Struktur Kolom

Struktur Kolom

Kolom adalah elemen struktur yang menerima kombinasi beban axial dan lentur (momen). Beban axial yang terjadi berupa tekan, meskipun pada beberapa kasus, kolom bisa menerima beban axial tarik. Dan umumnya terletak vertikal pada bangunan. Biasanya kolom menerima beban momen baik pada satu atau kedua sumbu pada potongan melintang dan momen ini dapat menghasilkan tegangan tarik pada sebagian potongan melintang tersebut.

Fungsi kolom sangat penting bagi struktur gedung, yang apabila terjadi kegagalan pada kolom maka gedung akan runtuh, sedangkan bila kegagalan hanya terjadi pada balok maka gedung belum tentu runtuh.

Bentuk kolom menyesuaikan dengan fungsi dan estetika bangunan, dan umumnya berbentuk  :

  1. Bujur sangkar
  2. Segi empat
  3. Lingkaran.

Kolom beton bertulang mempunyai tulangan longitudinal (memanjang searah sumbu batang) yang paralel dengan arah beban. Untuk kolom dengan tulangan sengkang / segi empat atau lingkaran minimal mempunyai 4 tulangan longitudinal dan minimal 6 tulangan longitudinal untuk kolom dengan tulangan geser spiral menerus. Tulangan longitudinal ini merupakan tulangan pokok yang menahan beban axial dan momen dan untuk kolom mempunyai batasan 1 – 8 % untuk beban gravitasi saja dan 1 – 6 % untuk beban gempa dari luasan kolom beton bertulang, karena persentase yang lebih besar tidak ekonomis dan akan mempersulit pemasangan dan pengecoran. Sedangkan balok beton bertulang mempunyai persentase tulangan kira-kira antara 0,2 – 6 %. Sepanjang tulangan longitudinal dipasang tulangan geser sengkang ataupun spiral yang berfungsi menahan gaya geser dan berfungsi untuk memegang tulangan longitudinal agar tetap kokoh sehingga hanya dapat tertekuk pada tempat di antara dua pengikat dan juga mengurangi bahaya pecah (splitting) beton yang dapat mempengaruhi daktilitas/kekakuan kolom, karena tulangan sengkang, melingkar atau spiral memberikan tekanan kekang (confine)  pada penampang.

Kolom dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:

  1. Kolom pendek / short column yang kemampuannya dipengaruhi oleh kekuatan material dan bentuk geometri dari potongan melintang dan tidak dipengaruhi oleh panjang kolom karena defleksi lateral (lendutan ke samping) yang terjadi sangat kecil (tidak signifikan).
  2. Kolom langsing / slender column yaitu kolom yang kekuatannya akan terkurangi dengan adanya defleksi lateral. Kolom langsing dapat menjadi kolom pendek bila dipasangi lateral bracing ataupun dipasangi diafragma.

Dan kedua kategori kolom di atas maka masing-masing kategori dapat berupa:

  1. Kolom dengan tulangan dua sisi
  2. Kolom dengan tulangan terdistribusi

Kolom Dengan Tulangan Dua Sisi

Kolom menerima gaya aksial dan momen M, dan gaya M ini dapat digantikan dengan oleh gaya  P  tersebut  yang  bekerja  pada  eksentrisitas e = M/P. Bila nilai e ini relatif kecil maka seluruh penampang akan berada pada daerah tekan dan dianggap tidak ada momen yang bekerja.

Kolom Dengan Tulangan Dua Sisi
Kolom Dengan Tulangan Dua Sisi

Tulangan tekan pada kolom beton yang dibebani eksentris pada tingkat beban ultimit umumnya akan mencapai tegangan leleh, kecuali jika beban tersebut kecil, atau menggunakan baja mutu tinggi atau dimensi kolomnya relatif kecil. Sehingga umumnya diasumsikan bahwa baja tulangan tekan sudah leleh, kemudian baru regangan diperiksa apakah memenuhi ketentuan ini.

Desain maupun analisis pada kolom ditempuh dengan cara membuat suatu diagram interaksi antara momen pada ordinat dan gaya aksial pada aksis. Diagram interaksi menggambarkan interaksi antara momen dan aksial dalam berbagai variasi sehingga membentuk suatu grafik. Ada tiga titik utama pada diagram interaksi yaitu

  1. Gaya aksial saja : harga momen nol dan harga aksial maksimum
  2. Keadaan seimbang : kehancuran pada beton dan baja terjadi secara bersamaan
  3. Lentur murni : harga aksial nol

Pada perencanaan, setelah mendapatkan momen dan gaya aksial pada kolom dari mekanika struktur maka kita mencoba-coba dimensi kolom dan tulangan kemudian dari dimensi kolom tersebut dibuat diagram  interaksinya. Dan kita plotkan momen dan gaya aksial dari hitungan mekanika struktur tersebut. Bila berada di luar diagram maka kolom tidak mampu dan harus dicari dimensi lain, dan bila berada di dalam kolom dekat dengan diagram maka kolom mampu, tapi bila masuk namun terlalu jauh dari diagram maka kolom terlalu besar/boros. Titik pada diagram interaksi dapat ditambah satu lagi yaitu pembebanan tarik bila terjadi aksial tarik pada kolom.

Diagram Interaksi
Diagram Interaksi

Kolom Dengan Tulangan Terdistribusi

Tulangan terdistribusi lebih banyak dipakai untuk struktur kolom daripada tulangan dua sisi, meskipun begitu dalam perhitungannya memerlukan perhitungan yang banyak sehingga lebih mudah menggunakan program komputer dalam perhitungan kolom dengan tulangan terdistribusi.

Kolom Dengan Tulangan Terdistribusi
Kolom Dengan Tulangan Terdistribusi

Kolom Langsing / Slender Column

Suatu kolom yang tinggi dengan penampang kecil harus ditinjau terhadap pengaruh kelangsingan. Pengaruh kelangsingan hanya terjadi pada kolom dengan beban aksial tekan, karena kolom tarik tidak dipengaruhi oleh panjang kolom. Kolom langsing dapat mempengaruhi kekuatan, karena akan terjadi tekuk pada kolom yang menambah momen yang sudah ada. Momen ini disebut momen sekunder. Umumnya dalam perhitungan analisis struktur dengan komputer (misal : SAP atau ETABS) kelangsingan suatu kolom sudah dihitung otomatis sehingga tidak perlu dihitung lagi.

sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-beton/struktur-kolom

Pengolahan Jaringan Irigasi dan Permasalahannya

Pengolahan Jaringan Irigasi dan Permasalahannya

 Hubungan OP dan Rehabilitasi

Pengolahan jaringan irigasi muncul sebagai akibat dari beberapa hal antara lain

  • Pesatnya perkembangan penduduk dan industri (terutama di Jawa).
  • Keseimbangan antara pengendalian dan pemanfaatan air menjadi terganggu.
  • Ketersediaan air menurun, kebutuhan naik.
  • Gangguan pada catchment area.
  • Meningkatnya erosi (kandungan lumpur di sungai). Terjadi pendangkalan sehingga intake terganggu
  • Peningkatan usaha intensifikasi pertanian dan diversifikasi tanaman.
  • Adanya dukungan penyedia air sesuai WARUNG JAMU (Waktu Ruang Jumlah dan Mutu)

Untuk mengatasi hal tersebut diatas perlu adanya operasi pemeliharaan dan rehab jaringan irigasi yang memadai.

A. OPERASI

Operasi adalah kesatuan proses penyadapan air dari sumber air ke petak sawah serta pembuangan air yang berlebihan sehingga :

  • Penggunaan air secara efektif dan efisien.
  • Air yang tersedia dibagi adil dan merata
  • Pemberian air secara WARUNG JAMU (Waktu Ruang Jumlah dan Mutu)

Adapun kegiatan operasi mencakup beberapa hal antara lain

1. Pengumpulan data (Tugas dinas SDA / Irigasi kabupaten / kota, Provinsi balai wilayah sungai)

Data yang dikumpulan antara lain :

  • —Data hidrologi (φ yang tersedia)
  • —Data klimatologi (Kebutuhan air tanam)
  • —Data jenis tanaman, macam dan areal

2. Penyediaan air irigasi (Tugas dinas SDA / Irigasi kabupaten / kota, Provinsi balai wilayah sungai, Komir)

Kegiatan penyediaan air irigasi antara lain :

  • —Penyediaan dan pengaturan air irigasi untuk tanaman yang bersumber dari air hujan maupun air irigasi yang berasal dari mata air, sungai, waduk, maupun air tanah.
  • Rencana tahunan pada setiap daerah irigasi disiapkan oleh dinas kabupaten / provinsi / wilayah yang diusulkan oleh petani. Pembahasan dan kesepakatan rencana tahunan penyediaan air di komir.

3. Menyusun Rencana Tata Tanam (Tugas Komir) Partisipasi P3A / GP3A

  • —Masalah lahan yang akan di tanami.
  • —Tanggal dimulainya pemberi air irigasi.
  • —Pembagian golongan tanam.
  • —Jumlah golongan dalam satu daerah irigasi
  • —Tanggal mulai masa pengelolaan tanah dalam setiap golongan.
  • —Luas tanam padi gadu.
  • —Luas tanam polowijo & tebu.
  • —Adanya peran aktif dan partisipasi P3A / GP3A.
  • —Tersedia data debit andalan (Dinas SDA / Bidang SDA)

4. Menyusun Sistem Golongan (Tugas Dinas SDA / Bidang SDA, Komir) Partisipasi P3A / GP3A

  • φ kecil
  • Daerah irigasi dibagi 3 – 5 bagian / golongan.
  • Pembagian air pada awal berjarak 10 – 15 hari

5. Rencana Pembagian Air (Tugas dinas SDA / Irigasi / Kabupaten / Kota / Provinsi, Balai PSDA / WS)

  • Rencana tahunan pembagian air disusun oleh dinas / bidang SDA atau usulan P3A / GP3A
  • Penetapan oleh bupati / walikota / gubernur dan oleh pusat bila lintas provinsi atau strategis

6. Pemberian air irigasi (Tugas dinas irigasi provinsi / Kabupaten / kota, Balai wilayah sungai)

  • Kebutuhan air irigasi yang diperlukan
  • Kesepakatan dengan P3AApabila :φ tersedia > 70 % tersedia maka kelebihan masuk ke saluran pembuangan.φ tersedia < 70 %, dan > 50 % rencana maka pembagian air dengan rotasi sekunder A 3 hari dan sekunder B 3 hari berikutnya atau petak tersier 1,2,3,4 genap 3 hari, ganjil 3 hari berikutnya.
  • Cara pemberian air intermitten maka melalui waduk, pompa dengan 1 minggu operasi, 1 minggu tutup

7. Membuka dan menutup pintu (Tugas Dinas SDA Kab/Kota/ Prov, Balai WS)

  • Pintu intake / bendung
  • Pintu bangunan bagi di saluran primer / sekunder

8. Kalibrasi (Tugas dinas SDA Kabupaten / Kota / Provinsi, Balai WS)

Pengecekan kebenaran φ pada intake / bendung dan bangunan bagi dengan alat current meter atau pelampung.

9. MONEV (Tugas dinas SDA Kabupaten / kota / Provinsi, Balai WS)

Perencanaan operasi yang ada meliputi ketersediaan air, waktu pembagian air, tata tanam, dan sistem golongan.

B. PEMELIHARAAN

1. Kegiatan Pemeliharaan

  • Pengaman / Pencegahan
  • Pemeliharaan rutin
  • Pemeliharaan berkala
  • Pemeliharaan darurat

2. Pengamanan Jaringan Irigasi

  • Mencegah kerusakan jaringan irigasi yang diakibatkan oleh hewan, manusia, daya rusak alam.
  • Pengamanan terhadap bangunan bagi / pelengkap serta bangunan ukur.
  • Pengamanan terhadap garis sempadan, memasang tanda larangan, membuang sampah di saluran / bangunan, memasang portal / pada jalan inspeksi.

3. Pemeliharaan Berkala

  • Mengecat pintu air.
  • Menggali endapan lumpur.
  • Memperbaiki sayap dan tembok saluran.
  • Memperbaiki dan mengecat rumah bangunan bagi.
  • Meninggikan tanggul saluran.
  • Mengganti pintu air yang rusak.
  • Perbaikan akibat bencana alam secara permanen.

4. Pemeliharaan Darurat

Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti pengrusakan / penjebolan tanggul, longsoran tebing yang menutup jaringan, tanggul putus dll).

5. REHABILITASI

Apabila fungsi ≤ 60 % maka terjadi kerusakan ± 40 %

Hubungan OP dan Rehabilitasi
Hubungan OP dan Rehabilitasi

C. KEWENANGAN PENGELOLAAN IRIGASI

1. Pusat

Lintas provinsi, strategis, lintas negara, areal ≥ 3000 Ha

2. Provinsi

  • Lintas provinsi, strategis, lintas negara, areal > 1000 Ha ≤ 3000 Ha
  • Tugas pembantuan dari pusat

3. Kabupaten / Kota

  • Untuk kabupaten areal ≤ 1000 Ha
  • Tugas pembantuan dari provinsi atau pusat

4. Pemerintah Desa

Dibangun oleh desa

5. P3A / GP3A

Tinjauan tersier, bila ikut ke sekunder dilaksanakan oleh GP3A.

6. Badan Usaha, Badan Sosial dan Perorangan

Bertanggung jawab atas pengelolaan jaringan irigasi yang dimiliki.

D. PERMASALAHAN PENGOLAHAN IRIGASI

1. Prasarana Fisik

  • Kondisi inventarisasi
  • OP jaringan dilaksanakan dengan baik?

2. Fasiltas Penunjang

* Peralatan Pemeliharaan

Pemeliharaan dilaksanakan diborongkan atau swakelola, apakah peralatannya cukup memadai (alat berat, pengerukan, buldozer, dll).

* Pengangkutan / Mobilitas

Alat angkut untuk kegiatan OP sangat minim, sepeda motor, kendaraan roda 4 (pick up), baik untuk cabang dinas, juru, mantri.

* Kantor dan Peralatan

Fasilitas kantor dan peralatan sangat kurang memadai (komputer, printer, meja dan peralatan kantor, dll)

* Peralatan Komunikasi

Pencatatan debit, curah hujan, radio komunikasi belum memadai

* Rumah Jaga

  • Jarang difungsikan karena jauh dari bendung
  • Belum dibuat
* Gudang

Penyimpanan shote balok, bahan banjir, bronjong.

* Organisasi dan Personalia O & P

  • Organisasi belum sesuai dengan refedinasi KPI.
  • SDM kurang baik di kualitas dan kuantitas.
* Sumber air dan pemanfaatannya

Debit tidak mencukupi (waduk, sungai, masa air, pompa)

* Masyarakat tani dengan P3A

  • —Pemilikan lahan kecil ± 0,3 Ha sulit untuk berkembang.
  • —Masih kurangnya pembinaan dari instansi terkait (PEMDA, PU, DIPERTA)
* Dana Pengelolaan Irigasi
  • AKNOP kurang berjalan.
  • Dana rendah
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/pengolahan-jaringan-irigasi-dan-permasalahannya

PAHS dan SKKNI Jalan dan Jembatan

PAHS dan SKKNI Jalan dan Jembatan

 Komponen Harga Satuan Pekerjaan

PAHS (Panduan Analisis Harga Satuan)

Menetapkan langkah-langkah menghitung harga satuan dasar (HSD) :

  1. Bahan
  2. Alat
  3. Tenaga Kerja

Serta, Harga Satuan Pekerjaan (HPS) biaya Penanganan Pekerjaan Jalan dan Jembatan.Penanganan pekerjaan jalan dan jembatan disini meliputi pemeliharaan dan pembangunan.

Acuan Normatif :

  • Kepres No.80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah
  • DPU(Des 2006).Buku 3:Spesifikasi Umum  ,Edisi tahun 2006
  • Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.KEP-02/MEN/1996,Upah Minimum Regional (UMR) pada 25 wilayah di Indonesia.
  • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.43/PRT/M/2007,Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
  • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.15/KPTS/M/2004,tgl 17 Desember 2004,tentang Pelaksanaan Perhitungan Formula Sewa Peralatan,Sewa Bangunan dan Tanah dan Sewa Prasarana Bangunan di lingkunganDepartemen Pekerjaan Umum.

Analisis harga satuan menguraikan suatu perhitungan harga satuan bahan dan pekerjaan yang secara teknis dirinci secara detail berdasarkan metode kerja dan asumsi-asumsi. Analisis ini digunakan sebagai suatu konsep dasar perhitungan harga perkiraan sendiri (HPS) atau owner’s estimate (OE).

 

Komponen Harga Satuan Pekerjaan
Komponen Harga Satuan Pekerjaan
Metode Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan (HSP)
Metode Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan (HSP)

Dalam membuat analisis harga satuan setiap satuan pengukuran memerlukan asumsi metode pelaksanaan pekerjaan atau cara kerja yang digunakan sehingga rumusan analisis harga satuan yang diperoleh mencerminkan harga aktual di lapangan.

Dalam penerapannya, perhitungan harga satuan harus disesuaikan dengan Spesifikasi Teknis yang digunakan, peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku, serta pertimbangan teknis (Engineering Adjustment) terhadap situasi dan kondisi lapangan setempat.

Bila terjadi sanggahan terhadap harga satuan yang dihitung berdasarkan asumsi dan faktor yang dirancang dalam perhitungan ini adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab perencana.

Komponen harga satuan dasar antara lain :

  • Komponen Bahan
  • Komponen Alat
  • Komponen Tenaga Kerja

Perhitungan biaya alat berdasarkan pada :

  • Jenis Alat
  • Kapasitas Alat
  • Umur Ekonomis Alat
  • Jam Kerja Alat Per Tahun
  • Harga Pokok Alat
  • Nilai Sisa Alat
  • Tingkat Suku Bunga
  • Asuransi dan Pajak
  • Tenaga Mesin
  • Upah Tenaga
  • Harga Bahan Bakar dan Pelumas

Biaya tenaga kerja standar dapat dibayar dalam sistem hari orang standar atau jam orang standar. Besarnya sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan dan lokasi pekerjaan. Secara rinci faktor tersebut dipengaruhi antara lain oleh :

  • Keahlian tenaga kerja
  • Jumlah tenaga kerja
  • Faktor kesulitan pekerjaan
  • Ketersediaan peralatan
  • Pengaruh lamanya kerja.
  • Pengaruh tingkat persaingan tenaga kerja.

SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia)

Hal-hal pokok SKKNI antara lain :

  1. Nama Jabatan (Job Title)
  2. Definisi Jabatan  (Job Description)
  3. Kualifikasi Jabatan (Job Qualification)
  4. Syarat Jabatan (Job Requirement)
  5. Kompetensi Kerja (Competeince)
  6. Indeks Pengetahuan dan Keterampilan yang dipersyaratkan
  7. Tingkat Penguasaan Pengetauan yang dipersyaratkan
  8. Tingkat Penguasaan Keterampilan yang dipersyaratkan
  9. Pengujian Kompetensi (Competiencies Assement)
  10. Batasan Variabel (Variabel Range)

Hal-hal yang dimuat dalam kompetensi dasar antara lain :

  1. Mempelajari gambar dan spesifikasi teknik daftar lalu lintas
  2. Membuat daftar pertanyaan untuk rapat penjelasan dan peninjauan lapangan
  3. Memperkirakan biaya awal berdasarkan gambar untuk tender
  4. Menyiapkan syarat-syarat administrasi untuk keperluan penawaran bersama bagian administrasi
  5. Menghitung biaya-biaya pekerjaan secara rinci berdasarkan gambar dan spesifikasi teknis
  6. Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan
  7. Melengkapi dokumen klarifikasi
  8. Membuat bank data harga penawaran sebagai referensi lelang berikutnya
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/estimasi-biaya-konstruksi/pahs-dan-skkni-jalan-dan-jembatan

Bagian-bagian Bangunan Irigasi

Bagian-bagian Bangunan Irigasi

Perkembangan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin meningkat menyebabkan area pertanahan semakin menyempit. Akibatnya saat musim penghujan datang, kemampuan tanah dalam menyerap air menjadi semakin berkurang, kemudian menyebabkan air meluap dan banjir terutama di kota-kota besar. Maka diperlukan suatu sistem yang dapat mengatur proses hidrologi agar menjadi kembali seimbang.

Sistem tersebut dalam rekayasa teknik sipil diaplikasikan pada sistem irigasi yang berfungsi untuk mengairi daerah lahan pertanian. Beberapa bagian yang ada pada sistem irigasi antara lain :

Bangunan Bendung

Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan kesaluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi (command area). Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran kecil. Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.

Bangunan Bendung
Bangunan bendung yang berfungsi untuk meninggikan muka air

Bangunan Pengambilan

Banguan pengambilan adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai yang menalirkan air sungai kedalam jaringan irigasi. Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.

Bangunan Pengambilan
Bangunan pengambilan yang terletak di tepi sungai yang mengalir kan air sungai ke dalam jaringan irigasi

Bangunan Pembilas atau Penguras

Bangunan pembilas adalah bangunan dengan pintu yang dioperasikan dengan tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan. Untuk mengurangi tingginya biaya, banguanan ini dapat digabung dengan bangunan pelimpah.

Bangunan pembilas dengan pintu yang difungsikan untuk mengosongkan seluruh ruas saluran
Bangunan pembilas dengan pintu yang difungsikan untuk mengosongkan seluruh ruas saluran

Kantong Lumpur

Kantong lumpur adalah bagian potongan melintang saluran yang diperbesar untuk memperlambat aliran dan memberikan waktu bagi sedimen untuk mengendap. Kapasitas pengangkutan sedimen kantong lumpur harus lebih rendah daripada yang dimiliki oleh jaringan saluran irigasi.

Kantong lumpur yang dipergunakan untuk memperlambat aliran dan memberikan waktu bagi sedimen untuk mengendap
Kantong lumpur yang dipergunakan untuk memperlambat aliran dan memberikan waktu bagi sedimen untuk mengendap

Bangunan Bagi

Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.

Bangunan bagi yang terletak di saluran primer
Bangunan bagi yang terletak di saluran primer

Siphon

Siphon adalah bagian bendung yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi di bawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau sungai. Sipon juga dipakai untuk melewatkan air dibawah jalan, jalan kereta api, atau bangunan-bangunan yang lain. Sipon merupakan saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat dipengaruhi oleh tinggi tekanan.

Talang

Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas saluran lainnya, saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-lembah. Aliran didalam talang adalah aliran bebas.

Talang yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas saluran lainnya
Talang yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas saluran lainnya

Gorong-Gorong

Gorong-gorong dipasang ditempat-tempat dimana saluran lewat dibawah bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuangan lewat  di bawah saluran. Aliran didalam gorong-gorong umumnya aliran bebas.

Gorong-gorong dipasang ditempat dimana saluran lewat dibawah bangunan
Gorong-gorong dipasang ditempat dimana saluran lewat dibawah bangunan

Talud

Talud dipasang di sepanjang sungai yang berfungsi sebagai penjaga stabilitas tanah pinggiran sungai.

Talud di pasang di tebing sungai untuk menjaga stabilitas tanah
Talud di pasang di tebing sungai untuk menjaga stabilitas tanah

Pengukur Ketinggian

Aliran akan di ukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jaringan primer dan dibangunan sadap sekunder maupun tersier. Peralatan ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur aliran atas bebas (free overflow) dan alat ukur  aliran bawah (underflow). Beberapa alat ukur yang dipakai untuk mengatur aliran air.

Beberapa alat ukur yang dipakai untuk mengatur aliran air
Beberapa alat ukur yang dipakai untuk mengatur aliran air
alat ukur bendung yang difungsikan sebagai pengukur aliran sungai
alat ukur bendung yang difungsikan sebagai pengukur aliran sungai

Tempat Cuci

Tempat yang berfungsi untuk mencuci barang- barang rumah tangga yang biasanya terletak di pinggir sungai.

Tempat cuci berfungsi untuk mencuci barng rumah tangga warga sekitar
Tempat cuci berfungsi untuk mencuci barng rumah tangga warga sekitar

Tempat Mandi Hewan

Tempat yang berfungsi untuk membersihkan hewan- hewan ternak, seperti sapi, kerbau, dll

Tempat cuci hewan yang berfungsi untuk membersihkan hewan-hewan ternak
Tempat cuci hewan yang berfungsi untuk membersihkan hewan-hewan ternak

Saluran Primer

Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringa utama ke saluran sekunder dan petak- petak tersier. Batas ujung saluran primer adalah angunan bagi yang terakhir.

Saluran primer yang membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan petak tersier
Saluran primer yang membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan petak tersier

Bangunan Terjunan

Bangunan yang berfungsi untuk menurunkan muka air (dan tinggi energy) dipusatkan di satu tempat. Bangunan ini bias memiliki terjun tegak atau terjun miring. Jika perbedaan tinggi energy mencapai beberapa meter maka konstruksi got miring dipertimbangkan.

Bangunan terjunan yang berfungsi untuk menurunkan muka air
Bangunan terjunan yang berfungsi untuk menurunkan muka air
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/bagian-bagian-bangunan-irigasi

Komponen Penyusun Rel Kereta Api

Komponen Penyusun Rel Kereta Api

Setelah lapisan landasan sebagai pondasi jalan rel KA selesai dibangun, tahap berikutnya adalah membangun trek rel KA. Perlu diketahui bahwa pada setiap komponen mempengaruhi kualitas rel KA itu sendiri. Gambar di bawah ini adalah skema konstruksi jalan rel KA beserta komponen-komponennya.

Bagian-bagian Rel Kereta Api
Bagian-bagian Rel Kereta Api

1. BATANGAN BESI BAJA

Batang rel terbuat dari besi ataupun baja bertekanan tinggi, dan juga mengandung karbon, mangan, dan silikon. Batang rel khusus dibuat agar dapat menahan beban berat (axle load) dari rangkaian KA yang berjalan di atasnya. Inilah komponen yang pertama kalinya menerima transfer berat (axle load) dari rangkaian KA yang lewat.
Tiap potongan (segmen) batang rel memiliki panjang 20-25 m untuk rel modern, sedangkan untuk rel jadul panjangnya hanya 5-15 m tiap segmen. Batang rel dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan berat batangan per meter panjangnya. Di Indonesia dikenal 4 macam batang rel, yakni R25, R33, R42, dan R54. Misalkan, R25 berarti batang rel ini memiliki berat rata-rata 25 kilogram/meter. Makin besar “R”, makin tebal pula batang rel tersebut.

Perbedaan tipe batang rel mempengaruhi beberapa hal, antara lain

  • Besar tekanan maksimum (axle load) yang sanggup diterima rel saat KA melintas
  • Kecepatan laju KA yang diijinkan saat melewati rel

Semakin besar “R”, maka makin besar axle load yang sanggup diterima oleh rel tersebut, dan KA yang melintas di atasnya dapat melaju pada kecepatan yang tinggi dengan stabil dan aman. Tipe rel paling besar yang digunakan di Indonesia adalah UIC R54 yang digunakan untuk jalur KA yang lalu lintasnya padat, seperti lintas Jabodetabek dan lintas Trans Jawa. Tak ketinggalan lintas angkutan batubara di Sumsel-Lampung yang memiliki axle load paling tinggi di Indonesia.

2. BANTALAN REL
Bantalan rel (sleepers) dipasang sebagai landasan dimana batang rel diletakkan dan ditambatkan. Bantalan rel berfungsi :

  • Meletakkan dan menambat batang rel
  • Menjaga kelebaran trek (track gauge, adalah ukuran lebar trek rel. Indonesia memiliki track gauge 1067 mm) agar selalu konstan, dengan kata lain agar batang rel tidak meregang atau menyempit
  • Menumpu batang rel agar tidak melengkung ke bawah saat dilewati rangkaian KA, sekaligus
  • Mentransfer axle load yang diterima dari batang rel dan plat landas untuk disebarkan ke lapisan batu ballast di bawahnya. Oleh karena itu bantalan harus cukup kuat untuk menahan batang rel agar tidak bergesar, sekaligus kuat untuk menahan beban rangkaian KA. Bantalan dipasang melintang dari posisi rel pada jarak antarbantalan maksimal 60 cm

Ada tiga jenis bantalan, yaitu

  1. Bantalan Kayu (Timber Sleepers), terbuat dari batang kayu asli maupun kayu campuran, yang dilapisi dengan creosote (minyak pelapis kayu) agar lebih awet dan tahan jamur.
  2. Bantalan Plat Besi (Steel Sleepers), merupakan bantalan generasi kedua, lebih awet dari kayu. Bantalan besi tidak dipasang pada trek yang ter-eletrifikasi maupun pada trek yang menggunakan persinyalan elektrik.
  3. Bantalan Beton Bertulang (Concrete Sleepers), merupakan bantalan modern saat ini, dan paling banyak digunakan karena lebih kuat, awet, murah, dan mampu menahan beban lebih besar daripada dua bantalan lainnya.
Bantalan Rel Kereta Api
Bantalan Rel Kereta Api

Perbandingan umur bantalan rel KA yang dipergunakan dalam keadaan normal dapat ditaksir sebagai berikut :

  • Bantalan kayu yang tidak diawetkan: 3-15 tahun.
  • Bantalan kayu yang diawetkan: 25-40 tahun.
  • Bantalan besi baja: sekitar 45 tahun.
  • Bantalan beton: diperkirakan 60 tahun.

3. PLAT LANDAS

Pada bantalan kayu maupun besi, di antara batang rel dengan bantalan dipasangi Tie Plate (plat landas), semacam plat tipis berbahan besi tempat diletakkannya batang rel sekaligus sebagai lubang tempat dipasangnya Penambat (Spike). Sedangkan pada bantalan beton, dipasangi Rubber Pad, sama seperti Tie Plate, tapi berbahan plastik atau karet dan fungsinya hanya sebagai landasan rel, sedangkan lubang / tempat dipasangnya penambat umumnya terpisah dari rubber pad karena telah melekat pada beton.

Fungsi plat landas selain sebagai tempat perletakan batang rel dan juga lubang penambat, juga untuk melindungi permukaan bantalan dari kerusakan karena tindihan batang rel, dan sekaligus untuk mentransfer axle load yang diterima dari rel di atasnya ke bantalan yang ada tepat dibawahnya.

Plat Landas Rel Kereta Api
Plat Landas Rel Kereta Api

4. PENAMBAT REL

Fungsinya untuk menambat / mengaitkan batang rel dengan bantalan yang menjadi tumpuan batang rel tersebut, agar batang rel tetap menyatu pada bantalannya, dan menjaga kelebaran trek (track gauge). Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan dan tipe batang rel yang digunakan. Ada dua jenis penambat rel, yakni Penambat Kaku dan Penambat elastis.

Penambat kaku misalnya paku rel, mur, baut, sekrup, atau menggunakan tarpon yang dipasang menggunakan pelat landas. Umumnya penambat kaku ini digunakan pada jalur kereta api tua. Karakteristik dari penambat kaku adalah selalu dipasang pada bantalan kayu atau bantalan besi. Penambat kaku kini sudah tidak layak digunakan untuk jalan rel dengan frekuensi dan axle load yang tinggi. Namun demikian tetap diperlukan sebagai penambat rel pada bantalan kayu yang dipasang pada jalur wesel, jembatan, dan terowongan.

Penambat Rel
Penambat Rel

Penambat elastis dibuat untuk menghasilkan jalan rel KA yang berkualitas tinggi, yang biasanya digunakan pada jalan rel KA yang memiliki frekuensi dan axle load yang tinggi. Karena sifatnya yang elastis sehingga mampu mengabsorbsi getaran pada rel saat rangkaian KA melintas, oleh karena itu perjalan KA menjadi lebih nyaman dan dapat mengurangi resiko kerusakan pada rel maupun bantalannya. Selain itu penambat elastis juga dipakai pada rel yang disambungan dengan las termit (istilahnya Continuous Welded Rails, karena sambungan rel dilas sehingga tidak punya celah pemuaian) karena kemampuannya untuk menahan batang rel agar tidak bergerak secara horizontal saat pemuaian. Penambat elastis inilah yang sekarang banyak digunakan, terutama pada bantalan beton, meskipun ada juga yang digunakan pada bantalan kayu dan bantalan besi.

Berbagai macam penambat elastis, antara lain:

  1. Penambat Pandrol E-Clip produksi Pandrol Inggris
  2. Penambat Pandrol Fastclip produksi Pandrol Inggris
  3. Penambat Kupu-kupu produksi Vossloh
  4. Penambat DE-Clip produksi PT. Pindad Bandung
  5. Penambat KA Clip produksi PT. Pindad Bandung.

Yang digunakan di Indonesia adalah E-Clip, DE-Clip, dan KA Clip.

Jenis Penambat Elastis
Jenis Penambat Elastis

5. PLAT BESI PENYAMBUNG

Merupakan plat besi dengan panjang sekitar 50-60 cm, yang berfungsi untuk menyambung dua segmen/potongan batang rel. Pada plat tersebut terdapat 4 atau 6 lubang untuk tempat skrup/baut (Bolt) penyambung serta mur nya (Nut). Batang rel biasanya hanya memiliki panjang sekitar 20-25 meter tiap potongnya, sehingga perlu komponen penyambung berupa plat besi penyambung beserta bautnya. Pada setiap sambungan rel, terdapat celah pemuaian (Expansion Space), sehingga saat rangkaian KA lewat akan terdengar bunyi “jeg-jeg…jeg-jeg” dari bunyi roda KA yang melewati celah pemuaian tersebut.
Penyambungan rel menggunakan komponen-komponen di atas dikenal sebagai Metode Sambungan Tradisional (Conventional Jointed Rails). Saat ini telah dikenal metode penyambungan rel dengan Las Termit, yang disebut dengan Continuous Welded Rails (CWR). Dengan metode CWR, tiap 2 sampai 4 potong batang rel dapat dilas menjadi satu rel yang panjang tanpa diberi celah pemuaian, sehingga tiap CWR memiliki panjang sekitar 40-100 m.

CWR biasanya diterapkan pada jalur dengan kecepatan laju KA yang tinggi, karena permukaan rel menjadi lebih rata dan halus sehingga rangkaian KA dapat lewat dengan lebih nyaman. Penerapan CWR juga mengurangi resiko rusaknya roda KA, karena roda KA akan “njeglong” atau “tersandung” saat melewati celah pemuaian. Lalu bagaimana dengan pemuaian batang rel? hal ini dapat disiasati dengan menggunakan penambat elastis yang mampu menahan gerakan pemuaian batang rel (gerakan mendatar dimana batang rel akan meregang saat panas dan menyusut saat dingin). Jika penambatnya berupa penambat kaku, bisa disiasati dengan memasang rail anchor.

Plat Besi Penyambung
Plat Besi Penyambung

6. RAIL ANCHOR

Rail anchor digunakan pada rel yang disambung secara CWR. Fungsinya untuk menahan gerakan pemuaian batang rel, karena pada sambungan CWR tidak terdapat celah pemuaian.

Pada gambar di bawah, rail anchor dipasang di bawah permukaan batang rel tepat disamping bantalan agar dapat menahan gerakan pemuaian rel. Rail anchor tidak dipasang pada rel yang ditambat dengan penambat elastic, karena fungsinya sama seperti penambat elastis, yakni untuk mencegah gerakan pemuaian batang rel. Jadi, rail anchor dipasang bersama dengan penambat kaku pada bantalan kayu atau besi.

Rail Anchor
Rail Anchor
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-lalulintas/komponen-penyusun-rel-kereta-api