Beton bersifat getas, mempunyai kuat tekan tinggi namun kuat tariknya rendah.

Pada dasarnya kuat tekan beton tergantung pada 3 hal, yaitu :

  1. Kekuatan pasta (semen dan air)
  2. Daya rekat antara pasta dengan butir agregat
  3. Kuat tekan agregat

Secara lebih rinci kuat tekan beton dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut :

  1. Umur beton
  2. Fas (faktor air semen)
  3. Kepadatan
  4. Jumlah pasta semen
  5. Jenis semen
  6. Sifat agregat

1. Umur beton

Kuat tekan beton makin tinggi dengan bertambahnya umur beton. Laju kenaikan kuat tekan mula-mula cepat, lama-lama makin lambat, laju kenaikan menjadi relatif sangat kecil setelah berumur 28 hari, maka standar kuat tekan beton adalah pada umur 28 hari.

Laju kenaikan dipengaruhi oleh beberapa faktor :

  • Jenis semen
  • Fas
  • Suhu sekeliling

2. Fas (faktor air semen)

Fas merupakan perbandingan berat antara air dan semen portland di dalam campuran beton.

Hubungan antara fas dengan kuat tekan beton secara umum menurut Duff Abrams adalah sebagai berikut :

Faktor Air Semen
Faktor Air Semen

3. Kepadatan

Kuat tekan beton berkurang jika kepadatan berkurang. Beton yang kurang padat berarti di dalam beton berisi rongga rongga sehingga kuat tekannya berkurang.

4. Jumlah pasta semen

Fungsi pasta semen untuk merekatkan butir butir agragat. Pasta semen berfungsi maksimal jika seluruh pori antar butir agragat terisi penuh dengan pasta semen.

Jika pasta semen terlalu banyak maka kuat tekan didominasi oleh pasta, bukan agregat. Umumnya kuat tekan pasta semen lebih rendah dari agregat.

5. Jenis semen

Masing masing jenis semen mempunyai sifat tertentu sehingga akan mempengaruhi terhadap kuat tekan beton.

6. Sifat agregat

Agregat terdiri dari agregat halus (pasir dan agregat kasar (kerikil atau batu pecah)

Sifat agregat yang mempengaruhi kekuatan beton antaranya:

  • Kekasaran permukaan
  • Bentuk agragat
  • Kuat tekan agregat

Berat jenis beton

Menurut berat jenisnya beton dapat dibagi menjadi :

  • Beton ringan, Bj < 1,9
  • Beton normal, Bj 2,2 – 2,5
  • Beton berat, Bj > 3

Modulus elastisitas beton

  • Modulus elastisitas beton dipengaruhi oleh modulus elastisitas agregat dan pastanya.
  • Modulus elastisitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas

Susut pengerasan beton

Volume beton setelah keras sedikit lebih kecil dari volume sewaktu masih segar, karena selama mengeras mengalami penyusutan yang disebabkan oleh penguapan air.

Yang susut adalah pastanya, agregat tidak susut karena tidak berubah volume. Susutan beton sekitar 2.10-3, sedangkan susutan pasta sekitar 6.10-3. Untuk mengurangi susut yang tidak terarah biasanya dibuat celah celah pada jarak tertentu.

Kerapatan air (kedap air)

Bagian bangunan yang diharapkan tidak kedap air antara lain :

  • Plat atap
  • Dinding basement
  • Tandon air
  • Kolam renang

Kedap air juga berfungsi supaya tulangan yang ada di dalam beton tidak berkarat

Pembuatan beton kedap air dengan cara :

  • Menambah butiran pasir halus
  • Menambah jumlah semen ( 280 – 380 kg per m3 )
  • Fas sekitar ( 0,4 – 0,5)
  • Memakai jenis semen tertentu

Ketahanan beton terhadap aus dan kejut

Pada bangunan tertentu diharapkan mempunyai ketahanan terhadap :

  • Ausan
  • Abrasi
  • Erosi

Pada bangunan ini biasanya menggunakan beton khusus. Bangunan tersebut antara lain :

  • Perkerasan jalan raya
  • Landasan pesawat terbang
  • Permukaan bendung
  • Dasar saluran
  • Dasar terjunan
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-beton/sifat-beton

Metode Pengujian Batas Cair Dengan Alat Casagrande

Batas cair tanah adalah kadar air minimum dimana sifat suatu jenis tanah berubah dari keadaan cair menjadi plastis, batas tanah berbutir halus dapat ditentukan dengan pengujian Casagrande

A. Metode Casagrande
Bagian utama alat ini terdiri dari cawan (bowl) dan bantalan karet yang keras (rubber base). secara Skematik metode casagrande dapat dilihat pada gambar berikut :

Untuk melakukan uji batas cair, sejumlah pasta tanah (tanah yang dicampur rata dengan air sampai homogen) ditempatkan ke dalam cawan. selanjutnya, pasta tanah yangtelah diratakan dibagi menjadi  dua bagian terbentuk celah antara dua bagian dengan meggunakan alat pembuat alur (grooving tool) yang standar. dengan menggunakan tangkai pemutar, cawan akan terangkat setinggi 10 mm dan jatuh dengan 2 putaran perdetik. jumlah pukulan yang menyebabkan tertutupnya celah sepanjang 12.7 mm (0.5 in) dicatat dan contoh tanah diambil guna diuji kadar airnya. Kadar air yang diperlukan untuk menutup celah sepanjang 12.7 mm pada 25 kali pukulan didefinisikan sebagai batas cair.
Dalam praktek, cukup sulit mengatur agar celah dapat tertutup pada 25 kali pukulan hanya dengan satu kali pengujian. oleh karena itu, diperlukan tiga sampai empat kali data lagi dengan kondisi kadar air yang berbeda-beda dengan jumlah pukulan antara 15-35. Hubungan antara kadar air dan julah pukulan ini selanjutnya digambarkan dalam grafik semi logaritma, Dari pasangan data tersebut ditarik suatu hubungan linear yang terbaik yang disebut flow curve. Kadar air pada jumlah pukulan 25 yang dihasilkan dari flow curve ini selanjutnya ditetapkan sebagai batas cair tanah.
Penentuan batas cair dengan metode casagrande memiliki banyak kelemahan sebagimana dinyatakan sendiri dalam Casagrande (1958). Sherwood dan riley (1970) setidaknya mengidentifikasi keterbatasan metode tersebut:

  1. Pada beberapa jenis tanah, terutama yang sedikit mengandung pasir halus, terdapat kesulitan dalam membuat alur yang membagi dua bagian pasta tanah
  2. Bila tanah yang memiliki plastisitas rendah tidak menuttup celah secara plastis, namun cenderung runtuh dan menjadi cair (liquefy) karena getaran dalam cawan sebagai akibat dari gaya dinamis
  3. Sangat dipengaruhi oleh kemampuan orang yang melakukan terutama untuk memastikan apakah celah telah tertutup atau belum.
sumber : https://el-sering.blogspot.com/2016/01/batas-cair.html

Metode Percobaan Pemeriksaan Ukuran Butir Tanah


 1.   TUJUAN

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi ukuran butir tanah, hingga ukuran pasir (saringan No.10). Penentuan dan analisa butiran tanah yang lebih kecil dari 0,075 atau lolos dari saringan No.10  digunakan analisa dengan hidrometer.

2.   DASAR TEORI
            Pada dasarnya partikel-partikel pembentuk struktur tanah mempunyai ukuran bentuk yang beraneka ragam, baik pada tanah kohesif maupun tanah non kohesif. Sifat suatu tanah banyak ditentukan oleh ukuran butir dan distribusinya.Sehingga dalam mekanika tanah analisa ukuran butir banyak dilakukan/dipakai sebagai acuan untuk mengklasifikasikan tanah.

A. ANALISA SARINGAN
1. TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi ukuran butir tanah, hingga ukuran pasir (saringan No.10). Penentuan dan analisa butiran tanah yang lebih kecil dari 0,075 atau lolos dari saringan No.10  digunakan analisa dengan hidrometer.

2. PERALATAN
a.       Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
b.      Saringan 3 inchi  ; 1 inchi ; 3/4 inchi ; 1/2 inchi ; No.4 ; No.8 dan No.10
c.       Alat penumbuk.
d.      Oven
e.       Talam / baki.
f.       Sikat pembersih saringan
g.      Shieve shaker


3. BENDA UJI
a.       Tanah dibiarkan mengering diudara hingga tercapai keadaan rapuh. Setiap gumpalan butiran dipecah hingga merata. Untuk penghancuran sampel dapat digunakan alat penumbuk dari karet.
b.      Benda-uji diaduk sampai merata lalu dibagi-bagi agar dapat dikeringkan dalam oven, setelah kering sampel ditimbang.

4. PROSEDUR PENGUJIAN
Untuk memudahkan pekerjaan, penyaringan dibagi dalam 3 (tiga) tahap yakni :
-       Ukuran butiran halus          (lebih kecil dari No.10)
-       Ukuran butiran sedang       (3/4 inchi sampai No.10)
-       Ukuran butiran kasar          (3/4 inchi)

Penyaringan butiran halus.
Penyaringan ini dilaksanakan pada analisa ukuran butiran tanah dengan hidrometer. (Lihat analisa dengan hidrometer).

Penyaringan butiran kasar.
a.       Sampel disaring dengan saringan 3/4 inchi, kemudian semua bahan yang melalui saringan dikumpulkan. Butiran yang tertahan diatas saringan dibersihkan dengan menggunakan penyikat kawat.
b.      Dalam keadaan kering, sampel yang tertinggal diatas saringan 3/4 inchi disaring kembali dengan saringan yang lebih besar. Jumlah sampel diatas masing-masing saringan ditimbang dan dicatat.
c.       Secara teliti, sampel yang melalui saringan 3/4 inchi dicampur, dengan cara quartering diperoleh fraksi dengan berat yang cukup banyak untuk analisa butiran sedang.

Penyaringan butiran sedang
a.       Sampel disaring dengan ayakan No.10 dan semua bahan yang melalui saringan ditabur dalam baki atau piring yang besar, lalu sambil diaduk-aduk secara merata. Dibiarkan sekurang-kurangnya selama 1 jam.
b.      Sampel diguncang kemudian dituangkan kedalam air melalui saringan No.10 dengan mebiarkan air pencucinya mengalir terbuang. Pencucian diteruskan hingga air pencucinya tidak lagi kotor. Sampel yang tertinggal dalam saringan dikembalikan kedalam baki.
c.       Seluruh sampel dalam baki dikeringkan dalam oven, setelah kering lalu disaring dengan saringan 3/4 inchi, No.4, No.8, dan No.10 dalam keadaan dingin.
d.      Dari sampel yang melalui saringan No.10 diambil dan digunakan seluruhnya pada analisa Hidrometer.


ANALISA HIDROMETER

1.  TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan susunan ukuran butiran tanah yang mempunyai diameter lebih kecil dari 0,075 atau yang lolos saringan No.10 dengan menggunakan alat hidrometer. Hidrometer tersebut berfungsi untuk mengetahui specific gravity larutan setiap waktu pengamatan. Dari data data tersebut dapat digambarkan grafik distribusi butiran yang merupakan hubungan antara diameter dan prosentase yang lolos.


2.  DASAR TEORI
        Pada dasarnya tanah memiliki berbagai ukuran dan bentuk yang beraneka ragam baik tanah kohesif maupun tanjah non kohesif . sifat tanah banyak ditentukan oleh ukuran butiran dan distibusinya, sehingga analisa ukuran butiran banyak dipakai sebagai acuan dalam Mekanika Tanah. Selain itu analisa ukuran butiran dapat digunakan untuk :
1.              Memperoleh informasi gradasi tanah
2.              Kandungan butiran dan bahan organik
3.              Mengetahui permeabilitas tanah
4.              Untuk mengetahui perkiraan tinggi air kapiler
5.          Perencanaan filter pencegahnya terhanyutnya butiran halus.
        Pengujian ini dilakukan dengan dua cara yaitu analisa hidrometer dan analisa ayak. Dalam pengujian kali ini sample yang digunakan adalah tanah yang lolos ayakan no.200, hal ini berarti diklasifikasikan dalam tanah berbutir halus. Maka dari itu untuk menganalisa butir tanah ini digunakan pengujian analisa hidrometer. Yang dimaksud dengan hidrometer adalah alat yang dicemplungkan ke dalam suatu larutan untuk menegetahui berat jenis larutan, dan kemudiadapat dipakai untuk menentukan density larutan tanah dan air dari waktu kewaktu sebagai fungsi dari diameter butiran ekivalen.

3. PERALATAN
a.    Hidrometer dengan skala-skala konsentrasi (5 - 60 gram/liter) atau untuk pembacaan berat jenis campuran (0,995 - 1,038).
b.    Tabung-tabung gelas kapasitas 1000 ml, dengan diameter 6,5 cm.
c.    Termometer 0 - 50  °C dengan ketelitian 1 °C.
d.    Pengaduk mekanis dan mangkok dispresi / mechanical stirer.
e.    Saringan-saringan No.10 ; No.20 ; No.40 ; No.80 ; No.100 ; No.200.
f.     Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
g.    Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5 ).
h.    Tabung-tabung gelas dengan ukuran 50 ml dan 100 ml.
i.      Batang pengaduk dari gelas.
j.      Stop watch.
4. BENDA UJI
Benda  uji  disiapkan  sesuai dengan cara menyiapkan contoh tanah pada pemeriksaan  PB - 0106 - 76 atau secara langsung sebagai berikut  :
a.         Jenis-jenis tanah yang tidak mengandung batu atau hampir semua butirannya lebih halus dari saringan No. 10. Dalam hal ini benda uji tidak perlu dikeringkan dan tidak perlu disaring dengan saringan No. 10.
b.        Jenis-jenis tanah yang mengandung batu atau mengandung yang lebih kasar dari saringan no. 10. Keringkan contoh diudara sampai bisa disaring. Ambil benda uji yang lewat saringan No. 10.
c.         Tentukan kadar airnya untuk menentukan berat benda uji sesuai PB - 0106 - 76.
5. PROSEDUR  PERCOBAAN
a.       Rendamlah benda uji tersebut dengan 100 ml air suling dan bahan dispersi waterglass sebanyak 20 ml, atau 50 ml air suling dan bahan dispersi SHP (sodium hexametaphospat) sebanyak 100 ml, aduk sampai merata dengan pengaduk gelas dan biarkan terendam selama 24 jam.
b.      Sesudah perendaman, pindahkan campuran semua ke dalam mangkok pengaduk dan tambahkan air suling sampai kira-kira setengah penuh. Aduklah campuran selama 15 menit.
c.       Pindahkan campuran semuanya ke dalam tabung gelas ukur dan tambahkan air suling atau air bebas mineral sampai campuran menjadi 1000 ml. Tutuplah rapat-rapat mulut tabung tersebut dengan telapak tangan dan kocoklah dalam arah mendatar selama 1 menit.
d.      Segera setelah dikocok letakan tabung dan dengan hati-hati masukkan hidrometer. Biarkan hidrometer terapung bebas, dan tekanlah stop watch. Bacalah  angka   skalanya   pada saat stopwatch menunjukkan 0,5 menit ; 1 menit dan 2  menit  dan  catatlah  pada  Form No.06. Bacalah pada puncak meniscus nya dan catatlah pembacaan itu sampai 0,5 gram per liter yang terdekat atau 0,001 berat jenis (Rh). Sesudah pembacaan pada menit kedua, angkatlah hidrometer dengan hati-hati, cuci dengan air suling dan masukkan ke dalam air tabung yang berisi air suling yang bersuhu sama seperti suhu tabung percobaan.
e.       Masukkan kembali hidrometer dengan hati-hati ke dalam tabung dan lakukan pembacaan hidrometer pada saat-saat 5, 15, 30 menit, 1, 4, 24 jam.Sesudah setiap pembacaan dan kembalikan hidrometer ke dalam air suling. Lakukan proses memasukkan dan mengangkat hidrometer masing-masing selama 10 detik.
f.       Ukur suhu campuran tersebut sekali dalam 15 menit yang pertama, kemudian pada setiap pembacaan berikutnya.
g.      Sesudah pembacaan terakhir, pindahkan campuran tersebut ke dalam saringan No. 200 dan cucilah air pencucinya hingga jernih dan biarkan air ini mengalir terbuang. Fraksi yang tertinggal diatas saringan No. 200 harus dikeringkan dan dilakukan pemeriksaan analisa saringan agregat halus dan kasar.


6.  ANALISA DATA

PEMERIKSAAN
 UKURAN  BUTIRAN TANAH
PB – 0107 – 76

A.     ANALISA SARINGAN

a. Fraksi Kasar                                                           Berat tanah kering : 2500 gram
Saringan


Berat tertahan

(gram)
Jumlah berat
Tertahan
(gram)
Persentase
Persen seluruh
contoh yang lewat
(%)
tertahan
(%)
lewat
(%)
3 inchi
0
0
0
100
100
1 inchi
58
58
2,32
97,68
97,68
3/4 inchi
237
295
11,8
88,2
88,2
1/2 inchi
415
710
28,4
71,6
71,6


b. Fraksi sedang                                                         Berat tanah kering : 2500 gram

Saringan 
Berat tertahan
( gram )
Jumlah Berat Tertahan (gram)
Persentase
Persen seluruh Contoh yang lewat (%)
Tertahan
(%)
Lewat
(%)
3/8 inchi
321
1031
41,24
58,76
58,76
No.4
525
1556
62,24
37,76
37,76
No.8
312
1868
74,72
25,28
25,28


c. Fraksi Halus                                                           Berat Tanah Kering: 2500 gram

Saringan 
Berat tertahan
( gram )
Jumlah Berat Tertahan (gram)
Persentase
Persen seluruh Contoh yang lewat (%)
Tertahan
(%)
Lewat
(%)
No.10
128
1996
79,84
20,16
20,16
No.20
271
2267
90,68
9,32
9,32
No.40
104,5
2371,5
94,86
5,14
5,14
No.80
66
2437,5
97,5
2,5
2,5
No.100
14
2451
98,06
1,94
1,94
No.200
35,6
2486,6
99,484
0,516
0,516
PAN
12,8
2499,4
99,996
0,004
0,004

Analisa Perhitungan :
·         Persentase Tertahan 1 inchi (%) gram     = x 100 %
                                                                 = 2,32 %

·         Persentase Lewat 1 inchi (%) gram     = 100 % - Persentase Tertahan 1 inchi (%) gram
= 100 % - 2,32 %
= 97,68 %
  • Persentase Tertahan  inchi (%) gram   = x100 %
                                                                 = 9,48 %

  • Persentase Lewat  inchi (%) gram   = 97,68 % - Persentase Tertahan (%)  inchi
= 97.68 % - 9,48 %
= 88,2 %


II. ANALISA HIDROMETER

Fraksi Lewat Saringan No.200                                       Berat tanah kering 80 gram
Lama Pengamatan
(menit)
Suhu
(oC)
Pembacaan Hidrometer
Rh
Diameter Butiran
D
Koreksi Suhu kt
Pembacaan Terkoreksi
(Rh+kt)
Koreksi Berat
Jenis a
Persen Total
Mengendap
0
0
0
0
0
0
0,98
0
0.5
25
11
0,00869
1,3
12,3
0,98
15,06
1
25
11
0,00869
1,3
12,3
0,98
15,06
2
25
10
0,00875
1,3
11,3
0,98
13,84
5
25
8
0,00883
1,3
9,3
0,98
11,39
15
25
5
0,00898
1,3
6,3
0,98
7,71
30
25
4,5
0,00899
1,3
5,8
0,98
7,11
1 jam
25
3
0,00907
1,3
4,3
0,98
5,27
4 jam
25
1
0,00915
1,3
2,3
0,98
2,82
24 jam
25
0
0,00921
1,3
1,3
0,98
1,59

Contoh Perhitungan :
  • Kt = Berdasarkan tabel nilai faktor koreksi suhu, (tabel 6.1 Petunjuk Praktikum, hal.22)
  • a = Berdasarkan tabel nilai faktor koreksi berat jenis (a), tabel 6.2, hal 22.
  • Diameter Butiran (D) =
-          K   = Faktor koreksi Total (Tabel 6.3, buku panduan  praktikum )
-          Hr  = Dalam efektif hydrometer (Tabel 6.4, buku panduan praktikum)
-          T    = Waktu
-          Persen total mengendap (P) %

Dari grafik gradasi tanah diperoleh:
            D60 =    9
            D10 =    2,5
            D30 =   0,65

A. Koefisien Keseragaman (Cu)
Cu =  =

B. Koefisien Gradasi (Cc )
Cc =  =


7. KESIMPULAN
·  Dengan menggunakan berbagai ukuran ayakan, kita dapat membedakan antara fraksi kasar,
     sedang, halus.
·   Dengan alias hidrometer kita dapat mengetahui ukuran butiran tanah yang lebih kecil  dari
butiran yang lolos ayakan No.200
·   Tanah yang lolos ayakan No.200 adalah tanah lanau
·   Dari hasil perhitungan Cu > 4, maka tanah tsb bergradasi baik dan mamiliki susunan yang
     rapat


8. NOTASI & KETERANGAN
Hr = dalam efektif hidrometer (lihat Tabel 6.4)
t  = lamanya waktu pengamatan (detik)
K  = faktor koreksi total (lihat Tabel 6.3)
Kt  =  faktor koreksi suhu (lihat Tabel 6.1)
a  =  faktor koreksi untuk berat jenis (lihat Tabel 6.2)
h1  =  jarak dari pembacaan Rh ke leher hidrometer (cm), lihat nomogram.
h   =  tinggi kepala dari leher sampai dasar kepala (cm).
Vh  =  volume kepala hidrometer (ml)
A  =  luas penampang silinder (cm2), didapat dengan membagi volume 
                                 silinder (1000 cm3) dengan jarak antara tanda 0 dan 1000.

sumber : http://heryudhahendra.blogspot.com/2017/12/percobaan-iv-pemeriksaan-ukuran-butir.html