Metode Flow Table test


Untuk memudahkan pengerjaan pemasangan bata merah sebagai bahan bangunan maka diperlukan campuran yang ideal (tidak terlalu encer maupun terlalu kering). Hal tersebut dimaksudkan supaya dalam pengerjaan nantinya tidak sulit dengan kekuatan tekan yang optimal dengan faktor air semen tertentu.Tujuan dilakukan pengujian ini adalah untuk mengetahui berapa % penyebaran mortar yang akan digunakan supaya tercapai kondisi yang ideal.
Benda uji yang digunakan adalah mortar yang digunakan untuk pengujian kuat tekan bata. Sedangkan peralatan yang digunakan antara lain :
  1. Meja sebar
  2. Kaliper
  3. Alat perata (spatel)
  4. Nampan

Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
  1. Siapkan mortar dengan perbandingan yang ditetapkan 1:3, 1:4, 1:5.
  2. Ukur diameter atas dan bawah serta tinggi cincin sebar yang akan digunakan.
  3. Masukan mortar tersebut kedalam cincin meja sebar sampai penuh dan ratakan permukaannya dengan menggunakan pisau perata.
  4. Usahakan jangan sampai ada rongga didalam cincin meja sebar.
  5. Sebelum meja sebar dijalankan angkat cincin dari mortar sehingga yang terdapat diatas meja sebar tinggal mortarnya.
  6. Jalankan mesin sampai 25 ketukan ±15 detik.
  7. Setelah selesai ukur kembali diameter yang terjadi pada mortar setelah mesin dijalankan.
  8. Catat berapa penyebaran yang terjadi.

Berikut ini adalah hasil contoh pengujian dan perhitungan
1. Pengukuran dimensi cincin
Ukuran Cincin
Ukuran Cincin
2. Diameter mortar setelah diuji (d1)
21,50 ; 22,53 ; 22,30
rata-rata = { 21,50 + 22,53 + 22,30 } / 3 = 22,1 cm
3. Nilai sebar mortar
( d1 – d0 ) / d0 = ( 22,1 – 10,01 ) / 10,01 = 1,2

Kesimpulan
Nilai sebar mortar = 1,2
Mortar yang terbentuk baik untuk bahan bangunan karena pennyebarannya stabil.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bahan-bangunan/flow-table-test

Cara Pengadukan Beton

Cara Pengadukan Beton
Mungkin sebagian besar tukang atau pelaksana bangunan selalu melakukan hal ini yaitu membuat campuran beton atau mengaduk campuran beton. Namun tidak ada salahnya kita menyimak uraian berikut ini. Dalam pembuatan campuran beton, harus dilakukan dengan benar. Karena jika salah dalam cara mengaduk bahan dasar beton, maka akan mengurangi kekuatan beton itu sendiri. Dalam uraian kali ini akan dijelaskan bagaimana cara membuat adukan beton agar sesuai dengan mutu beton yang diinginkan.
Bahan yang dibutuhkan yaitu bahan dasar beton berupa pasir, kerikil, semen, dan air. Sedangkan alat-alat yang dibutuhkan yaitu
  1. Cangkul.
  2. Bejana.
  3. Sekop.
  4. Ember.
  5. Timbangan.
  6. Tongkat penusuk adukan.
  7. Mesin molen.
Pelaksanaan pengadukan adukan beton adalah mengikuti langkah-langkah seperti di bawah ini :
A. Pengukuran
Semen Portland dan agregat ( pasir dan kering kerikil ) diukur secara teliti dengan berat atau melalui proses penimbangan, adapun air yang digunakan dapat diukur dengan menggunakan berat atau dengan volumenya ( gelas ukur ).
B. Pencatatan
Suatu formulir data yang jelas yang memuat jumlah bahan yang akan dicampur harus ditetapkan terlebih dahulu. Penimbangan agregat dapat dimulai dari pasir yang halus (apabila diameter pasir dan kerikil dipisahkan menjadi beberapa kelompok) kemudian ditambah dengan agregat yang berdiameter lebih besar (penimbangan dilakukan secara komulatif). Dengan demikian secara keseluruhan berat pasir dan kerikil tidak berbeda banyak dengan berat rencana, bila dibandingkan dengan cara pasir dan kerikil ditimbang sendiri-sendiri.
C. Cara Penimbangan
  1. Sebelum ditimbang, agregat ( pasir dan kerikil ) harus dalam keadaan jenuh kering muka. Timbanglah agregar ( pasir dan kerikil ) dengan timbangan yang mempunyai ketelitian sampai 0.1kg. Agregat diisikan ke dalam sebuah bejana atau tempat lain yang volumenya cukup untuk setengah atau semua agregat (pasir dan kerikil). Bejana itu kemudian ditimbang.
  2. Berat kumulatif agregat ( pasir dan kerikil ) yang dikontrol sebelum bejana diisi dengan kelompok agregat ( pasir dan kerikil ) yang berbutir lebih besar.
  3. Menimbang semen portland dengan timbangan yang mempunyai ketelitian sampai 0,001Kg.
D. Cara Pengadukan
  1. Sambil mesin aduk diputar (masukkan air sebanyak sekitar 0.80 kali yang direncanakan ).
  2. Masukkan agregat ( pasir dan kerikil ) kedalam mesin aduk, dan masukkan pula semen di atas batuan ( pasir dan kerikil ) itu.
  3. Selanjutnya masukkan air sedikit demi sedikit sampai adukan tampak mempunyai kelecakan (konsistensi) yang cukup.
  4. Waktu pengadukan sebaiknya tidak kurang dari 3 menit.
  5. Adukan beton segar kemudian dikeluarkan dan ditampung dalam bejana yang cukup besar. Bejana itu harus sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan pemisahan kerikil bila dituang dalam cetakan.
Catatan :
Bila diinginkan nilai faktor air semen yang pasti, maka semen dan air dicampur diluar mesin aduk dengan nilai faktor air semen tersebut, kemudian dimasukkan kedalam mesin aduk sedikit demi sedikit sampai kelecakan tampak cukup.
Berikut ini adalah salah satu contoh perencanaan adukan beton :

Bahan Campuran Beton
Bahan Campuran Beton

a. Faktor semen = 0,55
b. Nilai slam = 14,5 ; 18 ; 20
c. Nilai slam rata-rata = (14,5 + 18 + 20) / 3 = 17,5 cm
Dari hasil percobaan diatas pengadukan beton didapat nilai Fas sebesar  0.55 dan nilai Slam sebesar = 17,5 cm. Pada pengerjaan beton untuk plat, balok, kolom dan dinding nilai slam tanpa alat getar umumnya berkisar antara 7.5-15 cm. Penyebab adukan ini gagal karena pengerjaan yang salah yaitu dari segi penimbangan yang kurang teliti dan sewaktu pengadukan terjadi penambahan air. Sehingga beton ini tidak memenuhi syarat untuk pengerjaan beton. Beton ini akan menjadi baik jika ditambah pasta.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bahan-bangunan/cara-pengadukan-beton

Metode Agregate Impact Test


Tujuan pemeriksaan agregate impact test adalah untuk mengetahui kekuatan agregat terhadap beban kejut. Benda uji yang digunakan dalam pengujian adalah agregat yang lolos saringan no 3/“ dan tertahan no.4 sebanyak 300 gram

Peralatan yang digunakan antara lain :
  1. Agregat Impact Machine. Alat ini masih digerakkan secara manual dengan tenaga manusia. Berat total mesin tidak lebih dari 60 kg dan tidak kurang dari 40 kg. Dasar mesin terbuat dari baja dengan diameter 300 mm dan memiliki berat antara 22 sampai 30 kg.
  2. Cylindrial Steel Cup memiliki diameter dalam 102 mm dan kedalaman 50 mm. Ketebalan cup tidak lebih dari 6 mm.
  3. Palu baja yang digunakan memiliki berat antara 13,5 sampai 14,0 kg dengan bagian bawah (bidang kontak) merupakan lingkaran dan berbentuk datar. Diameter kontak sebesar 100 mm dan ketebalan 50 mm, dengan chamfer 1,5 mm. Palu diatur sedemikian rupa sehingga dapat naik turun dengan mudah tanpa gesekan berarti. Palu baja bergerak jatuh bebas dengan tinggi jatuh 380 ± 5 mm, diukur dari bidang kontak palu sampai permukaan sampel didalam cup.
  4. Alat pengunci palu dapat diatur sedemikian rupa untuk dapat memudahkan pergantian sampel dan pemasangan cup.
  5. Saringan dengan diameter 14,0 mm ; 10,0 mm ; dan 2,36 mm.
  6. Besi penusuk dengan panjang 230 mm serta memiliki potongan melintang lingkaran berdiameter 10 mm.
  7. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr.


Alat Uji Agregate Impact Test
Alat Uji Agregate Impact Test

Saringan Agregat
Saringan Agregat

Timbangan Ketelitian 0,1 Gram
Timbangan Ketelitian 0,1 Gram


Cara Pelaksanaan adalah sebagai berikut :
  1. Timbang cup (Cylindrial Steel Cup) dengan ketelitian 0,1 gram (W1).
  2. Isilah cup dengan sampel dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan besi penusuk secara merata di seluruh permukaan. Tiap lapis, tongkat dijatuhkan secara bebas dengan ketinggian tidak lebih dari (>) 5 cm dari permukaan lapisan. Pada lapis terakhir, isi cup dengan agregat agar tidak menyembul dan padatkan.
  3. Ratakan permukaan sampel dengan besi penusuk dan timbang (W2).
  4. Hitunglah berat awal sampel (A’ = W2 – W1).
  5. Letakkan mesin Impact Agregat pada lantai datar dan keras, seperti lantai beton.
  6. Letakkan cup berisi sampel pada tempatnya dan pastikan letak cup sudah baik dan tidak akan bergeser akibat tumbukan palu.
  7. Atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan permukaan sampel 380 ± 5 mm.
  8. Lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel. Angkat palu pada posisi semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas). Tumbukan dilakukan sebanyak 15 kali dengan tenggang waktu tumbukan tidak kurang dari satu detik.
  9. Setelah selesai saring benda uji dengan saringan 2,36 mm selama satu menit dan timbang berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang dinyatakan sebagai B gr dan yang tertahan sebagai C gr.
  10. Ulangi prosedur tersebut untuk sisa sampel berikutnya.
berikut adalah contoh hasil pengujian dan perhitungan


Contoh Hasil Pengujian dan Perhitungan                   Contoh Hasil Pengujian dan Perhitungan

Percobaan impact test dilakukan untuk mengetahui kekuatan agregat terhadap beban kejut, sehingga struktur yang direncanakan, terutama di persimpangan dan di runway nantinya dapat menahan beban kejut tersebut.

Kesimpulan
Menurut SNI 03-4426-1997 syarat maksimum kekuatan agregat = 30%.
Hasil pengujian Agregate Impact Value diatas = 14,76% → 14,76% < 30 % ……..OK
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan kekuatan agregate memenuhi syarat. Sehingga agregat bisa digunakan untuk campuran aspal.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/agregate-impact-test#:~:text=Percobaan%20impact%20test%20dilakukan%20untuk,dapat%20menahan%20beban%20kejut%20tersebut.&text=Menurut%20SNI%2003%2D4426%2D1997,maksimum%20kekuatan%20agregat%20%3D%2030%25.

Metode Vane Shear Test (VST)


Tujuan          

Untuk menyelidiki/mengetahui jenis-jenis lapisan tanah(stratigrafi) pada setiap kedalaman. Menetapkan kedalaman untuk pengambilan contoh tanah asli atau tidak asli, Pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli untuk keperluaan penyelidikan lebih lanjut di Laboratorium. Mengukur kekuatan geser langsung di lapangan.

Dasar Teori

Penyelidikan tanah dilapangan dibutuhkan untuk data perencanaan pondasi bangunan. Penyelidikan dapat dilakukan dengancara menggali lubang-percobaan (trial-pit), pengeboran, dan pengujian langsung dilapangan(in-situ test ). Terdapat beberapa cara penyelidikan tanah yang berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dan sifat-sifat teknisnya,diantaranya : 

a)        Lubang-percobaan (trial-pit) 
b)        Bor tangan (hand auger) 
c)        Bor cuci (wash boring) 
d)        Penyelidikan dengan pencucian (wash probing). 

Vane Shear Test (VST) merupakan alat in-situ yang digunakan untuk menentukan nilai kuat geser tak terdrainase dari suatu tanah. Kapasitas VST dapat mencapai pada kuat geser hingga 200 kPa pada tanah lunak jenuh air. Dari penelitian sebelumnya, pengujian VST pada tanah dengan konsistensi medium hingga lempung lunak diperoleh nilai su ≤ 50 kPa. VST juga dapat digunakan pada tanah lanau, gembur dan material tanah lainnya yang dapat diprediksi kekuatan geser tak terdrainase-nya.  
Metode penggunaan VST ini tidak dapat diaplikasikan pada 10 tanah pasir, gravel, dan jenis tanah lainnya yang memiliki permeabilitas tinggi. Pada penelitian sebelumnya diperoleh bahwa alat VST memang dibutuhkan untuk tes pada tanah yang memiliki permeabilitias rendah untuk respon dari suatu pengujian untuk menggambarkan kuat geser tak terdrainase. Tes ini dilakukan pada tahun 1919 di Swedia kemudian dikembangkan oleh John Olsson (di Flodin dan Broms, 1981). VST terdiri dari empat baling-baling (blade) berbentuk persegi panjang dengan sudutnya 90˚, baling-baling tersebut kemudian akan didorong masuk ke dalam tanah kemudian diikuti dengan pengukuran torsi yang dibutuhkan pada prosedur uji ketika baling-baling menggeser tanah. Torsi yang didapat dapat mengukur seberapa besar perlawanan tanah yang muncul akibat pergeseran yang diterima dari baling-baling. 


Beberapa keuntungan dari penggunaan VST ini adalah : 

1.  Salah satu metode in-situ yang ekonomis dan cukup cepat dalam prosedur pengujian di lapangan.  
2.   Dapat mengukur kuat geser tanah dalam kapasitas yang besar hingga 200 kPa. 
3.  VST dapat menentukan propertis tanah lunak sensitif yang sulit dilakukan di laboratorium tanpa perlakuan yang halus.  
4.    Salah satu alat yang sering digunakan dalam menganalisis kuat geser tak terdrainase. 


Adapun beberapa kekurangan dari penggunaan VST ini adalah :

1.   VST dapat terjadi kesalahan (error) yang diakibatkan oleh kelebihan gaya gesek pada batang VST, kalibrasi torsi yang tidak sesuai, derajat putaran yang tidak memenuhi standar. 
2. Sangat tergantung pada operator dalam memutar VST sehingga keakuratan hasil sangat dipengaruhi pada operator yang melakukan.  

ASTM D2573 memberikan beberapa sumber-sumber mayor mengenai eror yang terjadi di alat uji vane shear.  Bor putar (rotary drill)Tujuan pengeboran salah satunya untuk mengambil sampel tanah asli (undisturbed sample) dan sampel tanah tidak asli(disturbed sample), sehingga kita dapat mengidentifikasi jenis-jenis lapisan tanah pada setiap kedalaman, apakah tanahtersebut berjenis pasir, lanau, lempung atau berupa gabungan dari jenis-jenis tanah tersebut. 

a)         Undisturbed sample/Contoh tanah asli 
Contoh tanah asli adalah suatu contoh yang masih menunjukkan sifat-sifat asli dari tanah yang ada padanya.Contoh ini tidak mengalami perubahan dalam struktur, kadar air (water content) atau susunan kimia. Contoh yang benar-benar asli (truly undisturbed samples) tidak mungkin diperoleh, akan tetapi dengan teknis pelaksanaan sebagaimana mestinya dan cara pengamatan yang tepat maka kerusakan-kerusakan contoh dapat diminimumkan. Contoh tanah asli ini diambil dengan memakai tabung-tabung contoh (sample tube). Alat ini berupa silinder berdinding tipis yang disambung dengan suatu pemegang tabung contoh, alat ini dipakai untuk lempung lunak sampai sedang. Tabung ini dimasukkan kedalam dasar lubang bor dan kemudian ditekan/ dipalukedalam tanah asli yang akan diambil contohnya. Uraian secara jelas tentang cara pengambilan sampel dibahas. 

b)        Disturbed sample/Contoh tanah tidak asli 
Contoh tanah tidak asli diambil tanpa adanya usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur tanah asli. Contoh ini dibawa ke laboratorium dalam tempat tertutup (kantung plastik) agar kadar air dalam tanah tidak berubah.Contoh ini dipakai untuk menentukan ukuran butiran, batas-batas atterberg, pemadatan, BJ dan lainnya.


Tabel. Klasifikasi tanah

Jenis-Jenis Tanah
Sifat Tanah
Mengidentifikasi Tanah Dilapangan
Ciri-cirinya
Keterangan
Pasir
Lepas
Dapat digali dengan sekop, pasak 50 mm dapat ditancapkan
Jika diremas dengan air akan terasa kasr
Padat
Dibutuhkan cangkul untuk menggali pasak kayu 50 mm sulit ditancapkan
Lanau
Lunak
Mudah diremas dengan jari
Jika diremas dengan air akan terasa seperti tepung beras
Mudah diremas dengan tekanan yang kuat pada jari-jari tangan
Lempung
Sangat lunak
Meleleh diantara jari-jari tangan ketika diremas
Jika diremas dengan air akan terasa seperti sabun
Lunak
Dapat diremas dengan tekanan jari yang kuat
Keras
Dapat diremas dengan tekanan jari yang kuat
Kaku
Tidak dapat diremas dengan jari, dapat digencet dengan ibu jari



PERALATAN

Alat bor terdiri dari : 
1)        stang bor secukupnya 
2)        kunci mata bor 
3)        T + engkol2 
Alat sampling terdiri dari : 
1)        Tabung sampel 
2)        Stick aparat + kunci yang sesuai 
Alat Vane terdiri dari : 
1)        Mata Vane + koupling 
2)        Stang vane secukupnya + kepala 
3)        Torsimeter4)Perlengkapan : 
1)        Kunci pipa 
2)        Parafin 
3)        Obeng / spatula 
4)        Kompor 
5)        Dongkrak & angker 
6)        Panci


 Prosedur Kerja

A.       Pengambilan Contoh Tanah Asli 
1)        Contoh tanah asli diambil pada setiap interval tertentu. 
2)        Pada kedua sisi lubang bor dipasang angker tempat dudukan rangka dongkrak. 
3)    Dasar lubang dibersihkan dari runtuhan tanah (memakai tangan kalau memungkinkan). 
4)        Mata bor dilepas dari stangnya dan diganti dengan stick aparat untuk memasang tabung sampel. 
5)        Ukur panjang tabung sampel kemudian tabung sampel dimasukkan ke dalam lubang bor hingga dasar lubang. 
6)        Pada bagian atas dari stangnya dipasang kepala untuk dudukan alas martil. 
7)        Tekan dengan cara memukul dudukan alas dengan martil sampai tabung sample terisi penuh. 
8)        Setelah tabung sampel penuh stang diputar 180 derajat untuk memutuskan tanah dibagian bawah tabung sampel kemudian ditarik ke atas dan dikeluarkan dari lubang. 
9)        Segera lepaskan tabung sampel dari stangnya lalu dibersihkan. Tanah pada kedua ujungnya dikorek sedikit kemudian ditutup dengan parafin cair yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian diberi label.

 B.       Vane Shear Test     
1)    Stel alat Vane yang terdiri dari mata vane (bagian bawah), kopling stang dan kepala (connection). 
2)    Masukkan alat Vane ke dalam lubang bor, di tekan/ dipukul hingga mata sampai kopling benar-benarmasuk ke dalam tanah asli.
3)    Dengan menggunakan kunci pas, putar stang bolak-balik hingga bagian stang terbebas dari pengaruh gesekan tanah.  
4)    Pasang torsi meter lalu putar perlahan-lahan searah dengan putaran jarum jam hingga terjadi keruntuhan yang ditunjukkan oleh menurunnya bacaan jarum hitam dari torsimeter sedangkan jarum merah menunjukkan bacaan maksimum kemudian catat bacaan tersebut.

Sumber : https://geezaliori20.blogspot.com/2017/04/vane-shear-testvst.html

Daftar Seluruh Produk

Daftar Seluruh Produk
karena banyak alat-alat yang tidak tercantum didalam daftar ini
maka harap langsung menghubungi kami untuk menanyakan alat-alat yang bapak / ibu butuhkan 

0813 2006 6151 ( Biand )
Telepon sekarang < klik link ini
Whatsapp sekarang < klik link ini 


Metode Batas Plastis/Plastic Limits (PL)



Tujuan

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan batas plastis suatu tanah (batas besarnya kadar air (wp), pada contoh tanah, dari kondisi semi plastis menjadi plastis dalam persen)


Landasan Teori

Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya. Plastisitas disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung dalam tanah. Istilah plastisitas menggambarkan kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan bentuk pada volume yang konstan tanpa retak-retak atau remuk.

Bergantung pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat, atau padat. Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut konsistensi. Konsistensi bergantung pada gaya tarik antara partikel mineral lempung. Sembarang pengurangan kadar air menghasilkan berkurangnya tebal lapisan kation yang menyebabkan bertambahnya gaya tarik partikel. Bila tanah dalam kedudukan plastis, besarnya jaringan gaya antar partikel akan sedemikian hingga partikel bebas menggelincir antara satu dengan yang lain, dengan kohesi yang tetap terpelihara. Pengurangan kadar air menghasilkan pengurangan volume tanah.

Atterberg (1911) memberikan cara untuk menggambarakan batas-batas konsitensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan hubungan kadar air tanah.  Batas-batas tersebut adalah batas cair(liquid limits), batas plastis(plastic limits), dan batas susut(shrinkage limits).

Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung.

Batas plastis (ASTM D-4318, 1998) didefinisikan sebagai kadar air di dalam tanah pada fase antara plastis dan semi padat. seperti telah diuraikan sebelumnya, apabila kadar air di dalam tanah berkurang, maka tanah menjadi lebih keras dan memiliki kemampuan untuk menahan perubahan bentuk. Perubahan tanah dari cair menjadi padat tersebut akan melalui fase yang dinamakan semi padat. Pengujian batas plastis dimaksudkan untuk menentukan besarnya kadar air di dalam contoh tanah pada saat tanah akan berubah dari fase plastis menjadi fase semi padat atau sebaliknya. 

Untuk mengklasifikasikan tanah digunakan distribusi ukuran butir. Namun pada tanah halus yaitu lanau dan lempung tidak ada hubungan langsung antara ukuran dan sifatnya. Oleh karena itu untuk menyatakan sifat dan mengklasifikasikannya maka dibuatlah batas-batas konsistensi yang juga disebut sebagai batas-batas Atterberg.

Batas-batas Atterberg terdiri atas Batas Cair (Liquidity Limit), Batas Plastis (Plasticity Limit), dan Batas Susut (Shrinkage Limit). Konsistensi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat kohesif partikel tanah dan kadar air yang terkandung di dalamnya.

Disebut konsistensi karena dibutuhkan kedudukan fisik tanah pada kadar air tertentu untuk tetap melekat dan tetap pada kondisinya. Jika batas konsistensinya dilewati maka tanah yang sebelumnya berada pada keadaan padat dapat berubah pada keadaan plastis, semi-plastis, dan cair.

Pada pengujian yang ada tanah yang dipakai harus melewati ayakan No. 40 ini berarti pengujian hanya bisa dilakukan pada tanah berbutir halus seperti lanau dan lempung. Dari praktikum yang dilakukan, diketahui bahwa saat kadar air pada conto uji meningkat maka jumlah pukulan pada alat casagrande menurun.  Jadi jika ingin pukulan pada alat casagrande lebih sedikit berarti air yang ada semakin banyak dan juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan saat terdapat air di dalam pori-pori tanah maka tanah berubah konsistensinya sehingga lebih mudah untuk bergerak dan juga diakibatkan lantai casagrande yang licin karena adanya air.

Pengujian dilakukan 4 kali agar mendapatkan 2 titik di bawah 25 pukulan dan 2 titik di atas 25 pukulan, hal ini dilakukan agar dalam pembuatan kurva aliran(flow curve) lebih mendekati kondisi tanah yang ada. Casagrande (1932) telah menyimpulkan bahwa tiap-tiap pukulan dari alat uji batas cair adalah bersesuaian dengan tegangan geser tanah sebesar kira-kira 1 g/cm2 (~0,1 kN/m2). Oleh karena itu, batas cair dari tanah berbutir halus adalah kadar air dimana tegangan tanahnya adalah kira-kira 25 g/cm2 (~2,5kN/m2). Maka dari itu batas cair ditentukan pada 25 pukulan alat casagrande.

Pada batas plastis sendiri jika digelintir hingga 3 mm dan terjadi retakan maka batas plastisitas tanah sudah terlampaui. Pada keadaan plastis suatu tanah pada kadar air tertentu akan memiliki gaya kohesif yang besar dan kadar air yang tepat sehingga partikel tanah dapat tergelincir tanpa berubah dari keadaan plastis. Ketika kadar air lebih sedikit maka partikel tanah tidak mempunyai bidang lincir yang cukup sehingga bisa terjadi retakan atau meninggalkan keadaan plastisnya.

Indeks  plastisitas atau plasticity index(PI) merupakann interval kadar air dimana tanah masih bersifat plastis. Oleh karena itu, indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan tanah. Jika tanah mempunyai PI tinggi, maka tanah mengandung banyak butiran lempung. Jika PI rendah seperti lanau, sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering. Batasan mengenai indeks plastisitas, sifat, macam tanah, dan kohesi diberikan oleh Atterberg terdapat dalam Tabel 


Tabel Indeks Plastisitas dan Macam Tanah

PI
Sifat
Macam Tanah
Kohesi
0
<7
7-17
>17
Non Plastis
Plastisitas Rendah
Plastisitas Sedang
Plastisitas Tinggi
Pasir
Lanau
Lempung Berlanau
Lempung
Non kohesif
Kohesif Sebagian
Kohesif
Kohesif


Tanah berbutir halus yang mengandung mineral lempung sangat peka terhadap  perubahan kandungan air. Atterberg telah menentukan titik-titik tertentu berupa batas cair (Liquid Limit, LL), batas plastis (Plastic Limit, PL) dan batas kerut/susut (Shrinkage Limit, SL). 

Dengan mengetahui nilai konsistensi tanah maka sifat-sifat plastisitas dari tanah juga dapat diketahui. Sifat-sifat plastisitas dinyatakan dengan harga indek plastisitas (Plasticity Index, IP) yang merupakan selisih nilai kadar air batas cair dengan nilai kadar air batas plastis (IP=LL – PL).

Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap perubahan kadar air dan mempunyai sifat kembang susut yang besar, serta besar  pengaruhnya terhadap daya dukung atau kekuatan tanah.

Indeks plastis merupakan gambaran dari keadaan tanah dalam keadaan plastis. Indeks plastis dihitung berdasarkan indeks cair dikurangi dengan indeks plastis. Selisih perhitungan tersebut sebagai indeks plastisitas tanah, kecuali terjadi kondisi sebagai berikut:

Jika batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan, indeks plastisitas dinyatakan dengan: NP (non plastis)
Jika batas plastis sama atau lebih besar dari batas cair, indeks plastisitas dinyatakan juga dengan: NP (non plastis).


Alat

  1. Cawan porselen.
  2. Pestel (penumbuk/penggerus) dengan kepala karet atau terbungkus karet.
  3. Spatula.
  4. Pelat kaca (30 cm × 30 cm).
  5. Saringan No. 40.
  6. Batang kawat ø 3 mm untuk ukuran pembanding.
  7. Air suling.
  8. Alat-alat pemeriksaan kadar air (oven, timbangan, gelas ukur, dan desikator)


Prosedur Percobaan

  1. Taruhlah contoh tanah dalam cawan porselen, campur air sedikit demi sedikit, aduk sampai benar-benar merata. Kadar air tanah yang diberikan adalah sampai tanah bersifat cukup plastis dan dapat mudah dibentuk menjadi bola dan tidak terlalu melekat pada jari, bila ditekan dengan jari.
  2. Remas dan bentuklah menjadi bentuk bola atau bentuk ellipsoida dari contoh tanah seberat sekitar 8 gram (diameter 13 mm). Gilinglah bola uji ini di atas pelat kaca yang terletak pada bidang mendatar di bawah jari-jari tangan dengan tekanan secukupnya sehingga akan terbentuk batang-batang yang diameternya rata. Gerakan menggiling tanah gunakan kecepatan kira-kira tiap ½ detik satu gerakan maju mundur.
  3. Bila pada penggilingan diameter batang telah menjadi sekitar 3 mm (bandingkan dengan batang kawat pembanding) dan ternyata batang ini masih licin, ambil dan potong-potong menjadi 6 atau 8 bagian; kemudian remas seluruhnya antara ibu jari dan jari-jari lain dari kedua tangan sampai homogen.
  4. Selanjutnya giling lagi seperti tadi. Jika digiling menjadi batang berdiameter 3 mm, ternyata batang masih licin, ulangi lagi remas menjadi bentuk bola lagi dan giling lagi, dst sampai batang tanah tampak retak-retak dan tidak dapat digiling menjadi batang yang lebih kecil (meskipun belum mencapai diameter 3 mm). 
  5. Segera masukkan batang adonan tanah tersebut ke dalam cawan dan tutuplah. Selanjutnya lakukan pemeriksaan kadar air.


sumber : https://geezaliori20.blogspot.com/2017/04/batas-plastisplastic-limits-pl.html