Standar Perancangan Jalan Raya

 Standar Perancangan Jalan Raya

Jalan yang merupakan penghubung darat bagi lalu lintas kendaraan maupun pejalan kaki. Oleh karena itu dalam perencanaan jalan raya, bentuk geometrisnya harus ditentukan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas dengan fungsinya.

Dalam perencanaan geometrik jalan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Kecepatan kendaraan

Dalam hal ini kecepatan rencana (design speed) yaitu kecepatan yang dipilih untuk menentukan ukuran jalan beserta bagian-bagiannya yang mana hal ini akan mengarah pada faktor ekonomi dan biaya pembuatannya.

2. Jari-jari tikungan minimum

3. Jumlah dan lebar jalan

4. Landai jalan maksimum

5. Jarak pandangan

Baik untuk pandangan henti maupun pandangan menyiap.

6. Lebar penguasaan tanah (RoW = Row of Way)

Selain itu diperhatikan pula keadaan topografi. Dalam hal ini medan dibagi dalam tiga golongan umum yang dibedakan menurut besarnya lereng dalam arah kurang lebih tegak lurus sumbu jalan. Klasifikasi medan dan besarnya lereng melintang yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Standar perancangan jalan raya yang digunakan adalah berdasar metode Bina Marga, metode tersebut sudah banyak diakui dan dipakai oleh para insinyur serta perancang dan kontraktor di Indonesia karena keduanya memiliki kelebihan serta kekurangan yang dapat melengkapi diantara keduanya. Disamping itu metode-metode tersebut sudah teruji dari sisi keselamatan pemakai jalan.

1. Alinemen Horisontal

Alinemen horisontal adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang datar. Alinemen horisontal merupakan susunan dari garis lurus berbagai arah (azimut) yang saling dihubungkan oleh lengkungan (busur peralihan)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan trase jalan :

  1. Menghindari tikungan searah yang hanya dipisahkan oleh tangen yang pendek, untuk menghindari “Broken Back“.
  2. Pada bagian yang relatif lurus dan panjang jangan sampai terlihat tikungan yang tajam, sehingga dapat mengejutkan pengemudi.
  3. Menghindari penggunaan jari-jari minimum, karena jalan tersebut sulit mengikuti perkembangan lalu lintas dimasa yang akan datang.
  4. Diantara tikungan berbentuk es, maka panjang tangen diantara kedua tikungan harus cukup untuk memberikan rounding pada ujung-ujung tepi perkerasan, diperkirakan tangent minimum 20-30 meter.
  5. Penyediaan drainase yang cukup baik.
  6. Memperkecil pekerjaan tanah

2. Alinemen Vertikal

Alinemen vertikal adalah garis proyeksi sumbu jalan sejajar pada bidang datar. Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam alinemen vertikal antara lain :

  1. Kecepatan rencana harus sesuai.
  2. Topografi erat hubungannya dalam pekerjaan tanah. Penentuan kelandaian harus diperhatikan, sehingga jumlah galian dan timbunan sama atau hampir sama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan alinemen vertikal :

  1. Sedapat mungkin menghindari “Broke grade line“ artinya jangan sampai ada lengkung yang hanya dipisahkan dengan tangen yang pendek.
  2. Menghindari “Hidden Hip“ artinya pada alinemen vertikal yang relatif datar dan lurus jangan sampai didalamnya terdapat lengkung cekung yang pendek.
  3. Landai penurunan yang tajam dan panjang harus diikuti oleh pendakian agar secara otomatis kecepatan yang besar dari kendaraan dapat dikurangi.
  4. Jika ada suatu potongan jalan dan menghadapi alinemen vertical yang tersusun dari prestasi kecil dan besar maka kendaraan yang paling curam harus ditempatkan pada bagian permulaan landai yang presentasinya paling kecil.
sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-lalulintas/standar-perancangan-jalan-raya
Previous
Next Post »